"A-apa?" Suci kebingungan dengan pertanyaan wanita paruh baya itu."Melihat ekspresi wajahmu, sepertinya benar. Dan ini sungguh kabar gembira, ini artinya anakku normal dan bukanlah penyuka sejenis." Jawab Wanita yang tak Suci kenal itu dengan penuh rasa syukur.Suci menggeleng, merasa pernyataan wanita itu begitu aneh di telinganya."Saya tidak mengerti pria yang anda maksud," sanggah Suci berusaha untuk meyakinkan wanita itu."Jaga diri, siapa tahu saat ini kau sedang mengandung anak Rangga."Ucap wanita itu, seraya bangkit dari tempat duduknya, lalu berjalan meninggalkan Suci yang masih kebingungan karena tingkah wanita itu sangatlah aneh. Hamil? Siapa yang hamil? Anak Rangga? Impossible!Setelah Kepergian wanita itu, Suci menatap perutnya yang saat ini masih terlihat datar. Memang benar, pagi itu dirinya bangun dalam keadaan tidak memakai sehelai benangpun di tubuhnya. Tapi, untuk mengingat kembali kejadian itu, jujur Suci sampai sekarang masih belum bisa mengingatnya. Yang Ia
"Apa benar, saat ini kau mengandung anakku?" Suci menahan nafasnya. Pertanyaan Rangga tidak pernah terlintas dipikiran Suci. Pria itu terlampau jujur dan tidak bertele-tele. "Ti-tidak, Pak." Jawab Suci. Bola matanya terlihat bergerak gelisah, hal itu dapat ditangkap oleh kedua mata Rangga. Pria itu tidak berkomentar, Ia memandangi wajah di hadapannya itu, mencari nada kebohongan yang bisa saja Suci ucapkan.Hening.Tidak ada yang bersuara, keduanya sedang dalam pikiran masing-masing. Hal itu membuat Suci harus kembali bersyukur, untung saja Ia tidak benar-benar mengandung anak Rangga. Jika saja hal itu terjadi, mungkin Ia akan mendapatkan teror dari pria ini. "Maaf Pak, jika tidak ada yang ingin bapak katakan lagi, saya harus pergi ke rumah sakit."Rangga hanya diam saja sambil terus menatap wajah Suci. Wajah pria yang terlihat tampan itu kembali mengeras."Jangan mencoba bermain api denganku!"Suci mundur selangkah menjauh dari jangkauan Rangga. Ia tidak ingin berada di dekat pria
6 Tergoda Hasrat"Apa maksud anda, Pak?" Suci bangkit dari tempat duduknya, lalu berdiri tepat di hadapan Rangga."Menikahlah denganku."***Tubuh Suci bergetar saat melihat beberapa perawat dan dokter masuk ke dalam ruangan operasi. Setelah menandatangani surat perjanjian yang disepakati olehnya, Rangga langsung bertindak dan menepati janjinya. Suci tahu, ia telah salah memilih jalan untuk menyepakati kontrak dengan Rangga. Namun, ia tidak memiliki pilihan atau alasan lain untuk menolak hal tersebut. Apapun yang akan terjadi di masa depan, ia harus bisa menanggungnya dan tidak boleh mengatakan kebenaran ini pada ayahnya. "Ayo, ikut denganku." Suci mendongak, menatap wajah pria yang sejak tadi mengikutinya."Tapi, Ayah-""Akan ada orang yang berjaga-jaga. Jadi, kau tidak perlu khawatir." Tegas Rangga, tidak ingin Suci membantah kata-katanya.Suci mengangguk patuh, lalu berjalan mengikuti langkah kaki Rangga.Sesekali ia menoleh ke belakang, menatap ruangan tempat Ayahnya yang saat in
"Itu masa lalu." Ucap pria bernama Restu yang masih menggenggam erat tangan Suci."Aku ingin memperbaiki diri dan mengajakmu untuk memulai lembaran baru, dengan ikatan pernikahan."Suci tersenyum masam menanggapi ucapan Restu. Dengan sisa kekuatan yang ia miliki, Suci menghentakkan tangannya agar terlepas dari genggaman Restu."Kau sudah tidak waras Restu! Sudah setahun kita tidak bersama, dan sekarang kau ingin-""Ikut denganku!"Suci dapat merasakan pergelangan tangannya sakit saat Restu menariknya dengan sangat cepat."Lepaskan aku!"Restu tidak mendengarkan ucapan Suci, pria itu nampak tak ingin dibantah dan terus menarik tubuh Suci agar mengikuti langkah kakinya.Suci terus berusaha untuk melepaskan cengkraman pergelangan tangannya dari Restu, namun tenaganya kalah kuat dan yang ia dapatkan hanyalah rasa sakit yang kian menjadi.Saat keduanya akan menyebrang jalan, sebuah mobil mewah berhenti tepat di hadapan keduanya.Suci ingat mobil itu. Tapi, ia tidak ingin berharap bahwa ora
"Kalian sudah pulang?"tanya Rahayu, menatap bergantian wajah Rangga dan Suci yang telah kembali ke rumah.Rangga tidak menjawab, pria bertubuh tegap itu terus melangkahkan kakinya menuju ke arah anak tangga menuju ke kamarnya.Rahayu hanya menggeleng pasrah melihat tingkah laku putra semata wayangnya itu."Sudahlah, jangan diambil hati. Ayo, Ibu tunjukkan kamarmu."Suci tak lantas bergerak sedikitpun. Wanita itu diam menunduk dan tidak berani menatap wajah Rahayu."Ada apa?" Rahayu menyentuh lengan Suci."Maaf, Nyonya. Saya belum sempat mengambil baju dan-""Tidak masalah, Ibu sudah menyiapkan semua keperluanmu."Suci memaksakan senyumnya. Walaupun Rahayu adalah orang yang ramah dan baik padanya, tetap saja. Suci harus menjaga diri agar tidak terlalu terlena, kokarena bisa saja, Rangga berubah pikiran dan segera menceraikannya.Suci mengedipkan matanya berulang-ulang saat pertama kali masuk ke dalam kamar yang telah disiapkan untuk dirinya.Dulu, memang dirinya pernah memiliki kamar ya
"Apa maksud Ibu?"Rangga menatap Ibunya yang nampak begitu menikmati sarapannya. Rangga sempat melirik sekilas ke arah Suci, wanita yang masih diam, belum menikmati makanan yang tersaji di depannya.Wanita itu tampak lebih baik dari kemarin. Mungkin, karena beberapa waktu Ia harus memikirkan bagaimana cara agar operasi Ayahnya bisa terlaksana.Atau…wanita ini akan memulai sebuah rencana agar Rangga tertarik padanya, pikir Rangga."Ibu malas jika harus mengulangi lagi pernyataan yang Ibu katakan. Yang jelas, pernikahanmu akan berlangsung dua hari lagi. Dan sekarang, antarkan Suci untuk bertemu dengan Ayahnya. Ini sudah tugasmu sebagai calon suaminya."Rangga memutar bola matanya seperti enggan untuk mengiyakan permintaan Ibunya itu.Tapi, jika ia tidak menyanggupi permintaan Ibunya, ia khawatir kebohongannya akan terbongkar, perihal surat perjanjian kontrak yang telah ditandatangani oleh Suci."Makan atau aku tinggal." Tegas Rangga saat menatap wajah Suci. Wanita itu segera mengambil sen
"Merepotkan sekali! Cari tahu, semua data tentang orang yang bernama Restu itu!" Ucap Rangga, lalu kembali ke kursi kerjanya. Anton hanya mengangguk mengiyakan dan segera keluar dari ruangan Rangga. Meninggalkan pria yang nampak tengah dalam keadaan marah.Rangga sendiri sebenarnya tidak terlalu khawatir dengan keadaan masalah yang baru saja dikatakan oleh Anton. Hanya saja, pikirannya tiba-tiba saja teringat akan ucapan ibunya yang mengatakan bahwa pernikahannya akan dilaksanakan dua hari lagi.Akan ada banyak pasang mata yang akan mengawasi Suci, sebagai istrinya. Ia harus memastikan bahwa Suci dapat dikendalikan dan tidak merusak rencananya saat bertemu dengan investor asing yang akan menyetujui rencana pengembangan usahanya jika ia sudah memiliki istri.Egois memang cara pikir Rangga. Tapi, baginya setiap hal di dunia ini tidak ada yang gratis. Ia sudah melakukan apa yang diinginkan Suci, yaitu kesembuhan Ayahnya. Jadi, sebagai tokoh utama dalam menjalankan rencana ini. Tak ada sa
Rangga mengusap-usap wajahnya berulang kali sambil memandangi isi lemari Suci. Ia bingung harus memilih baju yang pantas dipakai oleh wanita itu. Sampai akhirnya pilihannya jatuh pada baju tidur lengan pendek selutut berwarna hitam.Sambil terus mengucapkan sumpah serapah dalam hatinya, ia kembali ke kamarnya dan memberikan pakaian tersebut pada Suci yang masih setia bersembunyi di balik pintu kamar mandi."Keluar!" perintah Rangga yang sudah mulai hilang kesabaran karena tubuh Suci tak juga muncul setelah bermenit-menit pasca Rangga menunggu setelah memberikan pakaian tersebut.Selang beberapa saat kemudian, Rangga dapat melihat pintu kamar mandi terbuka lebar dan Suci terlihat menampakkan dirinya."Kenapa lama se-" Rangga menatap dingin wanita yang terlihat memakai baju yang dipilihkan olehnya. Pakaian hitam pilihannya itu terlihat begitu indah dipakai oleh Suci yang notabene memiliki warna kulit yang putih.Rangga berdehem beberapa kali untuk menghilangkan rasa terpesonanya pada wa