Share

Bab 3 : Melahirkan

Author: Evhae Naffae
last update Last Updated: 2021-08-22 09:45:54

Terjebak Bersama Wanita Gila

Bab 3 : Melahirkan

Pagi ini, seperti biasa, kupacu sepeda motor menuju pasar. Sebenarnya ia sudah tak bisa disebut pagi, sebab sudah pukul 09.30. Kong Ahlaw pasti bakal memecatku kalau datang ke konter jam segini, tapi mau bagaimana lagi. Kebanyakan minum membuat mataku susah terbuka setiap pagi.

Saat hendak berbelok di tikungan, terlihat seseorang sedang duduk di pinggir jalan yang banyak ditumbuhi rumput ilalang. Kuhentikan sepeda motor dan memperjelas penglihatan, barangkali pengaruh mabuk tadi malam belum hilang. Seorang wanita hamil sedang merintih kesakitan sambil memegangi perutnya. Ah, jangan-jangan itu Minah yang mau melahirkan. Pikiranku langsung tertuju pada wanita hamil itu.

Segera kuhampiri dia dan berteriak dengan panik, "Minah, lo kenapa?"

"Aduh, sakit ... tolong!" rintihnya sambil berusaha tersenyum, napasnya terlihat turun naik.

"Apanya yang sakit? Lo udah mau melahirkan, hah?!

"Mau eek, mau eek, mau eek ... sakit, hahaa ... sakit .... " teriaknya sambil diselingi tawa.

Kulihat darah mengalir dari betisnya, ah ... tak salah lagi, Minah pasti mau melahirkan. Dasar gila, masa dia bilang mau eek!

Kulambai sebuah taxi dan membopong Minah ke dalamnya. Aku harus segera mengantar Minah ke rumah sakit. Tak tega jika harus membiarkannya melahirkan seorang diri di antara semak-semak itu, dengan konsekuensi bakal jadi pengangguran lagi sepertinya aku ini. Tak apalah, ini demi kemanusiaan.

Beberapa menit kemudian, kami telah tiba di rumah sakit bersalin. Segera kupanggil perawat untuk menolong Minah. Selagi ia ditangani di ruang bersalin, aku disuruh mengisi administrasinya dahulu.

"Dia itu orang gila yang gue temukan mau lahiran di pinggir jalan," sangkalku kala petugas bagian administrasi mengira aku suami dari Minah.

"Oh, begitu. Apa dia sudah tidak punya keluarga?"

"Ada sih, cuma neneknya udah tua gitu."

"Jadi, siapa yang akan bertanggung jawab atas pasien ini?"

Aku menggaruk kepala bingung, uang di dompetku hanya ada seratus ribu. Kalau aku yang bertanggung jawab, otomatis aku yang harus membayar biaya rumah sakitnya. Aduh, bagaimana ini?

"Pak, tanda tangan di sini ya!" ujar perawat itu lagi tanpa menunggu jawaban pertanyaannya tadi.

Ah, menolong Minah bikin pusing kepala saja. Oke, segera kububuhi tanda tangan kertas itu, biarlah nanti akan kupikirkan lagi cara membayar biaya persalinannya.

Satu jam kemudian, Minah sudah berhasil melahirkan bayinya secara normal dan selamat. Dasar orang gila, orang waras aja lahiran banyak yang ceasar. Ini Si Minah, melahirkan malah sambil tertawa dan hanya setengah jam langsung melompat deh anaknya.

"Selamat, Pak, bayinya cewek." Seorang bidan menyalamiku sambil menggendong bayi Minah.

Astaga, lagi-lagi aku dikira suami dari wanita gila itu. Kuhembuskan napas dengan kasar, lalu tersenyum masam.

Salah seorang perawat memanggilku ke ruang bayi dan menyuruh meng'adzani bayi itu.

Aku hanya melengos sambil kasak-kusuk, soalnya aku lupa bacaan adzan. Aduh, bagaimana ini?

"Ayo, Pak, silahkan!" perawat itu menyuruhku mendekat pada bayi Minah.

Kutarik napas panjang lalu mengeluarkan ponsel, mencari bacaan adzan dan membacanya. Tapi, bawaan lidah seorang pecandu minuman keras, membaca tulisan latin pun aku tak bisa. Terpaksa, MP3 yang kusetel untuk mengadzankan bayi Minah.

Baru saja aku melangkah keluar dari ruang  bayi, ponsel pun berdering. Sebuah panggilan masuk dari Kong Ahlaw, bos tempatku bekerja sebagai karyawan di sebuah konter ponsel.

"Heh, lu orang gua pecat! Jangan pernah datang ke toko lagi," cerocosnya dengan logat khas Tionghoa.

"Maafin gue, Kong .... " jawabku bingung.

"Gua menyesal telah memperkerjakan pemuda tukang mabok kayak lu orang. Lu gua pecat!" Telepon langsung diputus begitu saja.

Kutarik napas panjang dan berjalan lunglai menuju ruang rawat Minah. Pikiran makin kusut saja, bagaimana caraku membayar biaya bersalin Minah? Aduh, aku ini memang tidak berbakat jadi orang baik. Apa aku kabur saja, ya? Haha, gitu aja kok repot. Otak jahatku mulai menguasai.

Wajah Minah sudah terlihat bersih, ia kini berpenampilan seperti pasien waras lainnya.

"Lapar ... minta kue," rengeknya sambil menggaruk kepala, rambutnya yang sudah tersisir rapi menjadi berantakan lagi.

"Tenang, Bu!" seorang perawat mencoba menenang dia.

Melihatnya meronta hingga mencoba melepas infus di tangannya membuat hatiku geram. Kedua perawat sampai kewalahan menghadapinya.

"Woy, Minah, diam gak lo!" bentakku sambil menunjuknya yang sudah berlari menuju pintu. "Mau balik ke tempat tidur gak lo? Lo tuh baru abis melahirkan!"

Minah terlihat ketakutan dan langsung berbalik ke tempat tidurnya, lalu berbaring.

"Aku lapar .... " rengeknya lagi.

"Oke, entar gue belikan makanan tapi lo jangan ke mana-mana!" ancamku dengan menunjukkan wajah garang.

"Yoppy ... Yoppy, benar, ya? Asikk kue .... " Minah bertepuk tangan.

Hah, dia tahu dari mana namaku? Dasar Minah hancur, semenjak iba denganmu kehidupanku jadi ikutan hancur.

*********

Aku kembali ke ruangan Minah dengan membawa berbagai macam kue dan buah-buahan. Uang seratus ribuku ludes sudah, malam ini sepertinya aku akan puasa minum.

"Gak mau, pergi sana!" teriak Minah dan menolak bayi yang disodorkan perawat padanya.

"Ada apa ini, Sus?" tanyaku sambil meletakan semua belanjaan.

"Ini, Pak, istri anda menolak menyusui si kecil," jawab sang perawat

Astaga, kok masih disangka istriku wanita gila ini? Kuusap wajah dengan kasar. Kuambil bayi itu dan menyodorkannya pada Minah.

"Mau kue gak lo? Susui dulu dia!" perintahku.

Minah menatapku dan menerima bayi itu tanpa perlawanan lagi. Perawat membantu Minah memberikan ASInya.

"Kalo tuh bayi udah selesai mimik, baru gue kasih ini ama lo .... " Kuiming-imingi dia dengan hamburger.

Minah terlihat menelan ludah dan semakin bersemangat memberikan ASInya.

******

Keesokan harinya, Minah sudah diperbolehkan pulang. Aku makin pusing memikirkan biaya rumah sakit. Aku terpaksa menjual ponsel demi menebus Minah dan anaknya. Sumpah, ini kebaikan pertama dalam hidupku. Jadi orang baik itu berat, aku gak sanggup. Sesudah ini aku tak akan mau mengurusi orang gila itu lagi.

Dengan menggunakan mobil ambulans, Kuantar Minah dan bayinya pulang ke rumah neneknya. Masalah selesai, walau para ibu-ibu tukang gosip menggosipkan kalau akulah ayah dari anak Minah. Aku tak peduli, yang penting setelah jadi pengangguran begini aku masih tetap dapat minum, walau harus ngutang di warung.

Sebulan berlalu, keadaanku semakin hancur saja. Semua barang elektronik peninggalan bapak sudah hampir habis kujual untuk biaya hidup juga biaya membeli minuman favoritku.

Dengan setengah teler, aku berjalan menuju rumah. Mabuk di siang hari itu gak enak, panas soalnya. Hahaa ....

"Oweee ... oweee .... " Terdengar suara tangisan bayi dari semak belukar dekat kandang sapi Pak Ahmat.

Kumelekan mata yang terasa berkunang-kunang. Namun, langkah kaki ini malah membawaku ke kandang sapi itu. Terlihat seorang bayi sedang menangis diantara semak belukar, sedangkan di dalam kandang sapi, Minah sedang digerayangi Handi, anaknya kepala desa.

"Woy, lo mau apakan Si Minah!" hardikku sambil menggendong bayi itu, walau dengan kaki yang tak bisa diajak berdiri tegak.

Handi terkejut melihatku, ia tak jadi membuka baju Minah.

"Mau pergi, atau gue teriak? Biar lo dihajar orang sekampung!" ancamku.

"Sial lo! Bilang aja kalo lo yang mau menikmati Si minah?" Handi menatapku bengis.

"Woy, tolongg ... Minah mau diperkosa!" teriakku nyaring.

Handi langsung berlari meninggalkan kandang sapi itu, aku pun tersenyum puas. Minah yang menangis, karena mungkin kecewa gagal digarap. Dasar wanita gila ganjen! Kutarik tangannya untuk bangun.

"Heh, wanita gila, kenapa sih masih saja suka berkeliaran? Bawa-bawa anak juga, mending ke rumah gue aja, kita mabuk sama-sama!" ujarku geram sambil menarik tangannya menuju rumahku.

Bersambung ....

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Terjebak Bersama Wanita Gila   Bab 58 : Godaan

    Terjebak Bersama Wanita GilaPart 58 : GodaanKetika kedua bibir insan itu sedang sibuk menikmati permainan di dalam sana, pria bermata cokelat itu tiba-tiba sadar dan sontak saja langsung mendorong tubuh wanita yang di hadapannya. Maya meringis kesakitan karena bagian tubuh belakangnya mengenai sofa dengan kasar. Yoppy tidak peduli dengan Maya yang terlihat sedang merasa kesakitan. “Aw!”Yoppy segera menggeser tubuhnya agak jauh dari gadis itu. Yoppy terlena oleh godaan setan yang berwujud mantan di depannya. Kedua mata Yoppy mengerjap beberapa kali.“Heh, dah gila lo, ya! Ngapain lo deket-deket gue? Pake acara cium-cium gue lagi. Cari kesempatan kan elo?” tuduh Yoppy pada Maya dengan tatapan mata setajam silet.Yoppy menyadari bahwa kejadian tadi adalah karena dia tak bisa mengontrol nafsunya sendiri. Matanya terpesona oleh body yang ditampilkan Maya. Dengan bajunya yang seksi dan dadanya terekspos keluar, membuat jiwa laki-laki Yoppy bangkit. Yoppy juga tadi sudah menahan-nahan un

  • Terjebak Bersama Wanita Gila   Bab 57 : Disamperin Mantan

    Terjebak Bersama Wanita GilaPart 57 : Disamperin MantanMaya mencium tangan Tuan Marko dengan takzim. Tuan Marko terkejut ketika wanita seksi dengan body semok itu menyalaminya. Wanita di hadapan Tuan Marko itu mulutnya melengkung membentuk senyuman. Tuan Marko memalsukan senyumnya pada gadis asing itu.“Kenal kan Om, saya mantan pacarnya Yoppy,” ucap Maya sembari tersenyum seolah merasa bangga sehabis mengucapkan kalimat itu.Yoppy refleks dan langsung bangun dari tempat duduknya. Mata Yoppy melebar. Yoppy mencoba mencubit pahanya sendiri. Rasanya sakit. Ternyata dia sedang tidak bermimpi. Namun, Yoppy masih bergeming dan hanya memerhatikan Maya yang bersikap sok kenal dengan mamanya itu. Yoppy tak menyangka bahwa Maya akan mengaku sebagai mantannya di depan Tuan Marko. Yoppy ingin mencegahnya, tapi sudah terlambat. Tuan Marko hanya mengangguk sambil memandangi Maya dari atas sampai bawah. “Oh, oke. Silakan ngobrol dengan Yoppy. Saya masih ada kerjaan. Saya tinggal dulu, ya.” Tuan

  • Terjebak Bersama Wanita Gila   Bab 56 : Ceramah

    Terjebak Bersama Wanita GilaPart 56 : CeramahTuan Marko berdiri dan beranjak dari tempat duduknya. Dia berjalan dengan gontai menuju ruangan Yoppy. Mungkin antara mereka masih butuh bicara empat mata. Tuan Marko masih perlu membimbing dan mengajarinya secara halus agar bisa menyentuh hatinya yang keras itu.Sesampainya di depan pintu ruangan Yoppy, tanpa mengetuk, Tuan Marko mendorong pintu kaca itu. Terlihat Yoppy sedang bersantai dengan ponsel di genggamannya. Yoppy mendengar suara jejak sepatu yang memasuki ruangannya, segera pria itu mendongakkan wajahnya dari layar hape. “Jadi seperti ini pekerjaan kamu di kantor tiap hari? Seperti ini pekerjaan yang kamu mau?” tegur Tuan Marko sambil memasang tampang marahnya. Yoppy meletakkan ponselnya kembali ke dalam saku celana. “Kalau seperti ini pekerjaan kamu, ini sama aja gak ngerubah sifatmu jadi lebih baik lagi. Katanya kamu mau diterima jadi mantunya ayah dokter Winda, tapi disuruh kerja aja gak becus.” Tuan Marko masih mengomeli

  • Terjebak Bersama Wanita Gila   Bab 55 : Semakin Pusing

    Terjebak Bersama Wanita GilaBab 55 : Semakin PusingMentari telah bersinar di langit biru, burung-burung telah berkicauan dan terbang ke sana kemari mencari makan. Tak ubahnya juga manusia sedang berlalu lalang di jalanan menuju tempat kerja masing-masing untuk mengais rezeki. Mulai dari pekerja kantoran, pekerja buruh, sopir, hingga pemulung pun sudah bersiap-siap untuk menjemput rezeki. Pekerjaan mereka memang tak serupa, tapi tujuan mereka sama. Mereka yang bekerja adalah orang-orang yang hebat dan tangguh serta bertanggung jawab. Mereka hebat bisa memikul beban berat yang di pundaknya. Dan mereka mampu bertanggung jawab atas beban yang dipikulnya. Hari ini adalah hari kedua Yoppy bekerja. Yoppy masih mengambil dan memakai jas mamanya. Meski pun mereka adu mulut tadi malam, tapi Yoppy masih mempunyai akses bebas keluar masuk di kamar Tuan Marko. Kaki jenjang berbalut celana hitam itu melangkah gontai ke mobilnya. Namun, sebelum masuk ke mobil hitam itu, Yoppy sempat melihat ke

  • Terjebak Bersama Wanita Gila   Bab 54 : Pencuri

    Terjebak Bersama Wanita GilaBab 54 : PencuriTuan Marko berjalan dengan langkah gontai menuju ke kamar Yoppy. Niat awalnya dia ingin membicarakan sesuatu yang tidak terlalu penting tetapi tetap saja Yoppy berhak tahu karena itu menyangkut masalah pekerjaan di kantor. Langkah kaki tuan Marko sudah semakin dekat dengan kamar, kini Tuan Marko sudah tepat berada di depan pintu kamar Yoppy yang tertutup rapat. Tuan Marko ingin langsung masuk begitu saja, akan tetapi saat ingin memegang gagang pintu itu dia dengan tidak sengaja perlahan mendengar suara Yoppy dari tempatnya berdiri saat ini karena dari nada suaranya yang kuat dan terdengar sedang gembira. Tuan Marko diam sejenak karena dia seperti mendengar perkataan mengenai cincin. Kebetulan sekali cincin yang sudah dia simpan untuk dia berikan kepada Putri yaitu sang calon istrinya itu belum lama ini pun menghilang.Setelah sengaja menguping pembicaraan Yoppy dengan seseorang yang sedang dia telpon sepertinya benar, Yoppy memberikan sebu

  • Terjebak Bersama Wanita Gila   Bab 53 : Galau

    Terjebak Bersama Wanita GilaPart 53 : GalauBulan yang menggantung di langit sedang bersinar cerah ditemani oleh ribuan bintang yang bertaburan. Sama halnya dengan seorang wanita cantik yang kini tengah berada di dalam kamar. Bibirnya dari tadi selalu tersenyum. Seolah ada hal yang menggelitik di perutnya hingga membuat perasaannya seceria itu. Mata yang indah dengan bulu mata lentik natural itu sedang menatap langit-langit kamarnya. Kamar gadis itu sederhana dan jauh dari kata aestethic. Bukan karena dia tidak punya waktu atau tidak bisa memodifikasi kamarnya. Namun karena dia lebih suka kamar yang simple. Itu lebih elegan menurutnya.Dokter Winda sedang memandangi cincin berlian yang tengah melingkar di jari manisnya dengan anteng. Kembali teringat dengan momen di saat pemakaian dan mendengarkan status paksaan atas barang yang kini telah tersemat di salah satu jarinya. Dokter itu kini merasa dilema dan dia membutuhkan teman untuk menampung semua ceritanya. Dokter Winda mengambil

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status