Share

Part 7

last update Huling Na-update: 2022-11-30 22:58:34

"Laras hamil."

"Haa? Apa? Hamil? Nggak, itu nggak mungkin. Gimana dia bisa hamil. Katamu, kalian sudah sebulanan lebih tidak berhubungan bagaimana bisa? Pasti ini akal-akalan kamu aja 'kan? Jawab, Mas!"

"Ini serius, Sayang. Laras hamil. Aku menyentuhnya tepat waktu kamu mengatakan semuanya itu. Setelahnya nggak pernah lagi."

"Aku nggak percaya, Mas. Bagaimana bisa coba."

"Ya, jelas kamu nggak percaya. Orang kamu nggak pernah hamil!"

"Apa? Jahat kamu, Mas! Tega kamu bicara seperti itu sama aku, Mas!"

Sambungan telepon di putus sepihak oleh Annisa. Amarahnya tak bisa lagi dikendalikan. Kabar yang disampaikan Ibra, sangat-sangat menyakitkan baginya. Rasa takut kehilangan Ibra semakin terpampang nyata di pelupuk matanya.

Ibra tidak mempedulikan Annisa yang merajuk. Di pikirannya ini adalah bagaimana merebut kembali apa yang sudah hilang sebulan lebih ke belakang. Dia begitu kehilangan sosok Laras yang hangat ketika bersama dirinya. Kehamilan Laras saat ini akan dia manfaatkan dengan sebaik mungkin.

Usai sholat Subuh, Ibra memutuskan untuk tidak lanjut tidur lagi seperti biasanya. Dia memilih berkutat di dapur mempersiapkan sarapan pagi bagi dua wanita yang menemani dirinya sejak belum menjadi siapa-siapa.

Kelam beranjak pergi diganti dengan sinar matahari. Dingin menusuk kalbu berganti hangat. Laras keluar bersama Kinara. Semenjak pulang dua hari yang lalu, Laras memilih tidur dengan Kinara ketimbang dengan dirinya.

"Wah, papa rajin sekali. Pagi-pagi sudah menyiapkan sarapan."

"Iya, dong, Sayang. Demi mama dan kamu, papa akan lakuin semuanya."

Laras tak berkomentar apapun, wajahnya pun tak enak dilihat. Mungkin hatinya sudah mulai membeku.

"Dik, aku hari ini agak sibuk. Sehabis ngantar Kinara ke sekolah, aku juga mau lihat lowongan pekerjaan, sekalian langsung di antar. Doain, ya!"

Laras tak merespon, meski dia berdiri di teras rumah semata bukan ingin mendengar apa yang dikatakan Ibra, melainkan hanya sekedar melepas Kinara yang sudah sejak tadi berada di dalam mobil.

"Pa, ayuk berangkat! Nanti macet, Nara tidak mau telat ke sekolah!" seru gadis berlesung pipi itu.

***

"Aku hamil, Din."

"Haa? Serius? Masya Allah, rezeki yang nggak disangka-sangka itu, Ras."

"Tapi aku berat nerimanya, kenapa juga aku harus hamil, Din."

Laras menghubungi Dinda, ketika setelah setengah jam Kinara berangkat ke sekolah.

"Hmm ... kenapa musti begitu? Mana tauan dengan hamilnya kamu, Ibra jadi berubah. Mana tauan juga dia menceraikan adik madumu itu, Ras."

"Aku nggak berharap apa-apa lagi, Din."

"Eh, nggak boleh gitu. Kalau Ibra berubah, kamu, Kinara, dan calon dedek bayi akan jadi keluarga yang utuh."

"Entahlah, Din. Eh iya, kalau ada seminar lagi kabarin aku, ya!"

"Iya, tenang aja. Nanti kalau ada pasti aku kabari kamu."

Semenjak Laras tahu kalau Ibra mengkhianatinya, Laras mulai mengasah diri, menimba ilmu dalam segi berbisnis. Selama ini, dia sengaja tak melakukan itu, karena ingin menjadi istri serta ibu yang cuma ada untuk Ibra juga Kinara.

Hari-hari Ibra habiskan dengan fokus mengurus Kinara, juga urusan rumah tangga, Ibra melarang Laras melakukan apapun kecuali bermain dan menemani Kinara belajar juga mengaji. Selebihnya, Ibra yang turun tangan. Selagi dia belum mendapatkan pekerjaan.

Ibra juga membuktikan ucapan yang dia lontarkan pada Annisa lewat sambungan telepon. Setiap Annisa menelepon tak pernah diangkat memang baru seminggu berlalu sejak hari itu.

"Dik, hari ini aku mau ngantar surat lamaran. Doakan, ya!"

"Iya." Laras hanya menjawab sekenanya, tapi membuat Ibra sangat bahagia. Akhirnya, Laras merespon juga.

"Semoga kamu bisa memaafkan aku, Dik. Mas akan berubah demi anak kita." Satu kalimat yang diucapkan Ibra sebelum pergi meninggalkan rumah.

***

"Dia hamil, Bu. Mas Ibra sekarang semakin cuek sama aku."

Liana akhirnya menghubungi Nani, ibunya. Dia kehilangan akal untuk mengatur strategi apa selanjutnya.

"Makanya, lain kali, sebelum ngelakuin hal itu dipikir dulu, banyak rugi atau untungnya nggak. Ini kamu sama aja cari masalah, Li."

"Iya, Bu. Aky ngaku bodoh, udah ceroboh ambil tindakan. Tapi sekarang aku harus ngapain, Bu. Dia bunting, otomatis akan sulit bagi aku misahin mereka."

"Ya udah kamu, pura-pura hamil dong. Biar sama, biar Ibra bisa fokus ke kamu juga."

"Gimana caranya, Bu."

"Ya ampun, Liana. Nanya caranya, kamu masih nanya sama ibu. Giliran yang enak-enak kami bisa, giliran begini, otakmu ngadat. Cari tahu aja sendiri gimana caranya!"

Setelah menelepon dengan ibunya, Liana berpikir keras. Mengatur strategi agar ide yang disampaikan ibunya berjalan mulus tanpa cela.

'Tunggu ya, Mas, aku akan buat kamu lebih memihakku!'

Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App
Mga Comments (6)
goodnovel comment avatar
Sepmi Tanda
resiko punya bini dua. ya. moga Ibra akan tetap tegas dan komit sesuai janji.
goodnovel comment avatar
Alamsyah
jahat banget sih
goodnovel comment avatar
Putri Leo
Ibu sama ank sama aza
Tignan lahat ng Komento

Pinakabagong kabanata

  • Terbongkar Setelah 10 Tahun Pernikahan   Part 63

    "Iya, tapi saya kurang tahu apa isinya, karena privasi."Dua hari lalu, Ibra memang menitipkan surat tersebut pada petugas."Kalau boleh tahu siapa yang menjemputnya, Pak?""Tidak ada, Mbak. Tidak ada yang menjemput.""Begitu, ya. Hmm ... apa bapak menanyakan di mana rumah papa saya?""Tidak, Mbak.""Baik lah, Pak. Terima kasih. Maaf sudah menganggu."Kinara berjalan tak berdaya menuju area parkir.Saat sudah di dalam mobil barulah dia membuka surat yang diberikan pak Mulyono tadi. Dan, setelah dibuka, rupanya ada beberapa tiga lembar kertas.Surat yang berisikan permintaan maaf Ibra karena sudah menyakiti Laras, Kinara, dan Arkana. Panjang lebar dia tuliskan dan di lembar terakhir rupanya ada surat kuasa, dia menyerahkan kuasa pada Arkana untuk menjadi wali nikahnya minggu depan."Maafkan, aku, Pa ...." teriaknya sembari menundukkan kepalanya di stir mobil.Tiba-tiba air mata Kinara lolos deras dari bola matanya yang indah."Gimana, Ki? Apa kata papamu?" desak Laras saat dia baru saja

  • Terbongkar Setelah 10 Tahun Pernikahan   Part 62

    Terbongkar Setelah 10 Tahun PernikahanBab 43Arkana mengemudikan mobil sportnya dengan kecepatan lumayan kencang. "Bro, gue titip absen ya!" titahnya pada Gio, teman yang bisa dikatakan cukup dekat dengannya. Arkana menghubungi Gio saat mobil yang dikemudi sudah terparkir."Kemana lu? Tumbenan mau cabut di kelasnya bu Rania?""Ada urusan lah pokoknya. Titip, ya!""Iya, kalau bisa. Kalau enggak ya takdir lu terdaftar absen."Setelah menutup sambungan telepon, Arkana menaruh ponsel canggihnya itu ke dalam tas kulit model salempang.Dengan sigap dia berjalan menuju ruang untuk melapor."Pak, bisa kah saya bertemu dengan bapak Ibra?" tanya Arkana tanpa basa-basi saat petugas menanyakan maksud kedatangannya."Tapi antri ya, Dik. Soalnya tadi bapak Ibra sudah ada yang besuk. Kalau boleh tahu adik siapanya?""Kira-kira berapa lama antrinya, Pak? Saya ... saya ... anaknya, Pak." Arkana memang ragu menjawab, entah apa yang membuat dia ragu walaupun beberapa detik kemudian dia tegas menjawab

  • Terbongkar Setelah 10 Tahun Pernikahan   Part 61

    Laras, Bryan, dan Liana hampir berdiri dengan serentak saat Ibra ingin kembali di bawa ke luar ruang sidang."Jangan berbangga hati kamu, Laras. Ini bukanlah akhir selagi aku masih hidup." Tatapan dendam itulah yang tersirat saat mantan suami ini saling bertatapan."Dan, kamu Bryan. Jangan menjadi manusia sok suci. Kamu tak lebih dari pengkhianat ulung. Jangan terlalu berbangga diri karena mereka memilihmu. Ingat! Suatu saat nanti, jika anak itu butuh aku, jangan harap." Tak hanya pada Laras, Ibra juga mengancam Bryan. Entah apa maksud dari yang diucapkannya itu. "Semoga kamu memanfaatkan waktu untuk bertaubat, Mas!" ucap Liana. Sisi lain, dia juga prihatin dengan kondisi yang menimpa Ibra. Sedikit banyaknya, dengan apa yang terjadi, tentu dia masih bersalah dengan apa yang dia perbuat. Kalau bukan karena dirinya, pasti perjalanan yang ditempuh tidak akan se-runyam dan menyakitkan seperti ini."Ck! Kamu Liana. Jangan pikir saya lupa apa yang kamu perbuat. Apa yang kamu hancurkan, sam

  • Terbongkar Setelah 10 Tahun Pernikahan   Part 60

    Terbongkar Setelah 10 Tahun PernikahanBab 42"Tenang, Bry. Jangan pikir macam-macam dulu." Bryan kemudian menepis yang ada dalam pikirannya.Setelah menghela napas panjang, Bryan pun melanjutkan langkahnya menuju meja administrasi. Dia memesan kamar VVIP pokoknya demi kenyamanan Kinara. Lagian sejauh ini, uangnya juga tidak seberapa dibanding rezeki yang dia peroleh."Mama!" sentak Laras saat mendapati mertuanya datang ke rumah sakit."Kenapa bisa begini, Ras?" lirih Yati.Yati pun mencium kening Kinara sembari menangis. Untung Kinara masih lelap dalam tidurnya. Pedih juga bagi Yati mendapat kabar dari Bryan. Tadi, saat Laras ke ruangan dr. Rani, Bryan memutuskan untuk memberi kabar pada mamanya."Mama kok bisa tahu?" tanya Laras heran."Bryan yang nelpon. Kenapa kamu tidak kasih tahu mama, Ras?" Mereka berdua agak berjarak berdiri dari ranjang pasien yang ditiduri Kinara. Takut dia terjaga."Panjang ceritanya, Ma. Tapi aku bersyukur kalau Kinara selamat.""Kamu juga tadi kata Bryan

  • Terbongkar Setelah 10 Tahun Pernikahan   Part 59

    "Iya, boleh, Bu?" tanyanya lagi."Tidak apa, Ras. Periksa aja, demi kamu juga. Jangan sepele 'kan," tukas Bryan. "E-e, iya, Uda," sahut Laras gugup."Bu, kita usg ya!" titah sang dokter setelah memeriksa."Keluarga Kinara! Keluarga Kinara! Keluarga Kinara!" Rasa gugup tadi berubah saat Laras mendengar seruan itu. "Bentar, Dok. Saya seperti mendengar seruan panggilan untuk keluarga Kinara. Kamu dengar nggak, Uda?""Keluarga Kinara ... Keluarga Kinara ....""Iya, Bu. Itu panggilan untuk keluarga Kinara," jawab sang dokter. "Saya lihat anak dulu, Dok. Makasih, Dok." Laras yang sudah beringsut turun dari ranjang pasien dari pertama kali mendengar seruan itu berlari keluar ruangan."Nanti saya dan istri ke sini lagi, Dok. Makasih sebelumnya, Dok.""Baik, Pak."Bryan pun menyusul Laras kemudian."Aku sangat menyayangkan dia menyembunyikan sesuatu," gumam sang dokter sembari menggelengkan kepalanya."Bu ... Bu ... Bu ... tunggu!" seru Laras saat melihat petugas IGD ingin masuk ke dalam."

  • Terbongkar Setelah 10 Tahun Pernikahan   Part 58

    Terbongkar Setelah 10 Tahun PernikahanBab 41Pintu kamar Kinara akhir terbuka juga saat pak Tony dan pak Budi tidak henti berusaha. Kadang menggunakan tubuhnya, sesekali menggunakan kaki. Puncaknya, saat keduanya menghempaskan tubuh dengan lebih kuat dari sebelumnya. Sampai-sampai lelaki berdua itu hilang kendali dan ikut masuk ke dalam kamar saat pintu kamar terbuka lebar. Napas kedua sopir itu jelas sudah tersengal-sengal, akan tetapi akan gurat puas. Sedangkan Laras berlari sigap bersama Bryan ke dalam kamar. Tak lupa asisten rumah tangga bik Minah dan bik Teti menyusul langkah majikannya dari belakang.Semua pasang mata yang ada di dalam kamar terbelalak bersamaan. Mata mereka tertuju pada obyek yang sama."Kinara ...," pekik Laras saat mendapati anak sulungnya tergeletak. Dia berlari lalu berjongkok, memegang kedua pangkal lengan anaknya. Dia guncang, akan tetapi tidak ada reaksi sama sekali. Ada darah yang membuat hati Laras semakin terasa tersayat. Pergelangan tangan selama

Higit pang Kabanata
Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status