Share

CHAPTER 3: Calon?

“Nes, kemana aja sih?”

Nesa berjalan memasuki unit apartemennya, matanya menatap dua orang perempuan yang sedang duduk di sofa, sebuah tayangan televisi yang menyiarkan berita gosip menjadi tontonan keduanya.

“Bagus ya pagi-pagi sudah menjarah di unit apartemen saya!” cibir Nesa karena melihat banyak sekali makanan dan minuam yang ada di meja, bahkan kedua perempuan itu sedang memegang cup mie instan. Semua makanan dan minuman itu tentu saja milik Nesa.

“Ibu sekretaris biasa aja kali, bicaranya formal banget,” sindir Risa.

Nesa hanya memutar bola matanya jengah, ia melempar tasnya ke sembarang arah, dan ikut duduk di samping Risa sambil mengambil kue sus yang ada di meja, lalu melahapnya.

“Kemana aja sih?” tanya Seruni mengulang pertanyaan yang belum Nesa jawab.

“Biasa habis ngurus bayi besar,” jawab Nesa memegang remot televisi sambil mengganti channel televisi.

“Bohong dia, semaleman habis sama Erwin,” celetuk Risa.

Mendengar celetukan Risa membuat Nesa kembali mengingat kejadian di resto, perasaan kesal kembali ia rasakan. “Dia naksir sama Nadya bukan sama aku,” ucapnya tanpa mengalihkan pandangan dari layar televisi.

“Masa sih? Erwin nanyain kamu sama aku, bukan nanyain Nadya.”

“Udahlah, lagian bukan tipeku juga dia.”

“Tipemu yang kaya gimana memang?” tanya Seruni, sembari meneguk minuman kaleng yang ada di atas meja.

“Seperti Lee Dong-wook, misalnya.”

Bugh!

Rasa melempar kepala Nesa dengan bantal sofa yang berada di belakang tempatnya duduk. “Halu terus!”

“Biarin!” Nesa menjulurkan lidahnya.

“Serius Nes, kamu mau cari calon yang kaya gimana?” tanya Risa, kali ini tatapannya benar-benar serius.

Nesa mengulum bibirnya, ia paling malas jika membahas tentang ini.

“Ibu kamu selalu nanyain sama aku, Seruni, bahkan Nadya. Oke kalau belum mau nikah tahun ini, minimal nanti waktu acara pernikahan aku, ataupun ke pernikahan Seruni kamu bawa gandengan lah,” lanjutnya.

“Siap!” Nesa mengacungkan dua jempolnya, lalu ia mengambil tas dan berdiri dari duduknya. “Udah ah aku ke kamar ya, mau tidur!” lanjutnya, baru saja ia akan berjalan, namun tangan Risa dengan cepat memegangnya. Nesa menatap Risa dengan tatapan bertanya.

“Kamu menginap di rumah bosmu itu? Semalaman tidak tidur karena ngelonin dia?” tanya Risa menatap wajah Nesa tengil.

“Astaga, Risa!” Nesa mencubit pinggang Risa, dan yang di cubit malah tertawa terbahak-bahak sambil mencoba menyingkirkan tangan Nesa yang masih mencubit pinggangnya.

“Kita tidur di sini semalam, niatnya mau nemenin kamu malam Mingguan, eh kamunya yang malah ngga ada di apartemen,” tutur Seruni.

Sudah biasa memang sahabat Nesa berdiam diri di apartemennya, bahkan sampai menginap. Nesa memang tidak tinggal dengan ibu dan adik lelakinya karena jarak tempat tinggalnya cukup jauh dengan tempat kerja Nesa. Itulah alasan kenapa Nesa memilih tinggal di apartemen, sebenarnya apartemen ini juga bukan milik Nesa, melainkan fasilitas yang diberikan oleh Edgar.

“Teman dekatnya Pak Edgar ngadain pesta buck’s night, aku harus jemput dia karena dia hangover, gak mungkin kan ngebiarin dia nyetir sendirian?” jelas Nesa.

Seruni dan Risa saling menatap satu sama lain, lalu menatap Nesa penuh selidik. Nesa menghembuskan napasnya. “Terserah deh mau percaya atau ngga,” rengek Nesa sambil memanyunkan bibirnya.

“Kamu naksir sama Pak Edgar?”

“Astaga Risa! Kenapa sih mulutmu itu!” kesal Nesa kembali mencubit pinggang sahabatnya, bukan hanya mencubit tapi sesekali juga Nesa menggelitiknya.

Risa tertawa sambil mencoba menyingkirkan tangan Nesa. “Ahaha … Nes, udah geli ih!”

“Aku sama Seruni juga mikir yang sama soal kamu sama bosmu itu,” lanjut Risa.

Nesa yang sudah kembali duduk di samping Risa langsung menatap Seruni dengan tatapan tidak terima. “Ni, aku gak gitu ya!”

Seruni terkekeh lalu berkata, “Kamu gak pernah pacaran, mantanmu juga cuman satu, itupun waktu kuliah. Kita mikirnya mungkin kamu suka sama bosmu, makannya gak pernah pacaran. Secara kan kamu jadi sekretarisnya udah hampir mau tujuh tahun.”

Kenapa kesendiriannya harus di sangkut pautkan dengan bosnya?

“Pemikiran kalian tuh terlalu jauh,” gerutu Nesa.

“Kamu juga suka ngehalu punya suami kaya Lee Dong-wook, itu juga halu kamu terlalu jauh,” celetuk Risa mendorong bahu Nesa pelan.

“Ganti topik!”

Nesa menyenggol bahu Nesa sambil terkekeh, “Beneran kamu suka sama bosmu?” Nada suaranya terdengar sangat menyebalkan di telinga Nesa.

“Aku cuman kerja sama dia, bahkan terlintas di benak aku buat suka sama dia pun enggak pernah. Aku sudah pernah cerita semua tentang dia kan, betapa sangat menyebalkannya dia, kalau disebutin satu-satu pun pasti bakalan ratusan, bahkan mungkin ribuan episode,” tutur Nesa dengan menggebu-gebu, entahlah membicarakan tentang bosnya membuatnya sangat kesal.

“Napas dulu, Nes,” titah Risa mengelus punggung Nesa pelan sambil terkekeh pelan.

Tangan kanan Nesa langsung menyambar minuman kaleng yang ada di meja, lalu meneguknya sampai setengah. Ia menarik napas dalam, lalu menghembuskannya dengan perlahan.

“Gak ada niatan mau resign, Nes?”

Pandangannya langsung beralih menatap Seruni yang menanyakan hal itu

“Aku cuman nanya aja sih. Mungkin kamu selama ini sibuk sama karier, jadi gak ada waktu untuk punya hubungan sama laki-laki, bisa aja kan kaya gitu?” tutur Seruni.

Nesa hanya terdiam, mulutnya tidak tahu mau mejawab apa atas pertanyaan yang dilontarkan Seruni.

“Ah! Lupain aja, aku cuman asal bicara aja tadi,” ujar Seruni, menatap wajah Nesa sungkan.

Keheningan langsung tercipta di ruang tengah ini, hingga suara seseorang yang sedang menekan tombol angka agar kunci apartemen terbuka, mengalihkan perhatian mereka, bahkan pandangan mereka tertuju pada pintu, menunggu siapa gerangan yang akan masuk ke dalam.

“Hai!”

Perempuan yang baru saja membuka pintu langsung berlari untuk bergabung dengan mereka. Seperti biasa, keceriaan yang terpancar dari wajahnya sampai berhasil membuat suasana ruangan ini ikut ceria dan hangat.

Anadya Azalea, nama lengkap perempuan itu. Wajahnya cantik, punya sifat periang dan sangat baik. Nesa mengakui itu semua, namun terkadang perasaan iri muncul di hati Nesa. Keluarga Naya harmonis, kedua orang tuanya sangat menyayanginya, banyak yang menyukainya baik itu perempuan apalagi lelaki.

“Astaga! Apartemen kamu jauh banget Nes!” gerutu Nadya yang langsung duduk lesehan di karpet berbulu lalu mengambil minuman kaleng yang dipegang oleh Nesa lalu meneguknya hingga habis.

“Lagian kalian kenapa tiba-tiba datang ke sini sih?” tanya Nesa mengedarkan pandangannya menatap satu-persatu sahabatnya.

“Makannya baca chat grup, Nes,” jawab Naya.

“Mau apa emang?”

“Fitting baju.”

“Katanya nanti lusa, kenapa jadi sekarang?”

“Ssstt! … ayo buruan siap-siap! Atau mau pakai baju itu aja?” titah Risa.

Nesa menghembuskan napas berat.

Risa, sebentar lagi dia akan melangsungkan pernikahan. Tentu saja Nesa, Nadya, dan Seruni yang akan menjadi bridesmaid di pernikahannya, dan sesuai apa yang dikatakana oleh Risa, fitting baju yang katanya akan dilakukan lusa, ternyata menjadi hari ini. Risa benar-benar membuat rencana tidurnya di hari weekend terakhir minggu ini gagal total!

***

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status