Home / Romansa / Tergoda Hasrat si Presdir Tampan / Bab 1 ( Malam Yang Terlupakan)

Share

Tergoda Hasrat si Presdir Tampan
Tergoda Hasrat si Presdir Tampan
Author: Tri Afifah

Bab 1 ( Malam Yang Terlupakan)

Author: Tri Afifah
last update Last Updated: 2023-10-18 10:34:46

"Siapa kau?" dengan sedikit kesadaran yang masih tersisa, Rangga mencoba untuk memahami situasi ini dan bertanya. Ia menyipitkan matanya, mencoba untuk memandang wajah wanita yang terlihat bergerak gelisah.

Rangga menggelengkan kepalanya berulang kali, berusaha untuk tetap sadar walaupun sebenarnya tubuhnya semakin terasa panas dan butuh sesuatu untuk menetralkan rasa panas dalam tubuhnya.

Saat dirinya ingin menggendong tubuh gadis yang berada di hadapannya ini, kulitnya terasa terbakar saat bersentuhan dengan kulit gadis itu.

Rangga menelan ludahnya berulang kali, mencoba menghilangkan rasa ngilu di bagian kepala dan tubuh bagian bawahnya.

"Ada yang salah!" ucap Rangga saat menggendong tubuh gadis yang Rangga rasakan begitu ringan.

Saat menidurkan gadis itu ke atas kasur, Rangga berusaha untuk melangkahkan kakinya menuju ke kamar mandi. Mungkin dengan berendam dengan air dingin, tubuhnya akan kembali seperti semula.

Namun saat akan melangkah, tangannya ditarik sehingga tubuhnya ambruk begitu saja, tepat berada di atas tubuh gadis yang digendongnya.

Rangga tak dapat menolak pesona gadis yang berada di bawah tubuhnya ini.

Ini salah.

Ya, Rangga tahu ada yang salah dan tidak beres di malam ini. Namun, hasratnya sebagai laki-laki normal telah dibangunkan. Ia kembali menatap gadis yang saat ini telah berada di bawah tubuhnya. Gadis itu terlihat begitu gelisah, bergerak tak menentu sehingga atasan blousenya terlihat berantakan dan menampilkan sesuatu yang begitu indah.

Rangga memijat kepalanya yang kembali terasa sakit. Sial!

Tak dapat menahan Hasratnya lebih lama lagi, Akhirnya Rangga menyerah dan langsung merapatkan diri, menyatukan bibir mereka sehingga keduanya bergumul dengan penuh sensasi yang begitu nikmat.

Rangga semakin menggila, Ia menuntut agar ciuman keduanya lebih dalam lagi.

Dalam kesadaran yang semakin menghilang, Rangga menatap wajah gadis itu.

Gadis itu semakin bergerak tak terkendali dan hal itu terlihat begitu seksi Dimata Rangga, terlebih rambut panjangnya yang terlihat acak-acakan menambah kesan yang sulit untuk diartikan.

Rangga menggelengkan kepalanya, bahkan ia sempat memukul wajahnya untuk menyadarkan diri. Namun, diantara akal dan Hasrat yang begitu menggebu. Ia tak mampu untuk menormalkan pikirannya lagi.

Dan tanpa dapat dicegah, keduanya kembali berciuman dengan baju yang sudah tak menempel pada tubuh keduanya. Bukan hanya sekedar ciuman atau pelukan, keduanya telah terbang bebas mengudara ke tempat yang tidak seharusnya mereka rasakan. Sebuah nikmat yang tak bisa dilukiskan dengan kata-kata.

Kini keduanya telah berada dalam kenikmatan yang luar biasa dan tak dapat diucapkan dengan kata-kata.

"Apa-apaan ini!"

Suci menjerit saat mendapati dirinya telah satu tempat tidur bersama dengan seorang pria yang sudah dikenalnya.

"Kau? Apa yang kau lakukan di kamarku!"

Rangga tak kalah terkejutnya melihat ada sosok tubuh gadis yang saat ini duduk di ranjangnya, dengan tubuh yang hanya tertutup oleh selimut.

Rangga menatap dari samping, wajah gadis yang terlihat kebingungan itu. Seorang gadis yang biasa mengantarkan kopi untuk dirinya saat di kantor. Ya, dialah Suci, office girl di kantor Rangga.

Suci menatap ke bawah, menyadari semua pakaiannya telah tergeletak begitu saja. Bahkan pakaian dalamnya juga tak luput dari perhatiannya. Suci mengeratkan genggaman tangannya pada selimut yang menutupi sebagian tubuhnya. Sakit hati atas kejadian ini.

Rangga mengusap wajahnya berkali-kali, Mencoba untuk mengingat-ingat kejadian semalam.

Tidak ada yang mampu bersuara, baik Rangga maupun Suci sama sekali tak mengerti apa yang sebenarnya terjadi. Yang mereka ingat hanyalah sebuah ingatan samar-samar dan itu semua tidak menjelaskan apa-apa.

Tanpa sepatah katapun, Rangga bangkit dari tempat tidurnya dan berlalu meninggalkan Suci dan masuk ke dalam kamar mandi.

Setelah Kepergian Rangga, Suci memungut baju dan langsung memakainya. Ia tidak ingin terlibat lagi dengan Pria yang terkenal dengan sikap sombongnya itu.

Air matanya menetes setiap kali ingin mengingat kejadian semalam, namun ingatannya tidak berfungsi dengan baik. Walaupun sebenarnya ia tidak mengerti apa dan kenapa ini bisa terjadi. Tetap saja, Ia merasa Rangga sudah bertindak terlalu jauh.

"Cepat keluar dari kamarku!" sentak Rangga saat melihat Suci yang masih berusaha untuk memakai celana Jeansnya. Mendengar itu, Suci bergegas untuk mempercepat gerakannya dan bergegas keluar dari kamar dengan jalan yang tertatih-tatih. Rangga tak memperdulikan ekspresi wajah Suci yang terlihat begitu sedih karena sikap kasarnya itu.

Saat tangan Rangga akan mengambil selimutnya untuk dibersihkan, kedua matanya menangkap sebuah bercak darah di kasurnya.

Rangga tidak bodoh, walaupun Ia tak pernah sekalipun melakukan hubungan intim dengan wanita lain, tapi ia tahu itu adalah darah keperawanan seorang wanita. Berarti dirinyalah orang pertama yang telah menghabiskan malam pertama dengan gadis itu?

Rangga segera menyambar kunci mobilnya. Ia rasa hal yang terjadi pagi ini merupakan suatu kesengajaan. Pasti ada orang-orang yang sengaja ingin menjebaknya bersama dengan gadis itu.

Sebelum sampai ke parkiran mobil, Rangga berusaha untuk menelepon seseorang. Namun, teleponnya tak diangkat. Hal itu menambah daftar panjang kecurigaan Rangga bahwa hal semalam bukanlah sesuatu yang tak sengaja, melainkan sebuah kesengajaan. Seseorang berusaha untuk menjebak dirinya dan akan menjelekkan nama baiknya.

Sampai di kantor, Rangga Kembali disibukkan dengan berbagai dokumen kerjanya yang telah menumpuk di atas meja kerja miliknya. Ia benar-benar merasa kesal, pada asistennya yang belum sampai ke kantor pagi ini.

Belum reda kekesalannya, suara ketukan pintu terdengar begitu menjengkelkan di telinganya. Belum sempat ia mempersilahkan orang yang mengetuk pintu itu masuk, Rangga dapat melihat sesosok tubuh wanita yang baru saja menemaninya tidur semalam telah memasuki ruangannya.

Dalam hati Suci juga tak ingin kembali bertemu dengan Rangga. Namun, hal itu tidak bisa ia lakukan karena, ini adalah tugasnya.

"Ini kopinya, pak." Kata Suci, meletakkan kopi panas itu di atas meja Rangga.

Suci sempat memandang wajah Rangga walau hanya sesaat. Pandangan pria itu sangatlah tajam dan seperti hendak memakannya hidup-hidup. Selesai meletakkan gelas berisi kopi itu, Suci berbalik dan berjalan ke arah pintu keluar.

"Tunggu!"

Suci menghentikan langkahnya. Ia memilih tidak berbalik untuk menatap wajah Rangga. Ia belum siap untuk melihat wajah pria itu.

Rangga menarik tangan Suci, agar wanita itu bisa melihat langsung menghadap pada dirinya.

Saat berbalik, Suci dapat melihat raut wajah Rangga yang terlihat marah.

Merasa takut, Suci memutuskan untuk berjalan mundur untuk menghindari tatapan mata pria yang kini terlihat begitu menyeramkan. Rangga terus bergerak maju dan membuat Suci terus berjalan mundur, sampai ia tak dapat lagi bergerak karena tubuhnya telah terpojok ke tembok.

"Siapa…" Suci dapat melihat raut wajah Rangga kembali marah padanya. Rahang pria itu nampak mengeras. "Siapa orang yang menyuruhmu untuk tidur denganku?"

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Tergoda Hasrat si Presdir Tampan   Bab 152 ( I Love You, My Presdir! )

    "Sepertinya, kita salah kamar."Rangga dan Joni saling tatap, lalu mengalihkan pandangannya pada Suci."Apa maksudmu, sayang?" tanya Rangga."Wanita itu, dia tidak mungkin Siska. wajahnya...sama sekali, tidak mirip dengan Siska. aku yak-""Maaf, tapi itulah Siska. wanita yang wajahnya rusak dan bertubuh kurus itu Siska." Potong Joni. Saat Suci akan mematahkan perkataan Joni, seorang dokter dan perawat datang menghampiri mereka."Siapa diantara kalian, yang bernama Rangga?" tanya dokter itu sambil tersenyum."Saya, dok. " Rangga maju selangkah, agar bisa lebih dekat dengan sang dokter bertubuh gempal itu."Saya harap, kedatangan anda bisa sedikit membantu kesembuhan Siska," Mendengar nama Siska disebut, Suci kembali menolehkan kepalanya pada kaca jendela ruangan itu.Suci kembali mendekatkan wajahnya pada kaca jendela ruangan itu. Berkali-kali ia menggelengkan kepalanya, air matanya menetes begitu saja tanpa dapat ia cegah. Siska yang dulu terlihat begitu cantik dengan wajah yang semp

  • Tergoda Hasrat si Presdir Tampan   Bab 151 ( Menemui Mantan)

    Sandi yang telah sepenuhnya pulih dari luka yang dideritanya, telah kembali ke rumah. Lebih tepatnya, rumah yang disediakan oleh Lestari. Ia begitu menjaga keamanan mantan sahabatnya itu, dari orang-orang yang bisa saja kembali akan melukainya."Bagaimana, sudah kau urus semuanya?"Joni mengangguk mengiyakan.Lestari mendesah lega, karena semua rencana yang telah ia rancang sudah mulai menemui titik terang."Baguslah, kalau begitu tugasmu kali ini adalah mengantarkan anak menantuku ke Rumah Sakit-""Anda serius?"potong Joni. Pria itu nampak menatap wajah majikannya itu begitu serius."Maaf, apabila tindakan saya tidak sopan. tapi, terlalu berisiko jika harus kembali mempertemukan Rangga dengan mantan kekasihnya itu. saya hanya kasihan pada Suci." Lanjutnya tanpa berani memandang wajah Lestari.wanita itu sempat ingin memprotes, namun hal itu urung ia ucapkan karena paham bahwa Joni sudah mengetahui seluk beluk tentang keluarganya.Joni bukan sekedar anak buah Lestari. Namun, pria itu

  • Tergoda Hasrat si Presdir Tampan   Bab 150 ( Sedikit Rasa Iba)

    Lestari menatap wajah Suci, sebenarnya ia tidak ingin menyakiti buah hatinya itu. Tapi, sebagai seorang wanita, Lestari tidak cukup kuat untuk menahan beban pikiran saat melihat penderitaan Siska.“Maafkan, ibu sayang. Ibu kasihan melihat keadaan Siska. Dia benar-benar membutuhkan bantuan kita. Ibu tahu, kau akan kembali terluka saat suamimu menolongnya. Tapi, ibu yakin kau akan merasa kasihan jika melihat keadaannya.”Suci mengalihkan pandangannya pada suaminya. Ia ingin melihat dan mendengar, apa yang akan diucapkan oleh Rangga. Suci ingin mendengar, jawaban yang akan keluar dari bibir pria itu.Rangga yang ditatap seperti itu, mengalihkan pandangannya. Ia tidak dapat langsung memberikan jawaban atas apa yang diinginkan oleh ibu mertuanya itu. Jujur saja, banyak hal yang dulu pernah ia alami bersama dengan Siska. Ia tidak menampik, bahwa kehadiran Siska dulu pernah mengisi ruang dalam hatinya.“Apa jawabanmu, mas?” Suci tidak dapat bersabar lagi. Ia tidak ingin menunggu lebih lama l

  • Tergoda Hasrat si Presdir Tampan   Bab 149 ( Permintaan Lestari)

    Rangga hanya diam menatap isi karung yang telah dibuang oleh seseorang di depan pagar rumahnya.“Apa kita laporkan ke polisi saja, mas?” tanya Suci saat melihat isi karung yang membuat perutnya bergejolak ingin muntah.“Tega sekali mereka,”“Hubungi Polisi, kita akan lihat apa yang sebenarnya mereka inginkan. Jangan-jangan ini perbuatan Anton.” Pikir Rangga dengan mata yang masih menatap tubuh anjing yang telah mati. Bukan hanya satu, melainkan tiga ekor anjing yang sudah tidak bernyawa.***Pemberitaan tentang Karung berisi anjing yang telah mati menjadi topik hangat untuk, dibicarakan diberbagai macam platform media elektronik. Keluarga Rangga kembali menjadi bulan-bulanan pembicaraan media sosial manapun. Hal itu, membuat pria itu kembali harus ekstra berhati-hati saat pergi ke suatu tempat, terutama untuk keselamatan Suci, istrinya.“Ini adalah hasil petisi tanda tangan para karyawan yang tidak menginginkan kehadiran mu, di kantor ini.” Anton membuka rapat koordinasi dengan para p

  • Tergoda Hasrat si Presdir Tampan   Bab 148 ( Kali Ini, Harus Berhasil!)

    "Apa kau mau aku pecat, hah! mengganggu saja!" ucap Rangga pada seorang wanita yang terlihat menundukkan kepalanya saat pintu kamar telah terbuka."Ma-maaf pak, tapi tadi ada mobil berhenti di depan gerbang. terus melemparkan sesuatu di dalam karung. penjaga di depan gerbang, tidak berani membukanya tanpa persetujuan anda." Jawab wanita itu.Rangga menggeleng, otaknya terasa ingin pecah. namun, ia berusaha untuk tetap tegar menghadapi kenyataan bahwa ada saja manusia yang mencoba untuk mengganggu waktunya."Baiklah, dengarkan aku baik-baik. biarkan karung itu ditempatnya, tunggu sampai aku turun ke bawah, yang terpenting. kamera pengawas sudah merekam aksi orang tersebut. mengerti?""Baik, pak. saya akan memberikan informasi ini pada para penjaga." wanita itu bergegas untuk pergi meninggalkan Rangga."Ada apa mas?" tanya Suci, saat Rangga kembali masuk.ke dalam kamar dan menutup pintu."Hanya masalah kecil, tapi mereka membesarkan semuanya."Rangga menatap tubuh Suci yang sudah terbal

  • Tergoda Hasrat si Presdir Tampan   Bab 147 ( Ada Pengganggu)

    Rangga masih belum beranjak dari tempat duduknya. pria itu terlihat kesal karena sudah mendapatkan penolakan mentah-mentah oleh Suci. wanita itu nampak lebih segar setelah keluar dari kamar mandi.Suci memang menolak berhubungan dengan Rangga. hal itu karena bagian bawah tubuhnya masih merasa sakit karena ulah Rangga saat di kantor tadi."Masih marah?" Rangga menatap dingin wanita cantik yang saat ini sedang menatapnya."Sayang..." Suci mendekat, duduk di samping pria yang masih menampilkan wajah enggannya.Rangga mendesah pasrah, ia tidak mungkin bisa terus-terusan marah pada istrinya itu."Aku kesal, tidak dapat menikmati makananku." Jawab Rangga dengan senyum liciknya."Jadi, kau pikir aku ini makanan?"Rangga tertawa terbahak-bahak mendengar pertanyaan Istrinya itu.Suci terlihat sedikit terkejut, dengan respon yang diberikan oleh suaminya itu. setelah beberapa lama tidak melihat wajah Rangga yang tertawa lepas Seperti ini, rasanya hal ini begitu menakjubkan.Suci merengkuh tubuh

  • Tergoda Hasrat si Presdir Tampan   Bab 146 ( Diiringi dengan Hujan)

    Rangga mendekatkan wajahnya pada Suci, membuat wanita itu seketika mundur dan tidak dapat berbuat apa-apa karena kepalanya telah terpojok ke kaca jendela mobil."Mas, berhenti!"Rangga menghentikan gerakannya, alisnya terangkat satu. raut wajahnya terlihat agak kesal karena ucapan Suci."Mas, tolonglah. ini di jalanan, masa mau ciuman di dalam mobil?""Tidak ada yang salah, kita adalah suami istri yang sah!" Rangga terlihat kesal, pria itu kembali memperbaiki posisi duduknya pada kursi yang diduduki."Mas, jangan marah. dengarkan aku, setelah itu... terserah dirimu mau melakukan apa pun yang mas mau."Rangga menoleh, menatap wajah sang istri dengan senyum liciknya."Aku sempat menatap sorot mata Anton yang begitu kosong. apa mungkin selama ini Anton berpura-pura saja menjadi jahat?"Rangga semakin mengerutkan keningnya . ia masih merasa aneh dengan cara berpikir Suci. bagaimana bisa, apa motifnya?Rangga menggeleng, bentuk dari tidak setujunya ucapan yang baru saja Suci ucapkan."Tapi

  • Tergoda Hasrat si Presdir Tampan   Bab 145 ( Tatapan Mata yang Kosong)

    Suci sedang bersandar pada mobil, menunggu Rangga yang sedang mengambil kunci mobilnya yang tertinggal di ruangannya.“Suci?”Mendengar namanya dipanggil, Suci sedikit terkejut. Terlebih, ia mengenali suara itu. Walaupun ragu, Suci akhirnya menoleh . Karena tidak mungkin dirinya berpura-pura tidak mendengar sapaan itu. “Anton?”Pria itu menyunggingkan senyumnya. Seperti tidak terjadi apa-apa.“Pertemuan ini terasa canggung,” ujar Anton. Langkah kakinya semakin mendekat pada tubuh Suci.Suci berdehem beberapa kali, untuk menghilangkan rasa gugupnya.“Sebenarnya…hal ini tidak perlu terjadi. Aku, masih berharap agar kau tetap jadi asisten, mas Rangga.” Anton menghentikan langkahnya, tepat dihadapan Suci.Pria itu terlihat masih tersenyum menanggapi perkataan Suci. Namun, senyumannya justru membuat wanita cantik itu terlihat tidak suka. Lebih tepatnya, rasa takut yang terlihat jelas pada wajah Suci.“Kenapa ekspresi mu seperti itu? bukankah kita teman?”“Teman?”Anton mengangguk, mengiy

  • Tergoda Hasrat si Presdir Tampan   Bab 144 ( Tidak akan Kalah! )

    Setelah puas menikmati permainan singkat yang telah Rangga lakukan, Suci segera membasuh tubuhnya di toilet ruangan Rangga. Ia tidak ingin jika bertemu dengan karyawan di kantor ini, mereka dapat mencium aroma tubuh Rangga yang masih menempel pada tubuhnya.“Sudah?” tanya Rangga yang melihat tubuh istrinya itu baru keluar dari toilet.Suci mengangguk, lalu memilih untuk duduk di Sofa.Rangga dapat melihat bagaimana lelahnya sang istri setelah mendapatkan hukuman atas kesalahannya karena main kabur dari rumah. Namun, siapa sangka jika Suci tidak menyadari hal itu. Rangga memang sengaja akan mengerjai Suci di kantor, itulah sebabnya mengapa ia memilih untuk berangkat pagi-pagi sekali.“Mas, apa hari ini kau ada rapat?”Rangga mencoba untuk mengingat.“Hari ini tidak, tapi besok jam sebelas akan ada Rapat yang membahas soal petisi tanda tangan untuk aku dikeluarkan dari kantor ini, dan di pindahkan ke kantor cabang.” Jawab Rangga, wajahnya sama sekali tidak mengisyaratkan kesedihan. Pri

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status