Share

BAB 4

Beberapa menit kemudian Azkara tertidur lalu lampu yang tadi menyala seketika padam. Kamera CCTV pun otomatis berhenti merekam.

"Agghhrr," teriak Azkara.

'Apa yang terjadi selama listrik padam?' ucapnya dalam hati.

Wajahnya tampak tak tenang, ia geram pada keadaan.

"CCTV itu juga tidak bekerja!" gerutunya. Ia menyandarkan tubuhnya di senderan kursi lalu memandang langit-langit ruang kerjanya.

'Aku yakin pasti telah terjadi sesuatu pada Meika saat lampu itu padam,' batinnya.

Arland sudah sampai di kediaman Azkara. Mereka tengah berada di ruang kerja Azkara, sebuah ruangan khusus yang Azkara siapkan di rumahnya, tepat di sebelah kamar tidurnya.

"Apa Meika sudah ditemukan? Di mana dia dan bagaimana keadaannya?" tanya Azkara penuh harap.

"Tidak, Tuan. Kami belum berhasil menemukannya. Tapi, ada satu titik lokasi bahwa Nyonya Meika diduga berada di sana. Namun, setelah didatangi, Nyonya tidak ada," ungkap Arland.

"Di mana lokasinya?" tanyanya lagi.

"Lokasinya di hotel G Foresst sebelah selatan kota Z, Tuan Muda. Ada salah satu anak buah kita yang mendapat info dari staff hotel tersebut bahwa ia melihat perempuan yang mirip sekali dengan Nyonya. Namun, saat melakukan cek-in dia memakai nama Yasmin Evlynzee. Informasi yang didapat ini dirasa kurang akurat, Tuan. Mengingat bahwa staff itu juga sangat jarang melihat atau bertatap langsung dengan Nyonya Meika. Lagi pula, untuk apa Nyonya menggunakan nama lain? Tapi saya tetap menyuruh beberapa anak buah untuk datang mengecek langsung ke sana," pungkas Arland.

"Satu jam yang lalu saat mereka tiba di hotel itu. Perempuan yang dianggap mirip seperti Nyonya Meika sudah terlebih dahulu chek-out. Untuk memastikan apakah itu memang benar Nyonya Meika, pengecekan CCTV di bagian resepsionis hotel pun dilakukan. Wajah perempuan itu memang mirip dengan Nyonya, Tuan! Ahh bukan mirip lagi melainkan sama," lanjutnya.

"Berarti dia memang istriku, Lan! Lalu selanjutnya apa?" tanya Azkara. Raut wajahnya menunjukkan keceriaan, terbukti dengan adanya informasi mengenai istrinya.

"Anak buah kita masih terus melacak keberadaan Nyonya melalui plat mobil yang dipakai Nyonya saat meninggalkan hotel tersebut. Tapi, untuk saat ini belum ada informasi lagi dari mereka, Tuan. Mungkin saja mereka masih mengejar mobil Nyonya."

Azkara menunduk sesaat lalu melihat Arland dengan sorot mata tajamnya, "Baiklah, saya akan menunggu. Jika sampai malam tidak ada hasil dari mereka. Maka saya yang akan turun tangan langsung untuk mencarinya. Jujur saya sudah tidak bisa menunggu lebih lama lagi, Lan!" ucapnya tegas.

"Tuan Muda, saya mengerti apa yang Anda rasakan. Semoga Nyonya segera kita temukan."

Arland memahami betul kondisi bos sekaligus kawan karibnya itu. Wajah yang tadinya ceria mendadak mendung kembali, Azkara benar-benar telah kehilangan senyumnya.

***

"Kenapa mereka terus saja mengikutiku?" gerutu gadis yang sedang menyetir mobilnya.

Diliriknya bergantian kaca spion luar mobil dan spion tengah (center mirror) mobilnya. Sudah lebih dari lima belas menit sebuah mobil hitam Avanza terus saja mengikutinya. Awalnya ia berpikir bahwa arah mereka memang sama.

Namun, ternyata hal itu terbantahkan. Sebab, sudah tiga kali ia memutar ulang mobilnya di jalur yang sama, mobil yang mengikutinya pun lantas melakukan hal yang sama pula.

'Kenapa perasaanku tidak enak,' batinnya.

Lantas ia pun memacu kecepatan mobilnya menjadi dua kali lipat. Mobil dibelakangnya pun juga semakin cepat mengejarnya, seolah tak mau melepas gadis tersebut.

Mata gadis itu melirik jam di tangannya. "Astaga sudah jam satu. Aku akan telat!"

"Nyonya Meika!" teriak salah satu pria di dalam mobil yang mengikutinya.

Kini mobil yang mengejarnya sudah sejajar dengan mobil yang dikendarai gadis bernama Yasmin itu.

Yasmin pun berteriak, "Kalian salah orang!"

"Nyonya, ayo kembali pulang! Tuan Muda menunggu Anda!" teriak kembali pria di seberangnya.

"Sudah saya bilang, kalian salah orang! Saya Yasmin!"

Yasmin terus melajukan mobilnya menembus jalan lintas kota hinga lampu hijau berganti merah. Kendaraan-kendaraan pun berhenti, begitu juga dengan Yasmin. Sekali lagi dilihatnya bahwa mobil yang mengejarnya berada tepat di belakang mobilnya.

"Aku harus bisa lepas dari mereka. Dasar orang-orang aneh! Mereka pasti penipu atau penculik yang ingin menculikku," cibir Yasmin.

'Tapi bagaimana caranya aku bisa lepas dari mereka?'

Yasmin terus berpikir sembari menunggu lampu hijau kembali.

Setelah satu menit, lampu pun kembali hijau. Bergegas Yasmin menginjak pedal gas mobilnya. Ia nekat menyalip mini truk di depannya. Saat itu mini truk tersebut berkendara dengan kecepatan yang pelan. Tetap saja meski begitu, hal yang dilakukan Yasmin sangat berisiko. Ia tak peduli, baginya ia bisa terlepas dari penguntit. Mobil yang mengikutinya pun terhalang oleh truk yang berada tepat di belakang mobil Yasmin.

"Huh! Kena kalian! Jangan pernah bermain-main denganku!" ucap Yasmin geram.

Meski sudah berhasil menghindari mobil yang mengikutinya. Yasmin gemetaran dan jantungan atas aksi menyalip mini truk tadi. Bisa saja jika memang ajalnya, ia akan sudah mati.

"Bagaimana ini? Kita tidak bisa menyalip. Kita akan kehilangan jejak Nyonya Meika," tanya pria yang meneriaki Yasmin tadi pada rekannya yang sedang menyetir.

"Aku tidak menduga Nyonya menyalip seperti itu. Itu berbahaya, Bar. Lihatlah! ada kendaraan lain di kedua sisi truk. Kita tidak akan bisa menyalip. Pasti Nyonya sudah pergi," jawab rekan Akbar yang sedang menyetir itu.

***

Mobil berwarna silver memasuki parkiran gedung bercat putih gading dengan paduan cat warna kuning corn.

Setelah memarkirkan mobilnya, Yasmin keluar dan berlari menuju aula gedung.

"Haiss, habislah aku!" pekiknya sambil berlari.

Sesampainya di aula gedung, ia terkejut karena tak mendapati satu orang pun di dalamnya. Bahkan lampunya pun padam.

"Apa aku yang datang terlalu cepat? Tapi di jadwal bukannya jam satu sudah mulai? Aku datang hanya lewat lima belas menit saja dari jam satu. Apa mereka semua sudah bubar?" tanyanya pada dirinya sendiri. Wajah gadis itu terlihat sungguh kebingungan.

Ia pun berniat untuk pergi dari sana. Saat badannya berbalik, ia dikagetkan dengan rekan kerjanya yang sudah berada tepat di hadapannya dengan rambut hitam panjang tergerai ke depan dada.

"Astagfirullah!" teriak Yasmin kaget. Rekannya ini benar-benar terlihat menyeramkan ditambah dengan wajahnya yang julid dan galak.

"Kenapa baru datang? Mereka sudah pergi!" sungut Oliv dengan wajah yang merengut.

"Apa? Tapi ...."

Belum selesai Yasmin bicara, Oliv terlebih dahulu memotong pembicaraan.

"Aku sudah menjelaskan padamu, kan? Bahwa klien yang satu ini sangat tidak menyukai keterlambatan. Lewat dari satu menit saja, mereka langsung membatalkan kerjasama," timpalnya.

"Iya aku mengaku salah, Liv. Tadi ada orang aneh yang mengikutiku. Jadi aku berusaha menghindari mereka. Percayalah, tiga puluh menit sebelum jam satu, aku sudah di jalan menuju ke sini," ucap Yasmin menyesal.

"Sudahlah! Sia-sia saja kita datang ke kota ini. Nyatanya tidak ada kerjasama yang diperoleh. Kita sudah rugi! Percuma saja uang keluar untuk menginap di hotel. Ini semua salahmu!" sergah Oliv dengan tatapan nyalang kepada Yasmin.

"Yasudah, aku sudah minta maaf. Lagi pula uang bisa dicari lagi," Yasmin berusaha membujuk gadis yang merengut di depannya.

"Permisi! Apa saya bisa bicara dengan Mrs. Oliv?"

Mendengar namanya disebut, Oliv pun berbalik badan. "Ouh, Anda! Bukankah Anda tadi yang bersama Nyonya Calley? Ada apa?" tanya Oliv, ia sedikit berlari mendekatkan diri ke arah wanita yang memanggilnya tadi.

"Begini .... Jika tadi Nyonya Calley telah membatalkan kerjasama. Sekarang Nyonya Muda saya yang ingin bekerja sama dengan Anda dan juga Mrs. Yasmin," jawab wanita itu sembari menoleh ke arah Yasmin.

"Maksud Anda bagaimana? Nyonya Muda? Siapa dia?" tanya Oliv ceplas ceplos.

"Nyonya Muda adalah keponakan dari Nyonya Calley. Saya adalah asisten pribadi dari Nyonya Muda. Nyonya Muda bilang dia ingin langsung tanda tangan kontrak kerjasama dengan persyaratan yang akan diajukannya."

"Oh, baiklah. Tapi di mana Nyonya Muda yang Anda maksud itu?"

"Nyonya sedang menunggu di mobilnya. Kita bisa bicara di sana saja."

Wanita itu pun pergi diikuti oleh Oliv. Oliv tidak terlalu mempedulikan Yasmin. Dipikirannya hanya ada kerjasama dan uang, dengan begitu tidak akan menjadi sia-sia baginya untuk datang ke kota Z.

"Apa itu mobilnya?" tanya Oliv, matanya menelisik mobil yang jaraknya hanya satu meter darinya.

"Iya, Mrs," jawab Asisten Nyonya Muda.

'Wah, dari mobilnya saja sudah sangat mewah. Memang benar-benar fantastis keluarga Nyonya Calley ini,' kata Oliv dalam hati.

"Mrs, silakan masuk ke dalam! Nyonya Muda ingin berbicara dengan Anda."

"Benarkah?" tanya Oliv tak percaya.

"Ya, Mrs!"

Pintu mobil pun terbuka otomatis. Tampaklah seorang wanita muda berusia dua puluh enam tahun duduk dengan anggun, kaki kanannya menyilang di atas kaki kirinya. Ia mengenakan gaun hitam dan kacamata hitam.

"Hai!" sapa wanita itu.

"Silakan masuk!" perintahnya pada Oliv yang tengah menatapnya tanpa kedip.

"Sania, kau bisa pergi! Kembalilah dan temui Tante Calley," sambungnya lagi.

"Baik, Nyonya Muda!" jawab asistennya disertai anggukan kepala.

Oliv kemudian masuk dan duduk tepat di sebelah wanita tersebut. Pintu mobil pun tertutup otomatis, terlihat wanita bergaun hitam itu sedang tersenyum miring.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status