Share

Bab 4

Keesokan harinya.

Mila menangis tersedu-sedu di ujung ranjangnya, ia teringat Rendi yang menggagahi habis dirinya. Sprei abu-abu polos ini menjadi saksi, bercak darah yang menempel akibat perbuatan bajingan yang Rendi lakukan. Bagaimana brutalnya Rendi merenggut kesuciannya yang selama ini ia jaga. Hancur sudah harapan hidup Mila untuk bisa menikah dengan laki-laki yang dicintainya. Ia sedih, ia menyesal harus berakhir seperti ini.

Rendi tertidur pulas di ruang tamu nya. Setelah berhasil merenggut mahkota Mila, ia tertawa puas dan segera berlalu keluar dari kamar Mila, meninggalkan Mila yang terbaring lemas dan menangis. Rendi dalam kondisi mabuk berat, pagi ini kepalanya sangat berat dan terasa pusing. Firly membangunkan Rendi yang tertidur sangat pulas.

"Ya ampun, Mas. Kamu kok tidur disini sih, pantesan tadi pagi aku lihat kamu gak ada. Ya ampun, bau banget lagi. Pasti Mas Rendi abis minum lagi. Mas, bangun! Ayo, ini udah siang! Bangun kamu!" tegas Firly.

Rendi menguap dan membuka matanya, ia melihat Firly yang sudah rali dengan pakaian kerjanya dan make up yang menempel di wajahnya.

"Mas, kok kamu tidur disini sih!" keluh Firly.

"Aku gak bisa tidur di kamar." jawab Rendi malas.

"Mas, jadi kan cari supir buat aku hari ini? Nanti dia mulai kerja hari senin. Aku jadi camping hari ini. Aku udah siap, cepetan kamu bangun, terus mandi. Anterin aku ke butik. Ayo, gak pake lama, Mas!" Firly sangat cerewet.

"Ah, dasar kamu! Baiklah, aku akan segera mandi sekarang. Sarapan duluan aja sama Calief." ucap Rendi.

Mila mencoba melupakan kejadian pahit yang menimpanya. Ia tetap menyiapkan sarapan untuk keluarga Rendi. Ia tak mau membuat masalah besar. Ia tak tega jika Firly dan Rendi harus bertengkar karena dirinya.  Mila mencoba menguatkan dirinya sampai selesai membuat surat pengunduran dirinya.

Ya, Mila akan berhenti bekerja dari rumah Rendi. Mila tak kuat, jika terus- menerus menyimpan luka karena perbuatan Rendi padanya. Ia harus pergi, ia tak boleh merusak kebahagiaan orang lain. Mila sudah memutuskan untuk segera pergi dari rumah Rendi secepat mungkin.

🌸🌸🌸

Rendi telah mengantarkan Firly ke butik. Firly juga pamit pada Rendi dan Calief, karena hari ini Firly tak akan pulang ke rumah. Firly akan camping bersama karyawannya. Rendi dan Calief pun menyalami Firly, perpisahan selama dua hari tanpa sang Mama.

"Hati-hati ya Ma, Alief bakalan rindu sama Mama," Calief memeluk Firly.

"Iya sayang, Mama juga pasti kangen Alief. Baik-baik ya sama Papa dan Mbak Mila juga." pesan Firly.

"Ya sudah, kita pamit ya, sayang." Rendi mengecup kening Firly.

"Ya, Mas. Hati-hati dijalan."

Rendi dan Calief masuk ke mobil. Mereka akan segera pulang. Calief libur sekolah, karena ini hari sabtu. Tiba-tuba, Calief merengek pada Rendi.

"Papa, Alief mau ke rumah Eyang!" ucap Calief,

"Loh, kamu kan gak bawa baju ganti. Nanti kamu suka main kotor-kotoran kalo di rumah Eyang."

"Gak apa-apa. Nanti Papa pulang aja, terus ke rumah Eyang lagi, anterin baju Alief. Ya? Please, Papa? Alief pengen main sama Diana." ucap Calief.

"Baiklah, ayo!"

Rendi mengantar Calief pergi ke rumah Ibunya. Setelah selesai, Rendi segera pulang ke rumahnya, untuk membawa pakaian ganti untuk Calief. Sepertinya, Calief ingin menginap di rumah Eyangnya, untuk itu Rendi akan mempersiapkan segalanya, jika benar anak itu akan menginap.

Sesampainya di rumah.

"Mil, tolong siapkan baju main dan baju tidur Calief. Aku harus mengantarkannya ke rumah Neneknya." ucap Rendi.

Mila tak menjawab. Ia segera naik ke lantai atas melangkahkan kakinya menuju kamar Calief. Rendi bingung, dengan apa yang terjadi pada Mila. Rendi tak ingat perlakuannya semalam, karena ia sangat mabuk. Ia merasa tak melakukan apa-apa pada Mila, karena memorinya belum sepenuhnya teringat kembali.

Kurasa, dia memang mabuk. Dia tak menyadari perbuatannya padaku. Semoga saja, aku tak hamil, jadi aku tak perlu menangisi nasibku yang malang. Aku harus segera pergi dari rumah ini. Batin Mila.

Mila menyerahkan baju Calief pada Rendi. Selain menyerahkan bajunya, Mila juga menyerahkan sebuah kertas pada Rendi. Rendi heran, ia segera membukanya. Rendi membaca dengan seksama. Betapa kagetnya ia, ketika membaca pengunduran diri Mila mulai hari minggu esok.

"Mil, apa maksudmu?" tanya Rendi.

"Maaf, Pak. Saya harus segera berhenti. Saudara Ibu saya ada di kampung, saya harus segera pulang." ucap Mila.

"Enggak. Kamu gak boleh berhenti. Saya gak izinin kamu berhenti dari sini." tegas Rendi.

"Maaf, Pak!" Mila berlalu kembali menuju dapur. Ia tak ingin mendengar penolakan dari Rendi.

"MIL, MILA! ADA APA DENGANMU?" Rendi berteriak pada Mila.

Mila tak mengindahkan ucapan Rendi. Tiba-tiba, kepala Rendi pusing dan serasa berputar, karena ia berteriak-teriak pada Mila. Seketika, muncul bayangan kejadian semalam yang menimpa Mila. Rendi teringat jika dirinya membekap Mila dan mencumbu Mila dengan ganas. Seketika itu juga Rendi kaget, dan tak menyangka dirinya melakukan hal itu pada Mila saat mabuk.

Astaga, Mila. Aku baru ingat bahwa semalam aku menyetubuhi mu. Aku baru ingat, aku mendapatkan darah perawan mu. Aku baru sadar, inilah penyebab kamu mengundurkan diri. Mila? Aku tak bisa membiarkan ini terjadi. Aku telah keliru. Kamu telah bercinta denganku, aku tak mungkin membuangmu. Maafkan aku yang tak sadar sejak awal Mila. Batin Rendi.

Rendi segera menuju dapur menghampiri Mila yang sedang mengelap meja makan. Rendi merasa bersalah karena telah merenggut kesucian Mila. Ia tahu, itu diluar batasnya, namun tetap saja dirinya yang telah melakukan hal itu pada Mila.

"Mila ... Maafkan aku," Rendi menghampiri MIila yang terlihat menangis.

*Bersambung*

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status