Share

Keputusan Sera

Sera melangkahkan kaki menuju dapur setelah sholat subuh. Ya. Sera selalu bangun pagi tepat kalau adzan subuh berkumandang sedari kecil seperti apa yang diajarkan orang tuanya yang kini telah tiada. Sera membantu bi Tati memasak di dapur. BI Tati tidak melarang Sera membantu memasak karena bi Tati telah mengetahui sifat Sera jika keinginannya dilarang. Sera dan bi Tati memasak sembari bercerita dan bersenandung dengan riang.

***

Sera menuruni anak tangga menuju meja makan dengan ruang. Wajah cantiknha semakin terpancar dengan senyum yang menghiasi wajahnya. Devan tertegun kala melihat Sera berjalan kemeja makan dengan senyum mempesona seolah menghipnotis dirinya.

‘Cantik..’ batin Devan

Sera membom akan kedua mata ketika sampai didepan meja makan melihat satu sosok yang membuat moodnya hancur seketika. Sera berdiri mematung ditempatnya tanpa berkedip menatap Devan. Candra tersenyum melihat Sera yang masih diam mematung.

“Nggak usah dilihatin gitu Ra. Devan memang tampan.” Ucap Candra

“Hah?” Sera tersadar dari lamunannya, “Kenapa kak?” tanya Sera

“Duduk. Kita sarapan bareng Ra.” Jawab Candra

“Bareng dia kak?” Sweater menunjuk Devan dengan jari telunjuknya

“Hem.” Candra menjawab dengan gumaman

“Ngapain sih pagi-pagi kesini? Numpang makan? Memang nggak ada yang masakin? Warung kan masih banyak yang buka.” cerocos Sera menarik kursi untuk duduk

“Makanya saya menikah sama kamu biar nanti kamu yang masak buat saya.” Ucapan Devan seketika mengejutkan Nayra

Jedeer..

“Saya bukan pembantu iya pak.” Omel Nayra

“Saya nyari istri. Bukan pembantu.”

“Lha.. Tadi katanya nyari tukang masak. Kan pembantu bukan istri.”

“Udah.. Berantemnya nanti lagi. Kita sarapan dulu. Nanti terlambat berangkat kerja.” Candra menengahi perdebatan Sera dan Devan

Mereka menikmati sarapan sdlam suasana hening. Sedari kecil Candra dan Sera selalu diajarkan tata krama dimeja makan oleh orang tua mereka.

***

Sera berjalan ke mushola setelah keluar dari kelas untuk melaksanakan sholat dhuha. Setelah mengambil wudhu Sera melaksanakan sholat dhuha dengan khusyuk.

“Lo yakin nggak ada yang disembunyiin dari gue, Ra?” Suara Alma mengejutkan Seea yang tengah merapikan mukena

“Lo Al bikin gue kaget aja sih.” Sera mengusap dada dengan telapak tangannya

“Lo kira gue setan iya?” Alma pura-pura marah ke Sera

“Gue nggak ngomong gitu.” Seea meninggalkan mushola berjalan kearah kantin diikuti Alma

Sera memilih duduk di kursi yang berada di pojok kantin setelah memesan makanan.

“Lo gitu iya sama gue. Udah main rahasiaan segala.”

“Gue nggak ngerti maksud omongan lo.”

“Lo mau nikah kan sama Devan.”

Duarrrr..

Sera membolakan kedua bola mata mendengar ucapan Alam lalu menutup mulut Alam menggunakan kedua telapak tangannya.

“Kalau ngomong nggak usah kencang-kencang kaya toa mushola.” Sera mendelikan mata ke Alma

“Lagian lo berita bahagia gini dirahasiain.”

“Siapa yang rahasiain sih.”

“Gue aja bingung.”

Sera menceritakan semua yang terjadi di rumah Devan kepada Alma juga ucapan kakaknya semalam. Alma mendengarkan cerita Sera dengan antusias.

“Gue setuju sama kak Candra.” Ucap Alma

“Kok bisa?” tanya Sera

“Apa yang dikatakan kak Candra benar. Apalagi kata Sean, Devan juga cinta sama kami. Walau Sean sekarang jauh, tapi Devan sering bercerita tentang Sera. Waktu yang tepat buat lo buktiin sama mereka yang udah ngeremehin dan nyakitin hati lo, Ra. Gue dukung bahkan restui lo sama Devan. Nggak usah pakai mikir lagi Ra.” Balas Alma

Makanan pesanan mereka datang lalu mereka menikmati makanan yang telah mereka pesan.

***

Sera memikirkan semua perkataan kakaknya dan Alma. Ya. Sejak pulang mengajar Sera tidak keluar dari kamarnya. Seea merenung memikirkan semua yang dikatakn kakaknya dan Alma. Apa yang dikatakan mereka ada benarnya. Sera meyakinkan diri sebelum mengambil keputusan besar dalam hidupnya.

Sera menghela nafas kasar. Ya. Sera telah mengambil keputusan apa yang harus dilakukannya. Sera akan menemui Devan esok hari di perusahaan Devan. Tidak masalah bagi Sera jika nanti akan bertemu dengan Dino dan Alena. Hati Sera telah mati untuk mereka yang menyakiti Sera selama ini.

***

Sinar matahari menelusup masuk kedalam kamar Sera melalui celah jendela. Sera mengerjakan mata kala sinar matahari menyilaukan pandangannya. Sera mengambil ponsel diatas nakas melihat penunjuk waktu diponselnya.

“Astaghfirullah.. Udah jam enam pagi. Aku pasti akan terlambat.” Sera bergegas bangun dari tidurnya menuju kamar mandi setelah meletakan kembali ponselnya diatas nakas

Hanya membutuhkan waktu dua puluh menit Sera membersihkan diri dan bersiap. Seran turun ke lantai satu menuju meja makan dimana kakaknya telah menunggu Sera.

“Kesiangan?” tanya Candra

Nayra tersenyum ke kakaknya, “Iya kak. Maaf. Sera sarapannya di bekal aja iya kak. Dimakan di sekolah nanti.” Jawab Sera

“Iya Ra. Lagian kamu disuruh pegang perusahaan papa nggak mau. Malah milih ngajar.”

“Cita-cita Sera kak.” Sera memasukan nasi goreng kedalam kotak makannya

“Iya Ra. Kakak tahu. Kakak juga nggak maksa. Tapi bisa kali dipikirin lagi Ra.”

“Iya kak. Sera berangkat dulu iya kak. Takut telat.” Sera mencium punggung tangan kakaknya lalu berjalan menuju mobilnya

Candra menggelengkan kepala dengan tingkah Sera. Mobil Sera melaju meninggalkan rumah dengan kecepatan tinggi.

‘Semoga nggak macet.’ Batin Seea penuh harap

Dengan langkah tergesa Sera meninggalkan tempat parkir mobil menuju ruang guru. Waktu absen kurang dari lima menit, Sera tidak boleh terlambat absensi. Sera mempercepat langkahnya agar tidak terlambat absensi.

Tit..

Sera mengangkat jari telunjuk dari finger print setelah absensi masuk lalu berjalan ke tempat duduknya. Sera membuka kotak makan lalu menikmati sarapan di sekolah. Ya. Hari ini Sera tidak ada jam mengajar pertama, namun Sera harus tetap absensi pagi tidak boleh terlambat, jika terlambat akan dikenakan sanksi pihak sekolah.

Hari ini tepat pukul satu siang jam mengajar Naura selesai. Nayra meminta ijin guru piket untuk meninggalkan sekolah terlebih dahulu. Setelah diijinkan guru piket, Sera berjalan ketempat parkir dimana mobilnya berada.

Ya. Sera harus bertemu dengan Devan hari ini memberitahu jika Sera setuju dengan rencana pernikahan bulan depan. Sera tidak mempedulikan apa yang akan terjadi nanti. Bagi Sera yang terpenting saat ini bertemu dengan Devan. Restu juga telah Sera dapatkan dari orang tua Devan dan kakaknya. Sera tidak perlu ragu mengambil keputusan ini.

‘Bismillah..’ Doa Sera dalam hati

Sera memutar kemudi meninggalkan sekolah membelah jalanan ibu kota yang tampak lengan disiang hari menuju perusahaan Devan.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status