Kepala Arjuna Wiratama terasa penuh. Putri duyung. Gelang legendaris. Reinkarnasi musuh bebuyutan. Ini bukan lagi sekadar penipuan kelas kakap, ini adalah sesuatu yang jauh melampaui imajinasinya. Namun, satu hal yang pasti: Naya Kirana dalam bahaya, dan ia harus melindunginya.
Ia melihat Naya Kirana sedang meniru gerakan dari televisi, mencoba berbicara dengan suara aneh yang keluar dari kotak ajaib itu. Ada kepolosan yang begitu murni dalam dirinya, sebuah jiwa yang belum terkontaminasi oleh dunia modern yang penuh tipu daya.
"Baiklah, Naya Kirana," kata Arjuna, mendekat. "Kita harus membuatmu tidak terlihat. Mereka pasti mencarimu."
Naya Kirana menoleh, menatapnya dengan mata besarnya. Tidak terlihat? ia mengirimkan pikirannya.
"Ya. Mereka tidak boleh tahu kau ada di sini." Arjuna menjelaskan rencananya. Ia akan menggunakan semua keahliannya sebagai penipu ulung untuk menciptakan identitas baru bagi Naya Kirana, sebuah kebohongan yang akan melindunginya. Ia akan menyulap Naya Kirana menjadi 'manusia biasa', setidaknya di mata orang luar.
Pertama, ia membawa Naya Kirana ke salon. Naya Kirana terkejut melihat gunting dan hair dryer. Ia sempat ketakutan, tetapi Arjuna meyakinkannya. Rambutnya dipotong lebih pendek, dan wajahnya dipoles dengan riasan tipis. Hasilnya mengejutkan. Naya Kirana tetap cantik, tetapi dengan tampilan yang lebih modern dan tidak terlalu mencolok.
Selanjutnya, pakaian. Arjuna membawanya ke pusat perbelanjaan, memilihkan pakaian yang sederhana namun sesuai, agar ia tidak lagi menarik perhatian. Naya Kirana, meskipun masih canggung dengan sepatu, mulai terbiasa dengan sentuhan kain modern.
Di saat yang sama, Arjuna menghubungi Bagas Prasetya, temannya yang ahli dalam logistik dan keamanan. "Gas, aku butuh bantuanmu. Aku punya masalah besar, lebih besar dari biasanya."
Bagas, yang sedang sibuk dengan pekerjaannya, mengerutkan kening. "Ada apa, Jun? Suaramu serius sekali."
Arjuna menceritakan secara singkat tentang Naya Kirana, tentang gelang mutiara hitam, dan tentang Jagad Buana yang mengejarnya. Ia menyederhanakan ceritanya, tidak menyebutkan detail "putri duyung" secara langsung, tetapi menekankan betapa berbahayanya Jagad Buana.
"Jadi, wanita ini punya barang berharga dan dia dikejar preman kelas kakap? Baiklah," kata Bagas, nadanya berubah serius. "Aku akan membantu. Apa yang harus kulakukan?"
"Aku butuh sistem keamanan baru di apartemen ini, dan beberapa jalur pelarian cadangan. Aku juga butuh informasi tentang jaringan Jagad Buana di kota ini," pinta Arjuna.
"Beres. Aku akan mengurusnya." Bagas selalu setia dan cekatan.
Kilasan Ingatan — Era Majapahit
Adipati Damarjati harus menyembunyikan Dewi Tirta dari kejaran Patih Durjana yang semakin gencar. Ia tahu Patih Durjana memiliki banyak mata-mata dan prajurit dengan kemampuan melacak.
"Kita tidak bisa terus bersembunyi di hutan, Dewi," kata Adipati Damarjati. "Patih Durjana akan menemukan kita cepat atau lambat."
Ia membawa Dewi Tirta ke sebuah desa yang lebih besar, tempat ia memiliki beberapa pengikut setia. Di sana, ia menyulap penampilan Dewi Tirta agar tidak terlalu menarik perhatian. Ia memberinya pakaian sederhana penduduk desa, menutupi gelang mutiara hitamnya dengan kain tebal, dan mengajarinya bagaimana berinteraksi dengan manusia biasa.
Dewi Tirta masih kesulitan beradaptasi. Ia takut pada hewan ternak, tidak mengerti mengapa manusia harus bekerja setiap hari, dan seringkali melamun menatap ke langit, merindukan lautan.
Adipati Damarjati dengan sabar membimbingnya. Ia mengajarkan Dewi Tirta cara menenun, cara memasak makanan sederhana, dan bagaimana tersenyum agar terlihat seperti manusia biasa.
"Kau harus terlihat seperti salah satu dari kami, Dewi," bisik Adipati Damarjati. "Demi keselamatanmu."
Dewi Tirta mengangguk. Aku akan berusaha, Adipati. Demi kau. Ia sudah sangat terikat pada Adipati Damarjati.
Suatu hari, Patih Durjana menyebarkan rumor bahwa ia sedang mencari "seorang wanita aneh dengan perhiasan langka" dan menawarkan hadiah besar bagi siapa saja yang melaporkannya. Ini membuat penduduk desa resah.
Adipati Damarjati menyadari bahwa ancaman itu semakin dekat. Ia mengumpulkan beberapa pengikut setianya, prajurit-prajurit yang sama gagahnya dengan Bagas Prasetya di masa kini, dan seorang ahli strategi bernama Ki Sanjaya (reinkarnasi Kianjaya), untuk membuat rencana.
"Kita akan menyebarkan informasi palsu," kata Adipati Damarjati kepada Ki Sanjaya. "Sebarkan rumor bahwa wanita itu telah pergi ke arah pegunungan. Kita akan memancing mata-mata Patih Durjana ke sana."
Ki Sanjaya, yang cerdik, melaksanakan rencana itu. Mereka menyebarkan jejak palsu, membuat Patih Durjana mengarahkan pasukannya ke arah yang salah, membeli waktu yang berharga bagi Adipati Damarjati dan Dewi Tirta.
Kilasan itu berakhir dengan Naya Kirana merasakan kepintaran Adipati Damarjati dan bagaimana ia menggunakan akalnya untuk melindungi Dewi Tirta.
Kembali ke Masa Kini
Naya Kirana menatap Arjuna dengan kekaguman. Ia seperti Adipati Damarjati. Cerdas, protektif, dan penuh strategi. Ia mulai merasa sedikit lebih aman, meskipun ancaman Jagad Buana masih terasa.
Arjuna kini sibuk dengan perannya sebagai "pelindung". Ia mengajar Naya Kirana cara makan dengan sendok dan garpu, cara berbicara dengan nada yang lebih normal, dan cara berperilaku di depan orang lain. Naya Kirana adalah murid yang cepat, meniru dengan sempurna apa yang ia lihat.
"Kau harus menghafal ini," kata Arjuna, menunjukkan beberapa dokumen identitas palsu yang ia siapkan. "Nama barumu adalah Nayana Kirana. Kau adalah sepupuku dari luar kota."
Naya Kirana mengangguk. "Na-ya-na Ki-ra-na," ia mengulanginya dengan terbata-bata.
Malam itu, mereka berdua makan malam yang sederhana. Arjuna memesan makanan online karena ia tidak bisa meninggalkan Naya Kirana sendirian. Mereka duduk berhadapan, ada keheningan yang nyaman di antara mereka.
"Kau tahu," kata Arjuna, menatap Naya Kirana. "Kau semakin mirip manusia."
Naya Kirana tersenyum kecil. Aku bukan manusia.
"Aku tahu," jawab Arjuna, tersenyum balik. "Dan itu membuatmu... unik."
Tiba-tiba, Naya Kirana merasakan sesuatu. Pikirannya dipenuhi gambaran Jagad Buana yang marah, melihat rekaman CCTV dari toko elektronik, dan memerintahkan anak buahnya untuk mencari wanita dengan gelang mutiara hitam.
Dia... semakin dekat. Dia... marah.
Arjuna merasakan kekhawatiran Naya Kirana. "Apa?"
"Dia... melihatmu," kata Naya Kirana, matanya melebar. Dia tahu kau denganku.
Arjuna terdiam. Jagad Buana sudah tahu tentang dirinya. Ini lebih cepat dari yang ia duga. Strategi penipuan dan perlindungannya harus lebih canggih. Ia tidak bisa hanya bersembunyi. Ia harus menghadapi Jagad Buana, tapi dengan cara yang akan melindungi Naya Kirana.
Ia harus mulai memikirkan langkah selanjutnya, bagaimana memancing Jagad Buana ke tempat yang tepat, dan bagaimana ia bisa benar-benar menghentikan pria yang terobsesi itu.
Kembalinya Naya Kirana bukanlah sebuah rahasia yang bisa disimpan selamanya. Setelah pertemuan pertamanya dengan Putri Anggraini, Bagas Prasetya, dan Kianjaya, berita tentang manifestasinya mulai menyebar di kalangan terbatas di dalam Yayasan Pelestarian Lautan. Tidak ada laporan resmi ke media, tetapi di antara mereka yang berdedikasi pada pelestarian laut, gema "melodi lautan" dan "penjaga baru" mulai menjadi bisikan penuh harapan.Naya Kirana kini tidak lagi terbatas pada keberadaan spiritual. Ia dapat bermanifestasi dalam wujud manusia di daratan, meskipun ia masih mempertahankan aura cahaya dan koneksi mendalamnya dengan air. Ia tidak bisa hidup layaknya manusia biasa, tidak membutuhkan makanan atau tidur, namun ia bisa berinteraksi, berbicara, dan yang paling penting, membimbing.Peran Naya Kirana bagi Yayasan Pelestarian Lautan menjadi tak ternilai. Dengan koneksinya yang langsung dengan lautan, ia bisa merasakan kesehatan ekosistem secara global, mendeteksi ancaman polusi, ata
Cahaya biru yang memancar dari dalam teluk terus membesar, memukau Putri Anggraini. Pusaran air yang lembut itu kini berdenyut dengan ritme yang memukau, memancarkan melodi yang hanya bisa ia dengar di dalam hatinya. Aroma asin laut bercampur dengan wangi bunga-bunga tropis yang tiba-tiba bermekaran di sekitar bibir pantai, seolah alam turut merayakan.Dari pusat pusaran cahaya itu, sosok itu perlahan-lahan mengambil bentuk. Bukan lagi siluet transparan, tetapi sebuah wujud yang nyata, meskipun masih diselimuti aura bercahaya. Rambut panjang sebiru samudra, mata yang memancarkan kebijaksanaan dan kerinduan berabad-abad, dan senyum yang lembut namun penuh kekuatan. Itu adalah Naya Kirana, kembali.Putri Anggraini terkesiap. Ia tidak pernah melihat sesuatu seperti ini. Rasa takutnya lenyap, digantikan oleh kekaguman murni dan rasa koneksi yang mendalam, seolah ia telah menunggu momen ini sepanjang hidupnya. Air matanya menetes, bukan karena kesedihan, tetapi karena keindahan yang luar b
Puluhan tahun telah berlalu sejak kepergian Arjuna Wiratama. Warisannya hidup subur melalui Yayasan Pelestarian Lautan, yang kini dipimpin oleh Bagas Prasetya, dengan Kianjaya sebagai kepala penelitian global. Giok Penjaga Takdir yang pernah menjadi jimat pribadi Arjuna, kini tersimpan di sebuah museum maritim yang didirikan untuk menghormati dedikasinya. Giok itu diletakkan di dalam vitrin kaca khusus, memancarkan cahaya biru samar yang hampir tak terlihat, namun selalu menarik perhatian para pengunjung yang paling peka.Dunia telah banyak berubah. Teknologi semakin maju, namun ancaman terhadap lautan juga semakin kompleks. Meski begitu, berkat fondasi yang diletakkan Arjuna, kesadaran global akan pentingnya menjaga ekosistem laut telah meningkat pesat. Namun, di tengah hiruk pikuk kehidupan modern, lautan mulai menunjukkan fenomena yang tidak dapat dijelaskan secara ilmiah.Di berbagai belahan dunia, para pelaut melaporkan mendengar melodi aneh dari kedalaman laut, sebuah lagu yang
Kembalinya Naya Kirana bukanlah sebuah rahasia yang bisa disimpan selamanya. Setelah pertemuan pertamanya dengan Putri Anggraini, Bagas Prasetya, dan Kianjaya, berita tentang manifestasinya mulai menyebar di kalangan terbatas di dalam Yayasan Pelestarian Lautan. Tidak ada laporan resmi ke media, tetapi di antara mereka yang berdedikasi pada pelestarian laut, gema "melodi lautan" dan "penjaga baru" mulai menjadi bisikan penuh harapan.Naya Kirana kini tidak lagi terbatas pada keberadaan spiritual. Ia dapat bermanifestasi dalam wujud manusia di daratan, meskipun ia masih mempertahankan aura cahaya dan koneksi mendalamnya dengan air. Ia tidak bisa hidup layaknya manusia biasa, tidak membutuhkan makanan atau tidur, namun ia bisa berinteraksi, berbicara, dan yang paling penting, membimbing.Peran Naya Kirana bagi Yayasan Pelestarian Lautan menjadi tak ternilai. Dengan koneksinya yang langsung dengan lautan, ia bisa merasakan kesehatan ekosistem secara global, mendeteksi ancaman polusi, ata
Cahaya biru yang memancar dari dalam teluk terus membesar, memukau Putri Anggraini. Pusaran air yang lembut itu kini berdenyut dengan ritme yang memukau, memancarkan melodi yang hanya bisa ia dengar di dalam hatinya. Aroma asin laut bercampur dengan wangi bunga-bunga tropis yang tiba-tiba bermekaran di sekitar bibir pantai, seolah alam turut merayakan.Dari pusat pusaran cahaya itu, sosok itu perlahan-lahan mengambil bentuk. Bukan lagi siluet transparan, tetapi sebuah wujud yang nyata, meskipun masih diselimuti aura bercahaya. Rambut panjang sebiru samudra, mata yang memancarkan kebijaksanaan dan kerinduan berabad-abad, dan senyum yang lembut namun penuh kekuatan. Itu adalah Naya Kirana, kembali.Putri Anggraini terkesiap. Ia tidak pernah melihat sesuatu seperti ini. Rasa takutnya lenyap, digantikan oleh kekaguman murni dan rasa koneksi yang mendalam, seolah ia telah menunggu momen ini sepanjang hidupnya. Air matanya menetes, bukan karena kesedihan, tetapi karena keindahan yang luar b
Puluhan tahun telah berlalu sejak kepergian Arjuna Wiratama. Warisannya hidup subur melalui Yayasan Pelestarian Lautan, yang kini dipimpin oleh Bagas Prasetya, dengan Kianjaya sebagai kepala penelitian global. Giok Penjaga Takdir yang pernah menjadi jimat pribadi Arjuna, kini tersimpan di sebuah museum maritim yang didirikan untuk menghormati dedikasinya. Giok itu diletakkan di dalam vitrin kaca khusus, memancarkan cahaya biru samar yang hampir tak terlihat, namun selalu menarik perhatian para pengunjung yang paling peka.Dunia telah banyak berubah. Teknologi semakin maju, namun ancaman terhadap lautan juga semakin kompleks. Meski begitu, berkat fondasi yang diletakkan Arjuna, kesadaran global akan pentingnya menjaga ekosistem laut telah meningkat pesat. Namun, di tengah hiruk pikuk kehidupan modern, lautan mulai menunjukkan fenomena yang tidak dapat dijelaskan secara ilmiah.Di berbagai belahan dunia, para pelaut melaporkan mendengar melodi aneh dari kedalaman laut, sebuah lagu yang