Home / Romansa / Tergoda Suami Sewaan / Bab 06- Masalah Baru

Share

Bab 06- Masalah Baru

Author: Olivia Yoyet
last update Last Updated: 2024-09-11 11:35:06

Jalinan waktu terus bergulir. Kondisi kesehatan Ahmad Yafiq mulai membaik. Beberapa alat bantu telah dilepas dan hanya tersisa dua. Serangan jantung yang dialami pria tua membuatnya mengalami stroke ringan, dan masih kesulitan menggerakkan tangan kiri. 

Siang itu, Emilia meninggalkan suaminya bersama asisten, karena Shurafa tengah bersiap-siap untuk melahirkan. Virendra mengangkut istrinya ke rumah sakit yang sama dengan sang ayah, agar Emilia tidak perlu berpindah tempat terlalu jauh. 

Ivan bergegas datang untuk mendampingi ayahnya. Sementara Zaara bertahan di kantor karena harus menyelesaikan rapat dengan klien. 

Sepanjang acara pertemuan, Zaara kesulitan berkonsentrasi karena dia memikirkan Shurafa dan ayahnya sekaligus. Gadis berambut panjang baru bisa bernapas lega saat rapat usai. Dia menyalami para tamu, kemudian berdiri dan menunggu mereka menjauh. 

Niat Zaara untuk segera ke rumah sakit terpaksa ditunda, karena ponselnya nyaris tidak berhenti bergetar. Perempuan berbibir penuh meraih benda itu dari meja, kemudian mengeceknya. 

Sepasang mata Zaara yang cukup besar membeliak, menyaksikan belasan foto seseorang yang mirip dirinya, tengah bercumbu dengan laki-laki yang hanya terlihat punggungnya. 

Zaara menutup mulutnya dengan tangan kiri, kemudian dia menggeleng berulang kali. Zaara hendak menelepon orang yang mengirim gambar itu, tetapi dibatalkan karena ada panggilan masuk dari kekasihnya. 

"Ya, Mas," sapa Zaara. 

"Siapa laki-laki di foto itu?" tanya Beryl Jauza dengan nada suara tinggi. 

"Aku nggak tahu." 

"Jawab yang jujur!" 

"Aku beneran nggak tahu, karena yang di foto itu juga bukan aku." 

"Mukanya jelas itu kamu!" 

"Bukan, Mas. Cek, deh. Itu kayak crop." 

"Mataku nggak buta, Ra. Ngaku aja sudah!" 

"Aku nggak bakal mengakui hal yang nggak kulakukan. Mas harus percaya sama aku." 

"Gimana mau percaya? Apalagi foto itu kudapatkan dari orang tuaku!" 

"Gimana? Aku nggak paham." 

"Ada orang yang mengirimkan foto ke nomor Papa, Mama, dan ketiga adikku. Aku nggak tahu lagi siapa aja yang dikirimi, tapi beberapa teman kuliahku nanyain hal yang sama." 

"Ha?" 

"Kamu tanya teman-temanmu. Mungkin itu dikirim juga ke grup alumni." 

Sambungan telepon diputus Beryl tanpa mengucapkan salam. Zaara sempat termangu, kemudian dia mengecek semua grup. Tungkai Zaara melemah ketika grup alumni kampus ternyata meributkan hal itu. Meskipun foto-foto sudah dihapus admin, tetap saja anggota grup masih heboh. 

Zaara mengerjap-ngerjapkan matanya yang berkabut. Dia mengabaikan banyaknya pesan masuk dari teman-temannya, karena pikiran tengah kalut. 

Zaara duduk di kursi sambil menahan diri untuk tidak panik. Dia tengah berpikir hendak menghubungi siapa ketika pintu ruang kerja terbuka dan Maia serta Desya memasuki ruangan dengan tergesa-gesa. 

"Ada yang menyebarkan foto yang perempuannya mirip kamu," tukas Maia. 

"Kayaknya disebar ke semua grup kita," tambah Desya. 

"Dan semua kontak teleponmu. Cek, Ra," pinta Maia. 

Kedua gadis yang sama-sama berbaju putih, terkejut menyaksikan Zaara menangis sambil menutupi wajahnya dengan kedua tangan. Maia bergegas memutari meja untuk menenangkan sahabatnya, sedangkan Desya mengambil ponsel Zaara dan mematikannya agar tidak ada yang bisa menelepon. 

"Gimana ini?" tanya Desya. 

"Kita nggak mungkin nelepon Mas Ivan atau Mas Dra," jawab Maia. 

"Terus?" 

Maia mengerutkan keningnya. "Terpaksa kita nelepon Bang Varo. Aku nggak berani ngubungin Mas Tio." 

"Aku aja yang nelepon Bang bule." 

***

Ivan menendangi dinding sambil mengumpat. Nuril dan Listu beradu pandang, mereka bingung harus bertindak apa untuk menenangkan Ivan. 

Virendra yang masih berada di ruang bersalin, menutupi hal yang tengah heboh, dari Emilia dan Shurafa. Pria berkulit kuning langsat mengkhawatirkan Zaara yang pastinya sangat terpukul dengan tersebarnya foto yang mirip dirinya. 

Belasan menit berikutnya, Ivan terpaksa mematikan ponselnya karena dicecar pihak keluarga besar, yang juga mendapatkan kiriman foto dari nomor telepon tidak terdaftar. 

Pria berhidung mancung memijat dahinya yang berdenyut, kemudian dia duduk di kursi depan ruang bersalin dengan didampingi kedua ajudan. 

"Pak, Komandan Varo nelepon," ucap Listu sambil memberikan ponselnya pada sang bos. 

Ivan mengatur napas terlebih dahulu, sebelum mengambil benda itu dan menempelkannya ke telinga kanan. Ivan mendengarkan penjelasan Alvaro yang tengah berhadapan dengan Zaara, yang datang mengunjunginya ke kantor PBK sambil menangis. 

"Tahan dia, Var. Aku segera ke sana," ungkap Ivan. 

"Ya, Mas," sahut Alvaro. 

Ivan memutus panggilan, lalu menoleh ke kanan. "Listu, kita berangkat ke kantor PBK. Nuril tetap berjaga di sini!" titahnya. 

"Siap!" tegas Listu dan Nuril nyaris bersamaan. 

Ivan dan Listu serentak berdiri, lalu jalan secepat mungkin menuju tempat parkir. Nuril mengamati keduanya sambil berdoa agar masalah yang menghantam keluarga Latief bisa segera diselesaikan. 

Sepanjang jalan menuju kantor PBK, Ivan berulang kali beristigfar. Walaupun yakin jika perempuan dalam foto bukanlah adiknya, Ivan tetap khawatir orang tuanya akan kembali syok bila mengetahui hal tersebut. 

Ivan teringat Beryl, pacar Zaara yang bermukim di Florida. Dia penasaran dengan reaksi pria tersebut, dan berniat menelepon Beryl nanti malam.

Setibanya di tempat tujuan, Chairil, asisten Alvaro menyambut Ivan dengan penghormatan. Kemudian mereka jalan memasuki gedung untuk menuju lift khusus direksi. 

Sesampainya di ruang kerja Alvaro, Ivan mendatangi adiknya dan menyentak tangan Zaara hingga gadis berambut panjang terpaksa berdiri. 

"Ulahmu nggak habis-habis, Ra. Bikin semua orang susah!" hardik Ivan sambil mengguncangkan tangan adiknya. "Keluarga besar kita meneleponku dan menanyakan hal yang sama. Aku sudah berusaha meyakinkan mereka jika orang di foto itu bukan kamu, tapi aku nggak tahu mereka akan percaya atau nggak," lanjutnya. 

"Ponsel Ayah dan Ibu dipegang Bi Jum, dan sudah kuminta Bibi untuk mematikan semua ponsel. Kemungkinan besar Shurafa juga dikirimi foto itu, dan semoga saja Rendra menghapusnya." 

"Sekarang, jelaskan, apa kamu yang ada di foto itu?" tanya Ivan sambil menatap tajam adiknya. "Jawab, Ra. Jangan nangis!" geramnya karena Zaara justru terisak-isak. 

"Itu bukan aku," cicit Zaara. "Aku juga nggak kenal siapa cowoknya," sambungnya sembari mengusap pipi yang basah dengan punggung tangan. 

"Jangan bohong!" 

"Sumpah demi apa pun. Itu bukan aku!" 

"Lalu, siapa?" 

"Enggak tahu." 

"Kepalaku berdentam, Ra. Dan semua itu gara-gara kamu!" 

Ivan mengangkat tangan kanan dan hendak menampar Zaara. Namun, dia tidak bisa melakukannya karena dicekal Alvaro yang langsung menyeretnya menjauhi gadis yang tengah gemetaran. 

"Mas, istigfar," ucap Alvaro. 

"Dia bikin masalah terus. Aku malu, Var!" desis Ivan.

"Mas tenangkan diri dulu. Enggak akan bisa menyelesaikan masalah dengan kepala ngebul." Alvaro mengajak Ivan duduk, kemudian dia memberi kode pada Chairil yang segera mengantarkan minuman dingin buat Ivan. 

Zulfi yang juga berada di ruangan tersebut, meminta Zaara untuk duduk. Dia memberikan tisu yang diambil sang gadis untuk mengusap wajahnya. 

"Aku sudah meminta pihak provider untuk memblokir nomor lama Zaara. Harusnya itu sudah dilakukan waktu Zaara pulang minggu lalu," jelas Alvaro. "Aku paham, saat itu semua tengah kalut hingga lupa tentang itu. Dan semoga nggak ada lagi masalah ke depannya, kecuali ... orang misterius menyalin semua kontak di nomor itu," lanjutnya yang mengejutkan Ivan dan Zaara. 

"Apa nggak bisa dihapus sama kontaknya?" tanya Ivan.

"Sedang diusahakan. Yoga tengah di kantor provider untuk mengurus itu." 

"Mohon maaf menyela," celetuk Zulfi. "Kita punya satu cara lagi untuk meminimalkan pengiriman foto atau apa pun dari orang itu," terangnya. 

"Gimana, Zul?" desak Ivan. 

"Kita minta bantuan semua orang untuk memblokir nomor itu dan melaporkannya ke pusat aplikasi pesan. Mereka bisa memantau bila ada yang menggunakan nomor itu lagi di masa mendatang," beber Zulfi. 

"Ya, itu bisa juga. Walaupun akan merepotkan banyak orang." 

"Seenggaknya bisa dicoba, Mas. Minimal kita bangun satu lapisan dulu, supaya nggak nembus." 

Ivan manggut-manggut. "Listu, ambil ponselku dan nyalakan. Lalu, kirim broadcast ke semua kontak untuk memblokir nomor lama Zaara," pintanya yang segera dikerjakan ketua regu pengawal keluarga Latief. 

"Copy dulu nope lamanya Zaara, Listu. Biar orang nggak salah blokir," tambah Alvaro. 

"Ehm, Bang. Orang itu menghubungi Mas Beryl terlebih dahulu sebelum menyebarkan ke kontak lain," tutur Zaara yang mengagetkan Alvaro. 

"Berarti dia tahu kalau Beryl pacarmu," sahut pria berparas separuh luar negeri. 

"Mungkin dia baca chat kami. Sebelum pergi malam itu, aku memang lagi chat sama Mas Beryl." 

"Apa Beryl sudah ngubungin kamu?" tanya Ivan. 

"Ya, Mas. Dan ... Mas Beryl marah-marah," cicit Zaara. 

"Pasti marahlah. Apalagi kalau ...." Ivan membulatkan matanya. "Apa orang tuanya sudah tahu?" tanyanya. 

"Ehm, mungkin gitu." 

Ivan mendengkus. "Tambah lagi masalah baru." 

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (2)
goodnovel comment avatar
Al-rayan Sandi Syahreza
jangan emosi van,di sini zaara juga korban . dia pasti lebih tertekan
goodnovel comment avatar
Mispri Yani
kasian Zara duh si lemot ini pasti yang bikin ulah
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Tergoda Suami Sewaan    Bab 60 - Stay With Me, Honey

    60Jalinan masa terus bergulir. Kehidupan rumah tangga Hadrian dan Zaara kian harmonis. Setiap minggu pertama dan kedua, mereka akan menetap di Bandung.Bila Hadrian bekerja di restorannya ataupun melakukan rapat dengan teman-teman PG dan PC yang bermukim di Kota Bandung, maka Zaara juga menyibukkan diri dengan belajar memasak pada Ana.Seperti pagi itu, seusai sarapan, Zaara berpamitan pada asisten rumah tangga. Dia mengajak Indriani untuk bergegas ke kediaman sang mertua.Setibanya di tempat tujuan, ternyata di sana sedang ramai ibu-ibu sekitar yang dikaryakan Ana, bila kebetulan tengah mendapatkan orderan katering besar."Bu, siapa yang mesan katering?" tanya Zaara, seusai menyalami mertuanya dengan takzim."Mamanya Reinar. Nanti sore, ada pengajian di rumahnya," jelas Ana sembari melanjutkan memotong bolu ketan hitam.Zaara tertegun sesaat, kemudian dia menggeleng pelan. "Aku lupa acara itu. Padahal Karen sudah ngundang di grup.""Kita berangkat sama-sama. Ibu sekalian mau ketemu m

  • Tergoda Suami Sewaan    Bab 59 ' Sunnah dan Wajib

    59Mobil-mobil lainnya muncul dari belakang. Wirya meneriaki Kirman agar menambah kecepatan mobil. Hal serupa juga dilakukan keempat sopir lainnya. Gibson dan Cedric yang berada di mobil paling belakang, menarik senapan laras panjang dari bawah. Mereka mengintip dari pintu kanan dan kiri, yang kacanya telah terbuka sepenuhnya. Rentetan tembakan diarahkan Gibson dan Cedric ke deretan mobil-mobil di belakang. Fabian yang menjadi sopir, melakukan manuver zig-zag yang sering dilstihnya bersama teman-teman pengawal lainnya. Banim yang berada di samping kiri sopir, mendengarkan penjelasan Wirya melalui sambungan telepon jarak jauh. Banim manggut-manggut, sebelum memutuskan panggilan. "Bang, dirut minta kita maju," tukas Banim. "Ke mana?" tanya Fabian. "Paling depan. Bang Kirman mundur, karena Pak Tio mau jadi koboi." Fabian mengulum senyuman. Sebagai salah satu pengawal lama, dia mengetahui jika Tio sangat ingin bisa mempraktikkan ilmu menembaknya secara maksimal. Fabian menambah ke

  • Tergoda Suami Sewaan    Bab 58 - Lari!

    58Pagi menjelang siang, kelompok pimpinan Kirman tiba di rumah sakit swasta terkenal di Singapura. Syuja, Gibson dan Dimas tetap berada di mobil. Sementara Loko, Michael dan Cedric menunggu di lobi, bersama lima anak buah Jeremy Cheng. Di ruang perawatan VVIP, Hadrian berbincang dengan Stefan dan Gerald Cheng. Sebab Leroy masih kesulitan untuk berbicara panjang, dia meminta kedua saudaranya untuk menyampaikan maksudnya pada sang tamu. Hadrian membaca surat permohonan izin yang telah dibuat tim kuasa hukum keluarga Cheng. Hadrian mendiskusikan hal itu dengan Tio, Dante dan Baskara, sebelum menandatangi surat itu. "Terima kasih atas bantuannya," tutur Stefan, sesaat setelah Hadrian memberikan lembaran asli surat itu padanya. Sementara salinannya dititipkan pada Tio. "Kembali kasih," jawab Hadrian. Dia memandangi pria bermata sipit yang sedang duduk menyandar di ranjang. "Cepat pulih, Leroy. Tuntaskan hukumanmu. Baru lanjutkan bisnis dengan cara yang lebih baik," ungkapnya. Leroy m

  • Tergoda Suami Sewaan    Bab 57 - Dia ditembak?

    57*Grup Pasukan Penjaga Wirya*Zulfi : Astagfirullah. Grup naon deui, iyeuh?Haryono : Aku ada di mana?Yoga : Kaget aku. Logonya foto Wirya.Andri : Kayak masih muda di foto itu.Yanuar : Memang masih culun dia. Baru lulus diklat satpam.Alvaro : @Kang Ian, nemu di mana itu foto?Hadrian : Aku nyomot dari IG-nya Wirya, @Varo.Wirya : Loh, kok, ada fotoku di situ?Hadrian : Sesuai nama grup, @Wirya.Tio : Aku sampai bolak-balik ngecek. Kirain salah grup.Dante : Aku ngakak baca nama grupnya.Baskara : Tapi, memang benar, sih. Wirya harus punya pasukan bodyguard khusus.Linggha : Saya sampai bingung. Tiba-tiba ada di grup ini.Bryan : Orang Indonesia. Bisa nggak, grup chatnya off dulu? Di sini sudah jam 1 malam.Hadrian : Belum tidur, @Mas Bryan?Bryan : Aku baru nyampe rumah. Capek banget.Benigno : Habis dari mana, @Mas Bryan?Bryan : Chairns. Bareng Jourell.Alvaro : Jourell dan Mas Keven invited juga ke sini. Mereka bodyguardnya Wirya kalau lagi dinas di Australia sama New Zealan

  • Tergoda Suami Sewaan    Bab 56 - Diusir

    56Alunan musik instrumental terdengar di dalam kamar bernuansa putih dan abu-abu. Dari keremangan cahaya lampu sudut, terlihat sepasang insan yang sedang dimabuk kepayang. Lenguhan terdengar bergantian dari mulut mereka, mengiringi gerakan konstan yang dilakukan bersama. Tanpa memedulikan keringat yang keluar dari pori-pori kulit, keduanya melanjutkan percintaan dengan semangat. Berbagai gaya mereka lakukan untuk mendapatkan sensasi berbeda. Sekali-sekali bibir mereka menyatu dan saling mengisap. Pagutan kian dalam saat sudah hampir tiba di ujung pendakian. Pekikan perempuan berambut panjang menjadikan lelakinya menambah kecepatan. Kemudian mereka saling mendekap dan mengeluarkan seluruh cinta, sembari menjerit tertahan. Selama beberapa saat keduanya masih berada dalam posisi yang sama. Kala Hadrian menarik diri, Zaara mengusap dahi suaminya yang berpeluh tanpa rasa jijik sedikit pun. Hadrian menunduk untuk mengecup bibir sang istri. Namun, Zaara justru menarik leher lelakinya

  • Tergoda Suami Sewaan    Bab 55 - Sekarang Jadi Kawan, Besok Jadi Lawan

    55Langit biru Kota Jakarta, siang itu terlihat cerah. Udara kian menghangat seiring dengan bertambahnya waktu. Menjadikan banyak orang memutuskan untuk tetap berada di dalam ruangan, daripada beraktivitas di luar. Hadrian masih terdiam di kursinya. Tatapan lurus diarahkan lelaki berkemeja biru muda, pada pigura besar di dinding yang menampilkan foto pernikahannya dengan Zaara. Pria berhidung bangir baru saja usai dihubungi Margus melalui sambungan telepon jarak jauh. Sang pengacara menerangkan keinginan keluarga Cheng, agar Hadrian dan Zaara bersedia datang mengunjungi Leroy. Kondisi musuhnya itu menimbulkan keprihatinan Hadrian. Namun dia masih meragukan niat baik Leroy untuk berdamai. Bisa saja itu hanya akal-akalan pihak lawan, demi memuluskan jalan Leroy berangkat ke Amerika untuk berobat. Hadrian akhirnya menelepon sahabatnya dan menerangkan semua cerita Margus. Hadrian meminta pendapat pria tersebut, yang langsung mengajaknya bertemu. Puluhan menit terlewati, Hadrian yang

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status