“Nayla, yang sedang mereka lakukan itu ritual apa? Apa ini budaya orang Bali?" tanya Sam.Pertanyaan Sam, membuat semuanya tertawa.“Itu bukan ritual namanya Tarian Kecak, Sam. Ceritanya dari Ramayana, tentang Rama dan Sita. Kamu harus nonton yang besar di Uluwatu nanti!” jawab Nayla, terkikik."Jadi penasaran, kapan kita ke Uluwatu?" tanya Sam penasaran.Lila menimpali, "Nanti aja gimana Ayah, besok kan ada acara ulang tahun kak Raka."Malam itu, setelah puas jalan-jalan, mereka kembali ke villa. Semua mandi di kamar masing-masing, merasa lelah setelah seharian jalan-jalan. Mereka menikmati kamar mandi marmer yang mewah dengan sabun beraroma melati. Makan malam di paviliun kembali meriah, dengan hidangan seperti ikan pepes, ayam betutu, dan dessert jaja uli yang manis. Raka dan Nayla kembali bertingkah saling jail, membuat semua tergelak.“Nay, kamu ingat nggak waktu kamu sembunyiin sepatu Abang di lemari dapur?” canda Raka.Nayla nyengir, “Itu karena Abang yang jail duluan, sembunyi
Mr. Henri menjelaskan rencana, suaranya penuh antusiasme, “Kita di Bali sekitar satu minggu. Besok ulang tahun Raka, kita rayain di villa ini, undang beberapa rekan bisnis dan tamu penting. Claire, Mike, apa kalian yakin akan pulang ke Prancis setelah pesta? Mending disini dulu, jangan dulu pulang,"Claire mengangguk, rambut coklatnya bergoyang. “Iya, pengennya sih lebih lama tapi masih banyak kerjaan nunggu. Tapi nanti kita balik lagi kesini buat bikin proyek desain iklan bareng Raka.”Raka tersenyum, menimpali, “Aku sudah tidak sabar, tapi aku masih perlu belajar. Claire. Kita bikin proyek ini berkembang pesat!”Mrs. Sariani menambahkan, matanya berbinar, “Besok akan menjadi hari spesial buat Raka. Dan jadi yang pertama kalinya ulang tahun bersama kami, sekaligus jadi yang spesial yang akan membuat mereka terkejut."Nayla melirik Raka, merasa ada sesuatu yang disembunyikan, tapi ia tak bertanya. Siska, yang belum tahu rencana pengumuman hubungannya dengan Raka, hanya tersenyum, meni
Di bawah sinar matahari tropis Bali yang hangat, mobil yang membawa Nayla, Tom, Jack, Liam, dan Ethan tiba di halaman villa megah keluarga Dupont di Seminyak. Vila itu berdiri bak istana modern, dengan kolam infinity yang memantulkan langit biru cerah, dikelilingi taman penuh bunga kamboja berwarna putih dan merah muda yang harumnya menyapa hidung. Pohon-pohon palem bergoyang lembut dihembus angin laut, dan suara gemericik air dari air mancur kecil di sudut taman menambah kesan damai.Di paviliun terbuka, meja makan panjang dari kayu jati sudah disiapkan dengan hidangan mewah yang menggoda: sate lilit ikan tuna dengan aroma serai, bebek betutu yang empuk dengan bumbu rempah pedas, lawar ayam dengan kelapa sangrai, lobster bakar disiram saus mentega bawang putih, dan aneka dessert seperti klepon berlapis gula merah cair, panna cotta mangga dengan potongan buah segar, dan es campur Bali dengan cincau dan kelapa muda. Aroma makanan memenuhi udara, bercampur dengan wangi bunga kamboja, me
Saat santai di tepi Atuh Beach, Nayla melakukan panggilan video dengan Siska dan Raka. Di layar, Siska dan Raka sedang berjalan di taman villa mewah di Jakarta, dengan pemandangan pepohonan rindang dan bunga mawar di latar belakang.“Nayla, besok pagi kami akan ke Bali sama keluarganya Abangmu. Nanti kita ketemu di sana ya? Mama kangen banget pengen ketemu kamu," kata Siska, suaranya penuh rindu.“Iya, Ma, aku juga kangen banget! Besok kami akan ke sana, oh ya Bali nya dimana?” jawab Nayla, tersenyum lebar.Raka menimpali, “Abang juga belum tahu sih, nanti kalau sudah tiba di kabari. Jaga diri baik-baik ya, Nay. Ibu Abang juga pengen segera ketemu kamu katanya.”Nayla mengangguk, sedikit nervous tapi antusias."Iya Bang, Abang dan Mama juga baik-baik di sana, sehat-sehat."Panggilan video pun berakhir, Nayla sudah sangat rindu ingin segera bertemu dengan Siska dan Raka. Malam itu, mereka tidak kembali lagi ke homestay yang berada di Kelingking karena ingin menjelajahi lebih banyak tem
Nayla masih dalam posisi membelakangi Tom, hanya celananya saja yang dibuka oleh Tom. Tom memposisikan dirinya tepat di belakang Nayla, dengan benda pusakanya yang tegak berdiri siap menembus bagian intinya. Tom memegang benda pusakanya, dia arahkan pada bagian inti Nayla secara perlahan. Lubang kenikmatan Nayla masih sempit, apalagi posisinya seperti itu yang membuat bagian intinya semakin sempit. "Ahhh, Tom mmmhh." Nayla melenguh panjang, ketika sebagian benda pusaka Tom berhasil membobolnya."Enak banget lobang kamu sayang, masih tetap rapet. Tapi sekarang sudah gak sakit kan?" Tom mengangkat satu kaki Nayla."Nggak, Tom. Cuma masih ngilu, punya kamu gede banget sih. Tapi enak, terasa hangat dan berasa sekali."Tom mendekap erat tubuhnya, tangannya mulai menelusuri buah dada Nayla yang masih terbungkus oleh bra. "Yang gede itu memang lebih enak sayang, pokoknya mulai sekarang jadi milikmu. Jika kamu mau, bilang saja. Nanti aku siap memberikan kamu kenikmatan,"Nayla memegang tanga
Malam itu, langit Nusa Penida semakin gelap, hanya diterangi bintang-bintang dan cahaya bulan yang memantul di permukaan laut. Nayla memeluk pinggang Tom erat-erat saat mereka melaju kembali dengan jet ski, udara malam yang dingin membuat tubuhnya menggigil. Pakaian Nayla basah kuyup setelah kejar-kejaran dengan ombak, dan angin laut semakin terasa menusuk. Akhirnya, jet ski mereka menepi di Pantai Kelingking, tapi Ethan, Liam, dan Jack sudah tak terlihat di tepi pantai.“Mungkin mereka udah balik ke penginapan,” kata Tom, melepas helm jet ski. “Sebaiknya kita ke sana.”“Iya, Tom, pakaianku basah banget. Dingin, pengen cepet mandi,” balas Nayla, menggosok lengan untuk menghangatkan tubuh.Mereka berjalan kaki menuju homestay, yang untungnya tak terlalu jauh. Jalan setapak diterangi lampu-lampu kecil, dan aroma bunga kamboja tercium samar. Sesampainya di homestay, mereka melihat mobil sewaannya terparkir di depan, dan Liam keluar dari pintu, membawa botol air mineral.“Kalian dari mana