Share

223

Author: Melyana_Arum
last update Last Updated: 2025-09-17 17:17:49

Julia mengulas senyum samar, matanya berkilat puas. Bagus… berarti memang kosong. Tapi di luar, ia hanya berkata, “Ya, teman baik. Ezra memang punya hati yang besar untuk orang-orang terdekatnya. Kau beruntung pernah mengenalnya.”

Narumi yang sejak tadi diam kini berkata, suaranya tegas tapi halus, “Julia, terima kasih sudah datang. Tapi Aruna masih butuh banyak istirahat. Jangan terlalu banyak bicara dulu.”

Julia tersenyum sopan, menunduk. “Oh, tentu, Tante. Saya tidak ingin membuat Aruna lelah. Saya hanya ingin dia tahu… dia tidak sendiri.”

Aruna mengangguk tipis, meski matanya masih penuh tanya. Julia pun pamit keluar, tapi senyum tipis di wajahnya tak pernah pudar. Begitu pintu menutup di belakangnya, pikirannya berbisik, Satu langkah sudah kutanam. Perlahan, aku akan jadi orang yang Aruna percaya… dan saat itu terjadi, Ezra pun tak akan bisa melepaskanku.

Pintu kamar menutup pelan setelah Julia melangkah keluar. Hening kembali menguasai ruangan, hanya suara detak mesin monitor ya
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Latest chapter

  • Terikat Kontrak Pernikahan CEO Posesif   256

    Ruang rapat lantai tiga kampus itu dipenuhi cahaya lampu putih yang dingin. Suasana tegang.Di dinding tergantung papan besar bertuliskan “Evaluasi Kegiatan Orientasi Mahasiswa Baru”.Di meja panjang, semua anggota inti BEM duduk berjajar, termasuk Ezra, Raska, dan Julia yang kali ini tampak begitu tenang — bahkan terlalu tenang.Laptop-laptop terbuka, berkas-berkas disusun rapi. Namun ketenangan itu seperti hanya lapisan tipis yang menutupi arus besar di bawah permukaan.Julia mengetik sesuatu di laptopnya sebelum menatap ke arah ketua rapat.“Baik,” ucapnya dengan suara manis namun penuh percaya diri. “Sebelum kita lanjut ke evaluasi umum, izinkan aku mempresentasikan satu hal penting. Ada kasus pelanggaran disiplin dari salah satu calon mahasiswa baru yang perlu kita bahas.”Ruang rapat mendadak hening.Ezra yang sedang menunduk menulis, langsung berhenti. Kepalanya terangkat perlahan, pandangannya menajam.Julia berdiri, menyal

  • Terikat Kontrak Pernikahan CEO Posesif   255

    Ruang itu masih setengah kosong.Beberapa panitia baru datang, menyalakan laptop dan menata berkas.Ezra berjalan masuk tanpa banyak bicara. Ia langsung menuju meja administrasi panitia — tempat biasanya semua laporan kegiatan dan daftar kehadiran dikumpulkan.Raska, yang sedang duduk di dekat pintu, mengangkat alis.“Pagi-pagi udah kayak detektif, Bro.”Ezra hanya melirik sekilas sambil membuka tumpukan map berlabel Laporan Harian Maba.“Aku cuma mau cek sesuatu.”Raska menutup laptopnya, berdiri, lalu mendekat.“Ini tentang Aruna lagi, ya?”Ezra menatapnya sebentar, lalu mengangguk.“Semua gosip yang nyebar itu terlalu rapi, Ras. Ada waktu dan alur yang jelas. Gosip muncul setelah laporan kedisiplinan Aruna dicatat bermasalah.Dan laporan itu cuma bisa diakses panitia inti.”Raska bersiul pelan. “Artinya…”“Ya,” potong Ezra, matanya menajam. “Julia gak kerja sendirian.”Ia membalik beberapa lemba

  • Terikat Kontrak Pernikahan CEO Posesif   254

    Malam itu langit tampak sunyi.Bulan separuh menggantung di antara awan tipis, dan suara jangkrik terdengar lirih di halaman rumah keluarga Kaisar.Lampu teras menyala lembut, memberi cahaya kekuningan yang menenangkan—tapi tidak bagi Ezra.Mobil hitamnya berhenti perlahan di depan pagar rumah itu.Ia duduk sejenak, menggenggam setir erat-erat.Dalam dadanya, perasaan campur aduk: marah, khawatir, dan sedikit takut.Bukan takut pada apa yang akan dia hadapi, tapi pada kemungkinan bahwa Aruna benar-benar terluka oleh sesuatu yang tidak bisa ia kendalikan.Ia menarik napas panjang, lalu turun dari mobil.Langkahnya berat tapi pasti.Pintu dibuka oleh Aurea.Wajah kakak perempuan Aruna itu tampak lelah, tapi tetap sopan.“Oh, Ezra.” Suaranya lembut namun kaget. “Kamu datang malam-malam begini?”Ezra menunduk sedikit sebagai bentuk sopan santun.“Maaf ganggu, Kak. Aku cuma mau pastiin Aruna baik-baik aja. Aku dengar

  • Terikat Kontrak Pernikahan CEO Posesif   253

    Matahari mulai meredup di ufuk barat.Langit jingga menyelimuti atap kampus, menandakan kegiatan hari itu hampir berakhir.Namun, suasana di ruang BEM masih sibuk suara ketikan laptop, percakapan ringan, dan langkah para panitia yang bolak-balik membawa berkas.Ezra duduk di meja kerjanya, menatap layar laptop tanpa benar-benar membaca apa pun.Kepalanya penuh oleh satu hal: Aruna.Sejak tadi siang ia tak melihat gadis itu lagi.Padahal biasanya, setelah sesi kegiatan selesai, Aruna akan menunggu sebentar bersama Nadia dan Raska untuk sekadar berbicara ringan.Tapi kali ini, tak ada bayangan Aruna sama sekali.Ia menoleh ke arah Raska yang sedang merapikan file kegiatan.“Ras, kamu lihat Aruna gak?” tanyanya pelan, tapi terdengar cemas.Raska menatap sebentar, lalu menggeleng. “Tadi pagi sempat lihat di aula, tapi siang… gak lagi. Emangnya kenapa?”Ezra menatap layar laptopnya kosong.“Tadi aku denger dari pani

  • Terikat Kontrak Pernikahan CEO Posesif   252

    Pagi itu udara kampus terasa lebih dingin dari biasanya.Langit berwarna abu-abu muda, seolah menandakan sesuatu yang berat sedang menunggu.Aruna datang sedikit lebih awal dari waktu briefing. Ia menunduk sepanjang jalan, langkahnya hati-hati, pandangannya hanya tertuju pada ujung sepatu putihnya.Bisikan-bisikan halus mulai terdengar lagi begitu ia melewati gerbang fakultas.“Itu Aruna ya?”“Iya, yang deket sama Kak Ezra itu kan?”“Katanya dia sengaja pingsan biar diperhatiin.”“Seriusan? Ih, tega banget sih, padahal Ezra udah sibuk banget…”Setiap kata seperti duri kecil yang menusuk perlahan ke dalam pikirannya.Ia menarik napas dalam-dalam, mencoba tak peduli — tapi matanya berkaca-kaca.Begitu sampai di meja registrasi panitia, Dito — salah satu panitia yang kemarin diarahkan Julia — menyapanya dengan nada datar.“Pagi, Aruna. Kamu kemarin nggak submit laporan kegiatan ya?”Aruna mengerutkan dahi, bingung. “Laporan kegiatan?”“Iya. Semua peserta bimbingan wajib submit laporan ha

  • Terikat Kontrak Pernikahan CEO Posesif   251

    Langkah Aruna cepat dan berat.Ia menuruni tangga gedung fakultas tanpa arah pasti, hanya ingin menjauh dari aula yang terasa terlalu sesak oleh tatapan dan bisikan.Lorong di sisi utara gedung itu sepi dingin, hanya diterangi cahaya matahari yang menembus jendela panjang.Ia berhenti di sana.Menunduk, memegangi dada, mencoba bernapas.Namun, semakin ia mencoba tenang, semakin sesak rasanya dada itu.“Aku nggak kuat lagi…” bisiknya parau, suaranya nyaris hilang.“Aku nggak tahu kenapa semua orang benci aku. Aku cuma—”Kalimat itu menggantung di udara ketika suara langkah kaki terdengar dari ujung lorong.Aruna menegakkan kepala pelan.Ezra.Ia berjalan cepat ke arahnya, napasnya sedikit memburu. Tatapan matanya cemas, tapi juga penuh ketegasan yang menenangkan.“Aruna—”“Jangan dekat aku!” potong Aruna tiba-tiba. Suaranya meninggi, bergetar.Ezra terdiam di tempat.Aruna mundur satu langkah, matanya basah, suaranya pecah.“Setiap kali kamu deket, semuanya makin parah, Ezra!”Ia menat

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status