Beranda / Romansa / Tergoda Hasrat si Presdir Tampan / Bab 4 ( Hamil Anak Rangga)

Share

Bab 4 ( Hamil Anak Rangga)

Penulis: Tri Afifah
last update Terakhir Diperbarui: 2023-10-18 10:54:01

"A-apa?" Suci kebingungan dengan pertanyaan wanita paruh baya itu.

"Melihat ekspresi wajahmu, sepertinya benar. Dan ini sungguh kabar gembira, ini artinya anakku normal dan bukanlah penyuka sejenis." Jawab Wanita yang tak Suci kenal itu dengan penuh rasa syukur.

Suci menggeleng, merasa pernyataan wanita itu begitu aneh di telinganya.

"Saya tidak mengerti pria yang anda maksud," sanggah Suci berusaha untuk meyakinkan wanita itu.

"Jaga diri, siapa tahu saat ini kau sedang mengandung anak Rangga."

Ucap wanita itu, seraya bangkit dari tempat duduknya, lalu berjalan meninggalkan Suci yang masih kebingungan karena tingkah wanita itu sangatlah aneh.

Hamil?

Siapa yang hamil? Anak Rangga? Impossible!

Setelah Kepergian wanita itu, Suci menatap perutnya yang saat ini masih terlihat datar. Memang benar, pagi itu dirinya bangun dalam keadaan tidak memakai sehelai benangpun di tubuhnya. Tapi, untuk mengingat kembali kejadian itu, jujur Suci sampai sekarang masih belum bisa mengingatnya. Yang Ia ingat bahwa Anton memintanya untuk mengantarkan Rangga pulang dalam keadaan…

Suci menggeleng cepat, berusaha untuk kembali mengingat dan hasilnya masih saja sama.

Rangga menatap wajah sumringah Ibunya yang baru saja keluar dari rumah sakit. Wanita penting dalam hidupnya itu terlihat begitu bahagia. Tak ingin membuat suasana hati Ibunya sedih, Rangga memutuskan untuk tidak menanyakan perihal tentang hal yang membuat Ibunya gembira itu.

***

Setelah Kepergian wanita yang tidak dikenalnya itu, Suci memutuskan untuk masuk kembali ke dalam ruangan tempat Ayahnya dirawat .Dengan perasaan bimbang atas Perkataan wanita asing itu, membuat hati Suci semakin cemas saja akan nasibnya. Karena merasa tidak nyaman dengan perasaannya saat ini,Suci memutuskan duduk di kursi yang terdapat di pinggir ranjang pasien.

Suci meraih tangan Ayahnya, menggenggam erat tangan yang telah berkerut itu.

"Maafkan aku, Ayah…" Suci kembali menangis dengan suara yang ditahan agar tak terdengar di telinga ayahnya. Pria itu nampak masih tertidur pulas.

***

"Menikahlah dengan wanita itu,"

Rangga menatap wajah Ibunya yang terlihat belum turun dari mobilnya, padahal, saat ini keduanya telah berada di depan gerbang pintu rumah mereka.

"Apa maksud Ibu?" tanya Rangga tidak mengerti dengan ucapan Ibunya.

Wanita itu segera memalingkan wajahnya ke wajah Rangga. Sambil tersenyum menatap anak semata wayangnya itu, wanita itu kembali melanjutkan ucapannya.

"Menikahlah dengan gadis yang sudah kau tiduri. Sebagai seorang pria, seharusnya kau bertanggung jawab atas segala hal yang terjadi malam itu. Gadis itu nampak begitu baik dan Ibu rasa, Ia cocok dengan dirimu."

Rangga tidak menjawab. Wajah pria itu terlihat mengeras dan nampak tak suka dengan arah pembicaraan Ibunya yang mengungkit soal malam panas itu. Jadi, ini adalah alasan kenapa Ibunya terlihat begitu senang saat keluar dari rumah sakit. Kemungkinan besar, Ia telah bertemu dengan wanita itu.

Merasa tak mendapatkan respon dari Rangga, wanita itu segera turun dari mobil. Berharap Rangga dapat menyimpulkan sesuatu tentang ucapan yang baru saja keluar dari mulutnya.

Setelah Ibunya turun dari Mobil, Rangga memutuskan untuk segera pergi ke kantor. Ia ingin mencari informasi tentang wanita itu. Dalam pikirannya, wanita itu telah dibayar oleh Ibunya untuk melakukan hal menjijikkan itu. Bisa saja, wanita itu sengaja tidur bersama dengan Rangga untuk mendapatkan uang, pikirnya saat ini.

"Berikan aku informasi tentang gadis yang bernama Suci itu!" ucap Rangga saat sudah berada di kantor.

"Suci…office girl itu?" Anton sedikit ragu, namun ia harus memastikan bahwa yang dimaksud Rangga adalah wanita yang dulu bekerja di kantor ini.

Rangga mendongak menatap tajam ke arah Anton. Ia tidak ingin mengulang kembali pernyataan yang baru saja ia utarakan.

Anton mendesah pasrah, lalu keluar dari ruangan Rangga.

Beberapa saat kemudian, Anton kembali dengan membawa beberapa berkas yang diminta oleh Rangga.

Tak ingin membuang waktu, Rangga segera menyambar file dokumen tentang Suci. Ia ingin memastikan latar belakang kehidupan wanita itu.

Dalam file tersebut dikatakan bahwa Suci merupakan anak dari pengusaha Roti yang telah bangkrut. Karena hal itu, Kuliahnya harus terbengkalai dan dirinya harus bertahan hidup bekerja untuk memenuhi kebutuhan keluarganya. Rangga membolak-balik halaman kertas itu. Tapi, tak ada satupun dari informasi ini yang menyatakan bahwa Suci pernah bertemu dengan Ibunya.

Rangga benar-benar dibuat kesal dengan ini semua. Soal malam itu dan permintaan aneh ibunya Seperti sebuah benang merah yang telah disengaja dan berkaitan satu dengan lainnya.

Mengingat bahwa sampai saat ini tamu bulanannya belum datang, dengan perasaan sedikit ragu. Suci memutuskan untuk membeli alat bantu untuk mengetahui seseorang mengandung atau tidak. Tidak ada cara lain, Ia harus melakukan hal itu.

Sebelum meninggalkan rumah sakit, Suci meminta agar perawat menjaga ayahnya karena ia beralasan bahwa ada sesuatu hal yang harus ia lakukan. Karena tak ingin membuat curiga, Suci memutuskan untuk pergi ke sebuah apotek terdekat dengan Rumah Sakit.

Suci sengaja membeli enam test pack agar ia dapat melihat dengan jelas hasilnya.

Merasa tak aman jika mencoba untuk menggunakan alat ini di rumah sakit, Suci memutuskan untuk pulang ke rumahnya. Ia tidak ingin pengunjung rumah sakit melihat gerak-geriknya yang mencurigakan.

'Aku mohon Tuhan, tidak kali ini.' ucap Suci memohon dalam hatinya.

Benar saja. Doanya telah dikabulkan. Harapan tidak hamil itu pun terwujud dengan sangat baik. Suci benar-benar merasa sangat lega, mungkin karena bulanannya belum datang, Ia merasa begitu cemas, takut jika benar-benar mengandung anak Rangga. Lagipula, jika sampai Ia hamil anak Rangga. Suci yakin, pria itu tidak mungkin akan mau bertanggung jawab atas perbuatannya.

Suci benar-benar merasa lega, perkataan wanita itu ternyata salah besar. Dengan ini, Suci bisa bernafas lega dan hanya akan fokus pada kesehatan Ayahnya.

Suci memandang alat test pack yang muncul garis satu itu. Ternyata, Dunia tak benar-benar kejam padanya.

Tak ingin memperpanjang masalah dikemudian hari, Rangga memutuskan untuk pergi ke rumah sakit untuk menemui Suci. Ia harus memastikan bahwa wanita itu tidak sedang hamil anaknya. Walaupun kenyataannya, hati kecilnya sedikit ragu akan hal itu. Karena Ibunya sendiri sudah mengatakan bahwa wanita itu sedang hamil. Jadi, kemungkinan tidak mengandung anaknya sangatlah kecil. Karena tak dapat menemukan Suci di rumah Sakit, Rangga memutuskan menghubungi Anton dan meminta alamat lengkap Suci.

Rangga ingin menyelesaikannya sekarang juga. Ia tidak ingin dikemudian hari, wanita itu datang ke rumahnya dengan alasan bayi yang dikandung. Karena bisa saja, sebelum tidur dengan Rangga, wanita itu sebelumnya pernah tidur dengan pria lain. Bahkan berganti pasangan.

Suara ketukan pintu terdengar begitu jelas. Suci yang sudah akan bersiap untuk pergi, segera melangkah untuk melihat siapa tamunya. Mungkin saja itu tetangganya yang ingin mengetahui keadaan Ayahnya.

Saat pintu terbuka lebar, Senyum di wajahnya menghilang.

"P-pak Rangga?"

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Tergoda Hasrat si Presdir Tampan   Bab 152 ( I Love You, My Presdir! )

    "Sepertinya, kita salah kamar."Rangga dan Joni saling tatap, lalu mengalihkan pandangannya pada Suci."Apa maksudmu, sayang?" tanya Rangga."Wanita itu, dia tidak mungkin Siska. wajahnya...sama sekali, tidak mirip dengan Siska. aku yak-""Maaf, tapi itulah Siska. wanita yang wajahnya rusak dan bertubuh kurus itu Siska." Potong Joni. Saat Suci akan mematahkan perkataan Joni, seorang dokter dan perawat datang menghampiri mereka."Siapa diantara kalian, yang bernama Rangga?" tanya dokter itu sambil tersenyum."Saya, dok. " Rangga maju selangkah, agar bisa lebih dekat dengan sang dokter bertubuh gempal itu."Saya harap, kedatangan anda bisa sedikit membantu kesembuhan Siska," Mendengar nama Siska disebut, Suci kembali menolehkan kepalanya pada kaca jendela ruangan itu.Suci kembali mendekatkan wajahnya pada kaca jendela ruangan itu. Berkali-kali ia menggelengkan kepalanya, air matanya menetes begitu saja tanpa dapat ia cegah. Siska yang dulu terlihat begitu cantik dengan wajah yang semp

  • Tergoda Hasrat si Presdir Tampan   Bab 151 ( Menemui Mantan)

    Sandi yang telah sepenuhnya pulih dari luka yang dideritanya, telah kembali ke rumah. Lebih tepatnya, rumah yang disediakan oleh Lestari. Ia begitu menjaga keamanan mantan sahabatnya itu, dari orang-orang yang bisa saja kembali akan melukainya."Bagaimana, sudah kau urus semuanya?"Joni mengangguk mengiyakan.Lestari mendesah lega, karena semua rencana yang telah ia rancang sudah mulai menemui titik terang."Baguslah, kalau begitu tugasmu kali ini adalah mengantarkan anak menantuku ke Rumah Sakit-""Anda serius?"potong Joni. Pria itu nampak menatap wajah majikannya itu begitu serius."Maaf, apabila tindakan saya tidak sopan. tapi, terlalu berisiko jika harus kembali mempertemukan Rangga dengan mantan kekasihnya itu. saya hanya kasihan pada Suci." Lanjutnya tanpa berani memandang wajah Lestari.wanita itu sempat ingin memprotes, namun hal itu urung ia ucapkan karena paham bahwa Joni sudah mengetahui seluk beluk tentang keluarganya.Joni bukan sekedar anak buah Lestari. Namun, pria itu

  • Tergoda Hasrat si Presdir Tampan   Bab 150 ( Sedikit Rasa Iba)

    Lestari menatap wajah Suci, sebenarnya ia tidak ingin menyakiti buah hatinya itu. Tapi, sebagai seorang wanita, Lestari tidak cukup kuat untuk menahan beban pikiran saat melihat penderitaan Siska.“Maafkan, ibu sayang. Ibu kasihan melihat keadaan Siska. Dia benar-benar membutuhkan bantuan kita. Ibu tahu, kau akan kembali terluka saat suamimu menolongnya. Tapi, ibu yakin kau akan merasa kasihan jika melihat keadaannya.”Suci mengalihkan pandangannya pada suaminya. Ia ingin melihat dan mendengar, apa yang akan diucapkan oleh Rangga. Suci ingin mendengar, jawaban yang akan keluar dari bibir pria itu.Rangga yang ditatap seperti itu, mengalihkan pandangannya. Ia tidak dapat langsung memberikan jawaban atas apa yang diinginkan oleh ibu mertuanya itu. Jujur saja, banyak hal yang dulu pernah ia alami bersama dengan Siska. Ia tidak menampik, bahwa kehadiran Siska dulu pernah mengisi ruang dalam hatinya.“Apa jawabanmu, mas?” Suci tidak dapat bersabar lagi. Ia tidak ingin menunggu lebih lama l

  • Tergoda Hasrat si Presdir Tampan   Bab 149 ( Permintaan Lestari)

    Rangga hanya diam menatap isi karung yang telah dibuang oleh seseorang di depan pagar rumahnya.“Apa kita laporkan ke polisi saja, mas?” tanya Suci saat melihat isi karung yang membuat perutnya bergejolak ingin muntah.“Tega sekali mereka,”“Hubungi Polisi, kita akan lihat apa yang sebenarnya mereka inginkan. Jangan-jangan ini perbuatan Anton.” Pikir Rangga dengan mata yang masih menatap tubuh anjing yang telah mati. Bukan hanya satu, melainkan tiga ekor anjing yang sudah tidak bernyawa.***Pemberitaan tentang Karung berisi anjing yang telah mati menjadi topik hangat untuk, dibicarakan diberbagai macam platform media elektronik. Keluarga Rangga kembali menjadi bulan-bulanan pembicaraan media sosial manapun. Hal itu, membuat pria itu kembali harus ekstra berhati-hati saat pergi ke suatu tempat, terutama untuk keselamatan Suci, istrinya.“Ini adalah hasil petisi tanda tangan para karyawan yang tidak menginginkan kehadiran mu, di kantor ini.” Anton membuka rapat koordinasi dengan para p

  • Tergoda Hasrat si Presdir Tampan   Bab 148 ( Kali Ini, Harus Berhasil!)

    "Apa kau mau aku pecat, hah! mengganggu saja!" ucap Rangga pada seorang wanita yang terlihat menundukkan kepalanya saat pintu kamar telah terbuka."Ma-maaf pak, tapi tadi ada mobil berhenti di depan gerbang. terus melemparkan sesuatu di dalam karung. penjaga di depan gerbang, tidak berani membukanya tanpa persetujuan anda." Jawab wanita itu.Rangga menggeleng, otaknya terasa ingin pecah. namun, ia berusaha untuk tetap tegar menghadapi kenyataan bahwa ada saja manusia yang mencoba untuk mengganggu waktunya."Baiklah, dengarkan aku baik-baik. biarkan karung itu ditempatnya, tunggu sampai aku turun ke bawah, yang terpenting. kamera pengawas sudah merekam aksi orang tersebut. mengerti?""Baik, pak. saya akan memberikan informasi ini pada para penjaga." wanita itu bergegas untuk pergi meninggalkan Rangga."Ada apa mas?" tanya Suci, saat Rangga kembali masuk.ke dalam kamar dan menutup pintu."Hanya masalah kecil, tapi mereka membesarkan semuanya."Rangga menatap tubuh Suci yang sudah terbal

  • Tergoda Hasrat si Presdir Tampan   Bab 147 ( Ada Pengganggu)

    Rangga masih belum beranjak dari tempat duduknya. pria itu terlihat kesal karena sudah mendapatkan penolakan mentah-mentah oleh Suci. wanita itu nampak lebih segar setelah keluar dari kamar mandi.Suci memang menolak berhubungan dengan Rangga. hal itu karena bagian bawah tubuhnya masih merasa sakit karena ulah Rangga saat di kantor tadi."Masih marah?" Rangga menatap dingin wanita cantik yang saat ini sedang menatapnya."Sayang..." Suci mendekat, duduk di samping pria yang masih menampilkan wajah enggannya.Rangga mendesah pasrah, ia tidak mungkin bisa terus-terusan marah pada istrinya itu."Aku kesal, tidak dapat menikmati makananku." Jawab Rangga dengan senyum liciknya."Jadi, kau pikir aku ini makanan?"Rangga tertawa terbahak-bahak mendengar pertanyaan Istrinya itu.Suci terlihat sedikit terkejut, dengan respon yang diberikan oleh suaminya itu. setelah beberapa lama tidak melihat wajah Rangga yang tertawa lepas Seperti ini, rasanya hal ini begitu menakjubkan.Suci merengkuh tubuh

  • Tergoda Hasrat si Presdir Tampan   Bab 146 ( Diiringi dengan Hujan)

    Rangga mendekatkan wajahnya pada Suci, membuat wanita itu seketika mundur dan tidak dapat berbuat apa-apa karena kepalanya telah terpojok ke kaca jendela mobil."Mas, berhenti!"Rangga menghentikan gerakannya, alisnya terangkat satu. raut wajahnya terlihat agak kesal karena ucapan Suci."Mas, tolonglah. ini di jalanan, masa mau ciuman di dalam mobil?""Tidak ada yang salah, kita adalah suami istri yang sah!" Rangga terlihat kesal, pria itu kembali memperbaiki posisi duduknya pada kursi yang diduduki."Mas, jangan marah. dengarkan aku, setelah itu... terserah dirimu mau melakukan apa pun yang mas mau."Rangga menoleh, menatap wajah sang istri dengan senyum liciknya."Aku sempat menatap sorot mata Anton yang begitu kosong. apa mungkin selama ini Anton berpura-pura saja menjadi jahat?"Rangga semakin mengerutkan keningnya . ia masih merasa aneh dengan cara berpikir Suci. bagaimana bisa, apa motifnya?Rangga menggeleng, bentuk dari tidak setujunya ucapan yang baru saja Suci ucapkan."Tapi

  • Tergoda Hasrat si Presdir Tampan   Bab 145 ( Tatapan Mata yang Kosong)

    Suci sedang bersandar pada mobil, menunggu Rangga yang sedang mengambil kunci mobilnya yang tertinggal di ruangannya.“Suci?”Mendengar namanya dipanggil, Suci sedikit terkejut. Terlebih, ia mengenali suara itu. Walaupun ragu, Suci akhirnya menoleh . Karena tidak mungkin dirinya berpura-pura tidak mendengar sapaan itu. “Anton?”Pria itu menyunggingkan senyumnya. Seperti tidak terjadi apa-apa.“Pertemuan ini terasa canggung,” ujar Anton. Langkah kakinya semakin mendekat pada tubuh Suci.Suci berdehem beberapa kali, untuk menghilangkan rasa gugupnya.“Sebenarnya…hal ini tidak perlu terjadi. Aku, masih berharap agar kau tetap jadi asisten, mas Rangga.” Anton menghentikan langkahnya, tepat dihadapan Suci.Pria itu terlihat masih tersenyum menanggapi perkataan Suci. Namun, senyumannya justru membuat wanita cantik itu terlihat tidak suka. Lebih tepatnya, rasa takut yang terlihat jelas pada wajah Suci.“Kenapa ekspresi mu seperti itu? bukankah kita teman?”“Teman?”Anton mengangguk, mengiy

  • Tergoda Hasrat si Presdir Tampan   Bab 144 ( Tidak akan Kalah! )

    Setelah puas menikmati permainan singkat yang telah Rangga lakukan, Suci segera membasuh tubuhnya di toilet ruangan Rangga. Ia tidak ingin jika bertemu dengan karyawan di kantor ini, mereka dapat mencium aroma tubuh Rangga yang masih menempel pada tubuhnya.“Sudah?” tanya Rangga yang melihat tubuh istrinya itu baru keluar dari toilet.Suci mengangguk, lalu memilih untuk duduk di Sofa.Rangga dapat melihat bagaimana lelahnya sang istri setelah mendapatkan hukuman atas kesalahannya karena main kabur dari rumah. Namun, siapa sangka jika Suci tidak menyadari hal itu. Rangga memang sengaja akan mengerjai Suci di kantor, itulah sebabnya mengapa ia memilih untuk berangkat pagi-pagi sekali.“Mas, apa hari ini kau ada rapat?”Rangga mencoba untuk mengingat.“Hari ini tidak, tapi besok jam sebelas akan ada Rapat yang membahas soal petisi tanda tangan untuk aku dikeluarkan dari kantor ini, dan di pindahkan ke kantor cabang.” Jawab Rangga, wajahnya sama sekali tidak mengisyaratkan kesedihan. Pri

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status