Apartemen persembunyian Arjuna Wiratama terasa sepi, hanya ada suara rintik hujan yang masih mengguyur Jakarta dan napas teratur Naya Kirana yang kini tertidur pulas di sofa. Arjuna duduk di kursi tunggal, menatap wanita di depannya. Pikirannya berputar, mencoba menyatukan kepingan-kepingan teka-teki yang baru saja ia alami.
Putri duyung. Kata itu terngiang-ngiang di benaknya. Kedengarannya gila, seperti dongeng anak-anak. Tapi semua keanehan Naya Kirana, reaksi tubuhnya terhadap air, dan kilasan yang ia kirimkan secara telepati—semua itu tidak bisa dijelaskan dengan logika normal. Dan yang paling penting: gelang mutiara hitam di pergelangan tangannya.
Arjuna tahu gelang itu lebih dari sekadar perhiasan biasa. Ada aura kuat yang terpancar darinya, sebuah daya tarik yang sulit ia jelaskan. Ia mendekati Naya Kirana yang terlelap, mengulurkan tangannya, dan perlahan menyentuh gelang itu. Mutiara hitam itu terasa dingin di bawah jemarinya, namun ada energi samar yang berdenyut dari dalamnya.
Sebuah kilasan lain melintas di benaknya, kali ini lebih cepat dan samar, namun cukup jelas untuk memperlihatkan sosok Patih Durjana yang mencoba merebut gelang dari Dewi Tirta. Rasa sakit dan ketakutan Dewi Tirta saat itu terasa begitu nyata.
Arjuna menarik tangannya. Jadi, gelang ini bukan hanya berharga, tapi juga berbahaya. Antagonis yang mengejar Naya Kirana, Jagad Buana, adalah reinkarnasi Patih Durjana, dan ia menginginkan gelang ini.
Ia mengeluarkan ponselnya, menghubungi Kianjaya. "Kian, aku butuh bantuanmu."
"Ada apa, Hyung? Tumben sekali di jam segini?" suara Kianjaya terdengar mengantuk.
"Aku butuh kau selidiki sesuatu. Ada seorang pria bernama Jagad Buana. Dia pengusaha besar, tapi aku curiga dia punya agenda tersembunyi. Dan... ada wanita yang bersamaku. Dia tidak bisa bicara bahasa manusia modern, sangat aneh, dan punya gelang kuno yang luar biasa."
Kianjaya terdiam sejenak. "Wah, Hyung, ini levelnya di atas penipuan biasa, ini sudah masuk ranah mistis," candanya. Namun, ada nada serius dalam suaranya. "Gelang kuno? Apa ada foto?"
Arjuna mengambil foto gelang Naya Kirana, mencoba yang terbaik agar tidak membangunkan Naya Kirana. Ia mengirimkannya ke Kianjaya. "Cari tahu semua yang kau bisa tentang Jagad Buana, dan gelang ini. Cepat."
"Beres, Hyung. Aku akan segera bekerja." Kianjaya, meskipun seorang hacker jenius, selalu memiliki ketertarikan pada hal-hal aneh dan konspirasi.
Sementara Kianjaya menyelidiki, Arjuna mencoba berbicara dengan Naya Kirana yang kini sudah bangun. Ia menggunakan kartu-kartu bergambar, menunjuk objek, mencoba mengajarinya kata-kata sederhana. Naya Kirana belajar dengan cepat, otaknya seperti spons. Dalam beberapa jam, ia sudah bisa meniru beberapa kata: "makan," "minum," "tidur."
"Kau... dari mana?" tanya Arjuna, menunjuk Naya Kirana, lalu menunjuk ke luar jendela.
Naya Kirana menunjuk ke arah lautan, lalu ke tanah, membuat gerakan bergelombang dengan tangannya. "Air... rumah."
Arjuna mengernyit. "Lautan? Kau hidup di lautan?" Otaknya mencoba memproses informasi yang absurd ini.
Naya Kirana mengangguk. "Putri... duyung." Ia mengucapkan kata itu dengan susah payah, suaranya pelan.
Arjuna terdiam. Sebuah putri duyung. Di apartemennya. Yang sedang dikejar oleh seorang reinkarnasi Patih Durjana yang kuat. Ini adalah skenario yang paling gila yang pernah ia hadapi.
Kilasan Ingatan — Era Majapahit
Adipati Damarjati menyembunyikan Dewi Tirta di sebuah gubuk terpencil di luar jangkauan kekuasaan Patih Durjana. Setelah pelarian yang menegangkan, Dewi Tirta masih dalam kondisi lemah.
Adipati Damarjati mencoba memahami lebih banyak tentang Dewi Tirta. Ia tahu ia bukan manusia biasa, tetapi ia belum sepenuhnya mengerti kekuatannya. Ia mengamati gelang mutiara hitam yang selalu ada di pergelangan tangan Dewi Tirta.
"Gelang ini... apa artinya?" tanya Adipati Damarjati.
Dewi Tirta, yang kini lebih kuat dan bisa berkomunikasi melalui telepati dengan Adipati Damarjati, mengirimkan gambaran tentang sejarah garis keturunannya. Gelang ini... menyimpan ingatan. Kekuatan... dari semua putri duyung yang lalu. Dan... kutukan.
Adipati Damarjati melihat kilasan wanita-wanita duyung yang berbeda di masa lalu, semua mengenakan gelang yang sama. Ia melihat mereka berjuang, mencintai, dan menghadapi bahaya yang sama dari Patih Durjana. Ia juga melihat gambaran singkat tentang bagaimana Patih Durjana selalu ingin menguasai kekuatan gelang itu.
"Kutukan?" tanya Adipati Damarjati.
Setiap kali... aku menggunakan kekuatan penuh... aku... harus membayar harga. Sebagian... ingatanku... akan pudar. Atau... aku akan lemah.
Adipati Damarjati merasakan nyeri di hatinya. Jadi, ada harga yang harus dibayar untuk kekuatan luar biasa itu. Ia juga melihat ingatan Dewi Tirta tentang bagaimana Patih Durjana mencoba menguras kekuatannya.
"Patih Durjana... dia selalu menginginkan kekuatan ini?"
Ya. Dia percaya... kekuatan ini akan membuatnya... tak terkalahkan. Abadi.
Adipati Damarjati merasa marah. Ambisi Patih Durjana begitu besar, dan kini ia tahu betapa berharganya Dewi Tirta dan betapa besar bahaya yang mengancamnya. Ia bersumpah dalam hati untuk melindunginya.
Ia melihat luka di lengan Adipati Damarjati yang telah ia sembuhkan. Luka... sihir. Kau... dalam bahaya.
Adipati Damarjati tersenyum tipis. "Aku akan baik-baik saja selama kau bersamaku."
Kilasan itu berakhir dengan Naya Kirana merasakan beban dari sejarah gelang itu dan bahaya abadi yang mengikutinya.
Kembali ke Masa Kini
Naya Kirana menatap Arjuna, matanya dipenuhi kesedihan yang mendalam. Gelang ini... berbahaya. Dia akan terus mengejarku.
Arjuna mengangguk. Ia sudah merasakan itu. Ia memutuskan. Ia tidak bisa lagi hanya memikirkan keuntungan dari gelang itu. Ada kehidupan yang harus ia lindungi.
Ponsel Arjuna berdering. Itu Kianjaya. "Hyung! Aku menemukan sesuatu! Jagad Buana ini gila! Dia bukan hanya pengusaha, dia juga punya tim riset rahasia yang terobsesi dengan mitologi kuno dan... makhluk air."
"Makhluk air?" tanya Arjuna, menatap Naya Kirana.
"Ya! Ada banyak laporan aneh tentang dia yang mencoba membeli artefak kuno terkait legenda putri duyung. Dan ada beberapa catatan tentang dia yang mencoba mencari 'spesimen biologis langka' di laut dalam. Dia juga punya beberapa laporan tentang hilangnya kapal nelayan di area tertentu."
"Dan gelangnya?"
"Gelang itu... Hyung, itu gelang legendaris! Disebut 'Mutiara Hitam Abadi'. Konon, gelang itu adalah kunci untuk menguasai kekuatan putri duyung. Ada legenda kuno yang mengatakan siapa pun yang memiliki gelang itu bisa menguasai laut, bahkan mengambil kehidupan putri duyung."
Arjuna terdiam, menatap gelang di pergelangan tangan Naya Kirana. Ini lebih besar dari yang ia kira.
"Lalu, tentang Jagad Buana ini, Hyung... aku menemukan sesuatu yang lebih aneh. Dia punya kompas kuno. Kompas itu... dia berputar tak menentu jika ada makhluk seperti yang kusebutkan di dekatnya. Dan kompas itu memancarkan energi yang mirip dengan aura orang-orang tertentu yang dia rekrut. Beberapa dari mereka disebut 'pembersih'. Mereka punya indra khusus."
"Dia punya orang-orang yang bisa merasakan Naya Kirana," gumam Arjuna.
"Itu saja, Hyung. Tapi ini semua gila. Kau yakin wanita itu..."
"Aku yakin, Kian. Aku sudah melihatnya sendiri." Arjuna melihat ke arah Naya Kirana, yang kini menatapnya dengan tatapan khawatir. Ia tahu ia harus melindunginya.
Arjuna mengakhiri panggilan. Ia menatap Naya Kirana. "Dia berbahaya. Dia akan terus mencari gelang ini. Dan kau."
Naya Kirana mengangguk. Aku tahu.
Arjuna melihat kesedihan di mata Naya Kirana, namun juga tekad. Ia tahu mereka harus tetap bergerak, tetap bersembunyi. Tapi sekarang, ia memiliki tujuan baru: bukan untuk menipu atau mendapatkan uang dari gelang itu, melainkan untuk melindungi Naya Kirana dari bahaya besar yang mengancamnya.
Kembalinya Naya Kirana bukanlah sebuah rahasia yang bisa disimpan selamanya. Setelah pertemuan pertamanya dengan Putri Anggraini, Bagas Prasetya, dan Kianjaya, berita tentang manifestasinya mulai menyebar di kalangan terbatas di dalam Yayasan Pelestarian Lautan. Tidak ada laporan resmi ke media, tetapi di antara mereka yang berdedikasi pada pelestarian laut, gema "melodi lautan" dan "penjaga baru" mulai menjadi bisikan penuh harapan.Naya Kirana kini tidak lagi terbatas pada keberadaan spiritual. Ia dapat bermanifestasi dalam wujud manusia di daratan, meskipun ia masih mempertahankan aura cahaya dan koneksi mendalamnya dengan air. Ia tidak bisa hidup layaknya manusia biasa, tidak membutuhkan makanan atau tidur, namun ia bisa berinteraksi, berbicara, dan yang paling penting, membimbing.Peran Naya Kirana bagi Yayasan Pelestarian Lautan menjadi tak ternilai. Dengan koneksinya yang langsung dengan lautan, ia bisa merasakan kesehatan ekosistem secara global, mendeteksi ancaman polusi, ata
Cahaya biru yang memancar dari dalam teluk terus membesar, memukau Putri Anggraini. Pusaran air yang lembut itu kini berdenyut dengan ritme yang memukau, memancarkan melodi yang hanya bisa ia dengar di dalam hatinya. Aroma asin laut bercampur dengan wangi bunga-bunga tropis yang tiba-tiba bermekaran di sekitar bibir pantai, seolah alam turut merayakan.Dari pusat pusaran cahaya itu, sosok itu perlahan-lahan mengambil bentuk. Bukan lagi siluet transparan, tetapi sebuah wujud yang nyata, meskipun masih diselimuti aura bercahaya. Rambut panjang sebiru samudra, mata yang memancarkan kebijaksanaan dan kerinduan berabad-abad, dan senyum yang lembut namun penuh kekuatan. Itu adalah Naya Kirana, kembali.Putri Anggraini terkesiap. Ia tidak pernah melihat sesuatu seperti ini. Rasa takutnya lenyap, digantikan oleh kekaguman murni dan rasa koneksi yang mendalam, seolah ia telah menunggu momen ini sepanjang hidupnya. Air matanya menetes, bukan karena kesedihan, tetapi karena keindahan yang luar b
Puluhan tahun telah berlalu sejak kepergian Arjuna Wiratama. Warisannya hidup subur melalui Yayasan Pelestarian Lautan, yang kini dipimpin oleh Bagas Prasetya, dengan Kianjaya sebagai kepala penelitian global. Giok Penjaga Takdir yang pernah menjadi jimat pribadi Arjuna, kini tersimpan di sebuah museum maritim yang didirikan untuk menghormati dedikasinya. Giok itu diletakkan di dalam vitrin kaca khusus, memancarkan cahaya biru samar yang hampir tak terlihat, namun selalu menarik perhatian para pengunjung yang paling peka.Dunia telah banyak berubah. Teknologi semakin maju, namun ancaman terhadap lautan juga semakin kompleks. Meski begitu, berkat fondasi yang diletakkan Arjuna, kesadaran global akan pentingnya menjaga ekosistem laut telah meningkat pesat. Namun, di tengah hiruk pikuk kehidupan modern, lautan mulai menunjukkan fenomena yang tidak dapat dijelaskan secara ilmiah.Di berbagai belahan dunia, para pelaut melaporkan mendengar melodi aneh dari kedalaman laut, sebuah lagu yang
Kembalinya Naya Kirana bukanlah sebuah rahasia yang bisa disimpan selamanya. Setelah pertemuan pertamanya dengan Putri Anggraini, Bagas Prasetya, dan Kianjaya, berita tentang manifestasinya mulai menyebar di kalangan terbatas di dalam Yayasan Pelestarian Lautan. Tidak ada laporan resmi ke media, tetapi di antara mereka yang berdedikasi pada pelestarian laut, gema "melodi lautan" dan "penjaga baru" mulai menjadi bisikan penuh harapan.Naya Kirana kini tidak lagi terbatas pada keberadaan spiritual. Ia dapat bermanifestasi dalam wujud manusia di daratan, meskipun ia masih mempertahankan aura cahaya dan koneksi mendalamnya dengan air. Ia tidak bisa hidup layaknya manusia biasa, tidak membutuhkan makanan atau tidur, namun ia bisa berinteraksi, berbicara, dan yang paling penting, membimbing.Peran Naya Kirana bagi Yayasan Pelestarian Lautan menjadi tak ternilai. Dengan koneksinya yang langsung dengan lautan, ia bisa merasakan kesehatan ekosistem secara global, mendeteksi ancaman polusi, ata
Cahaya biru yang memancar dari dalam teluk terus membesar, memukau Putri Anggraini. Pusaran air yang lembut itu kini berdenyut dengan ritme yang memukau, memancarkan melodi yang hanya bisa ia dengar di dalam hatinya. Aroma asin laut bercampur dengan wangi bunga-bunga tropis yang tiba-tiba bermekaran di sekitar bibir pantai, seolah alam turut merayakan.Dari pusat pusaran cahaya itu, sosok itu perlahan-lahan mengambil bentuk. Bukan lagi siluet transparan, tetapi sebuah wujud yang nyata, meskipun masih diselimuti aura bercahaya. Rambut panjang sebiru samudra, mata yang memancarkan kebijaksanaan dan kerinduan berabad-abad, dan senyum yang lembut namun penuh kekuatan. Itu adalah Naya Kirana, kembali.Putri Anggraini terkesiap. Ia tidak pernah melihat sesuatu seperti ini. Rasa takutnya lenyap, digantikan oleh kekaguman murni dan rasa koneksi yang mendalam, seolah ia telah menunggu momen ini sepanjang hidupnya. Air matanya menetes, bukan karena kesedihan, tetapi karena keindahan yang luar b
Puluhan tahun telah berlalu sejak kepergian Arjuna Wiratama. Warisannya hidup subur melalui Yayasan Pelestarian Lautan, yang kini dipimpin oleh Bagas Prasetya, dengan Kianjaya sebagai kepala penelitian global. Giok Penjaga Takdir yang pernah menjadi jimat pribadi Arjuna, kini tersimpan di sebuah museum maritim yang didirikan untuk menghormati dedikasinya. Giok itu diletakkan di dalam vitrin kaca khusus, memancarkan cahaya biru samar yang hampir tak terlihat, namun selalu menarik perhatian para pengunjung yang paling peka.Dunia telah banyak berubah. Teknologi semakin maju, namun ancaman terhadap lautan juga semakin kompleks. Meski begitu, berkat fondasi yang diletakkan Arjuna, kesadaran global akan pentingnya menjaga ekosistem laut telah meningkat pesat. Namun, di tengah hiruk pikuk kehidupan modern, lautan mulai menunjukkan fenomena yang tidak dapat dijelaskan secara ilmiah.Di berbagai belahan dunia, para pelaut melaporkan mendengar melodi aneh dari kedalaman laut, sebuah lagu yang