Beranda / Romansa / Terjebak BossZone / CHAPTER 3: Calon?

Share

CHAPTER 3: Calon?

Penulis: Anaa
last update Terakhir Diperbarui: 2022-09-16 18:35:31

“Nes, kemana aja sih?”

Nesa berjalan memasuki unit apartemennya, matanya menatap dua orang perempuan yang sedang duduk di sofa, sebuah tayangan televisi yang menyiarkan berita gosip menjadi tontonan keduanya.

“Bagus ya pagi-pagi sudah menjarah di unit apartemen saya!” cibir Nesa karena melihat banyak sekali makanan dan minuam yang ada di meja, bahkan kedua perempuan itu sedang memegang cup mie instan. Semua makanan dan minuman itu tentu saja milik Nesa.

“Ibu sekretaris biasa aja kali, bicaranya formal banget,” sindir Risa.

Nesa hanya memutar bola matanya jengah, ia melempar tasnya ke sembarang arah, dan ikut duduk di samping Risa sambil mengambil kue sus yang ada di meja, lalu melahapnya.

“Kemana aja sih?” tanya Seruni mengulang pertanyaan yang belum Nesa jawab.

“Biasa habis ngurus bayi besar,” jawab Nesa memegang remot televisi sambil mengganti channel televisi.

“Bohong dia, semaleman habis sama Erwin,” celetuk Risa.

Mendengar celetukan Risa membuat Nesa kembali mengingat kejadian di resto, perasaan kesal kembali ia rasakan. “Dia naksir sama Nadya bukan sama aku,” ucapnya tanpa mengalihkan pandangan dari layar televisi.

“Masa sih? Erwin nanyain kamu sama aku, bukan nanyain Nadya.”

“Udahlah, lagian bukan tipeku juga dia.”

“Tipemu yang kaya gimana memang?” tanya Seruni, sembari meneguk minuman kaleng yang ada di atas meja.

“Seperti Lee Dong-wook, misalnya.”

Bugh!

Rasa melempar kepala Nesa dengan bantal sofa yang berada di belakang tempatnya duduk. “Halu terus!”

“Biarin!” Nesa menjulurkan lidahnya.

“Serius Nes, kamu mau cari calon yang kaya gimana?” tanya Risa, kali ini tatapannya benar-benar serius.

Nesa mengulum bibirnya, ia paling malas jika membahas tentang ini.

“Ibu kamu selalu nanyain sama aku, Seruni, bahkan Nadya. Oke kalau belum mau nikah tahun ini, minimal nanti waktu acara pernikahan aku, ataupun ke pernikahan Seruni kamu bawa gandengan lah,” lanjutnya.

“Siap!” Nesa mengacungkan dua jempolnya, lalu ia mengambil tas dan berdiri dari duduknya. “Udah ah aku ke kamar ya, mau tidur!” lanjutnya, baru saja ia akan berjalan, namun tangan Risa dengan cepat memegangnya. Nesa menatap Risa dengan tatapan bertanya.

“Kamu menginap di rumah bosmu itu? Semalaman tidak tidur karena ngelonin dia?” tanya Risa menatap wajah Nesa tengil.

“Astaga, Risa!” Nesa mencubit pinggang Risa, dan yang di cubit malah tertawa terbahak-bahak sambil mencoba menyingkirkan tangan Nesa yang masih mencubit pinggangnya.

“Kita tidur di sini semalam, niatnya mau nemenin kamu malam Mingguan, eh kamunya yang malah ngga ada di apartemen,” tutur Seruni.

Sudah biasa memang sahabat Nesa berdiam diri di apartemennya, bahkan sampai menginap. Nesa memang tidak tinggal dengan ibu dan adik lelakinya karena jarak tempat tinggalnya cukup jauh dengan tempat kerja Nesa. Itulah alasan kenapa Nesa memilih tinggal di apartemen, sebenarnya apartemen ini juga bukan milik Nesa, melainkan fasilitas yang diberikan oleh Edgar.

“Teman dekatnya Pak Edgar ngadain pesta buck’s night, aku harus jemput dia karena dia hangover, gak mungkin kan ngebiarin dia nyetir sendirian?” jelas Nesa.

Seruni dan Risa saling menatap satu sama lain, lalu menatap Nesa penuh selidik. Nesa menghembuskan napasnya. “Terserah deh mau percaya atau ngga,” rengek Nesa sambil memanyunkan bibirnya.

“Kamu naksir sama Pak Edgar?”

“Astaga Risa! Kenapa sih mulutmu itu!” kesal Nesa kembali mencubit pinggang sahabatnya, bukan hanya mencubit tapi sesekali juga Nesa menggelitiknya.

Risa tertawa sambil mencoba menyingkirkan tangan Nesa. “Ahaha … Nes, udah geli ih!”

“Aku sama Seruni juga mikir yang sama soal kamu sama bosmu itu,” lanjut Risa.

Nesa yang sudah kembali duduk di samping Risa langsung menatap Seruni dengan tatapan tidak terima. “Ni, aku gak gitu ya!”

Seruni terkekeh lalu berkata, “Kamu gak pernah pacaran, mantanmu juga cuman satu, itupun waktu kuliah. Kita mikirnya mungkin kamu suka sama bosmu, makannya gak pernah pacaran. Secara kan kamu jadi sekretarisnya udah hampir mau tujuh tahun.”

Kenapa kesendiriannya harus di sangkut pautkan dengan bosnya?

“Pemikiran kalian tuh terlalu jauh,” gerutu Nesa.

“Kamu juga suka ngehalu punya suami kaya Lee Dong-wook, itu juga halu kamu terlalu jauh,” celetuk Risa mendorong bahu Nesa pelan.

“Ganti topik!”

Nesa menyenggol bahu Nesa sambil terkekeh, “Beneran kamu suka sama bosmu?” Nada suaranya terdengar sangat menyebalkan di telinga Nesa.

“Aku cuman kerja sama dia, bahkan terlintas di benak aku buat suka sama dia pun enggak pernah. Aku sudah pernah cerita semua tentang dia kan, betapa sangat menyebalkannya dia, kalau disebutin satu-satu pun pasti bakalan ratusan, bahkan mungkin ribuan episode,” tutur Nesa dengan menggebu-gebu, entahlah membicarakan tentang bosnya membuatnya sangat kesal.

“Napas dulu, Nes,” titah Risa mengelus punggung Nesa pelan sambil terkekeh pelan.

Tangan kanan Nesa langsung menyambar minuman kaleng yang ada di meja, lalu meneguknya sampai setengah. Ia menarik napas dalam, lalu menghembuskannya dengan perlahan.

“Gak ada niatan mau resign, Nes?”

Pandangannya langsung beralih menatap Seruni yang menanyakan hal itu

“Aku cuman nanya aja sih. Mungkin kamu selama ini sibuk sama karier, jadi gak ada waktu untuk punya hubungan sama laki-laki, bisa aja kan kaya gitu?” tutur Seruni.

Nesa hanya terdiam, mulutnya tidak tahu mau mejawab apa atas pertanyaan yang dilontarkan Seruni.

“Ah! Lupain aja, aku cuman asal bicara aja tadi,” ujar Seruni, menatap wajah Nesa sungkan.

Keheningan langsung tercipta di ruang tengah ini, hingga suara seseorang yang sedang menekan tombol angka agar kunci apartemen terbuka, mengalihkan perhatian mereka, bahkan pandangan mereka tertuju pada pintu, menunggu siapa gerangan yang akan masuk ke dalam.

“Hai!”

Perempuan yang baru saja membuka pintu langsung berlari untuk bergabung dengan mereka. Seperti biasa, keceriaan yang terpancar dari wajahnya sampai berhasil membuat suasana ruangan ini ikut ceria dan hangat.

Anadya Azalea, nama lengkap perempuan itu. Wajahnya cantik, punya sifat periang dan sangat baik. Nesa mengakui itu semua, namun terkadang perasaan iri muncul di hati Nesa. Keluarga Naya harmonis, kedua orang tuanya sangat menyayanginya, banyak yang menyukainya baik itu perempuan apalagi lelaki.

“Astaga! Apartemen kamu jauh banget Nes!” gerutu Nadya yang langsung duduk lesehan di karpet berbulu lalu mengambil minuman kaleng yang dipegang oleh Nesa lalu meneguknya hingga habis.

“Lagian kalian kenapa tiba-tiba datang ke sini sih?” tanya Nesa mengedarkan pandangannya menatap satu-persatu sahabatnya.

“Makannya baca chat grup, Nes,” jawab Naya.

“Mau apa emang?”

“Fitting baju.”

“Katanya nanti lusa, kenapa jadi sekarang?”

“Ssstt! … ayo buruan siap-siap! Atau mau pakai baju itu aja?” titah Risa.

Nesa menghembuskan napas berat.

Risa, sebentar lagi dia akan melangsungkan pernikahan. Tentu saja Nesa, Nadya, dan Seruni yang akan menjadi bridesmaid di pernikahannya, dan sesuai apa yang dikatakana oleh Risa, fitting baju yang katanya akan dilakukan lusa, ternyata menjadi hari ini. Risa benar-benar membuat rencana tidurnya di hari weekend terakhir minggu ini gagal total!

***

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Komen (1)
goodnovel comment avatar
Nova Ugara
sabar y Ness....
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terbaru

  • Terjebak BossZone   Extra Chapter II (Kehidupan Bian)

    "Gue ngga perlu jelasin serinci mungkin, Nes. Suami lo jelas pasti tahu semuanya." Nesa menatap Edgar dengan kening mengernyit, seolah bertanya tentang kebenaran dari ucapan Bian. "Udah sih, gue ngga papa, ngga usah natap gue kasihan gitu!" katanya. Walaupun begitu tetap saja, ada perasaan aneh yang dirasakan oleh Nesa. Ini jelas berita besar—dan yang paling mengkhawatirkan adalah bagaimana perasaan Bian selama ini? Pasti lelaki itu sudah melalui banyak hari yang berat. "Sudah berapa bulan?" tanya Bian mempersilahkan Nesa untuk duduk. "Jalan enam bulan," jawab Nesa semangat, mencoba bersikap seperti biasanya. "Apa suami lo memperlakukan lo dengan baik?" Nesa mengangguk tanpa ragu. "Mas Edgar mencintai aku... sangat!" "Bagus! Kalau dia ngga memperlakukan lo dengan baik, mending sama gue aja." Nesa terkekeh pelan, menggeleng lalu memeluk perut Edgar yang sedari tadi masih berdiri di dekatnya. "Nanti Mas Edgar sendirian, kasian." Bian menatap Edgar dengan tatapan yang

  • Terjebak BossZone   Extra Chapter I (Ngidam & Bian)

    "Mas...." Edgar terlihat menghela napas, melepaskan perlahan tangan Nesa yang melingkar di lengannya. "Mas masih marah ya?" tanya Nesa memanyunkan bibirnya, kembali mencoba melingkarkan tangannya di lengan Edgar, walaupun suaminya itu kembali melepaskannya. "Iya maaf, ngga jadi Mas. Tadi aku cuman bercanda kok," lanjutnya. "Saya berangkat," katanya terkesan jutek walaupun sebelumnya mencium kening Nesa sebagai rutinitas wajib pagi mereka sebelum Edgar berangkat kerja. "Ah Mas Edgar...." Nesa kembali merengek, menghalang langkah suaminya. "Aku minta maaf, jangan marah." "Saya ada meeting Vanesa." "Tuh kan! Panggilan sayangnya mana?" Edgar kembali menghela napas pelan, menampilkan senyum yang sebenarnya tidak sampi hati itu. "Saya berangkat kerja ya, ada meeting pagi ini sayang," kata Edgar mengulang pernyataannya. Melingkarkan tangannya memeluk pinggang Edgar, Nesa mencium pipi kanan suaminya dengan lembut. "Aku beneran cuman bercanda tadi, jangan ngambek lagi yaa... dan semoga

  • Terjebak BossZone   Chapter 62: Private Beach (Ending)

    Nesa mengerjapkan matanya perlahan, bibirnya berdecak pelan ketika telinganya masih mendengar suara notifikasi alarm dengan volume yang bukan main kencangnya.Mencoba bangun dari tidurannya untuk mengambil ponsel, tetapi tubuhnya dipeluk erat oleh sang suami.Dengan perlahan ia mencoba melepaskan tangan Edgar yang melingkar di perutnya, setelah berhasil, ia bangun lalu berjalan mengitari ranjang untuk duduk di tepi kasur, mengambil ponsel Edgar yang masih mengeluarkan suara notifikasi alarm untuk mematikannya.Disya mengernyit ketika merasakan perbedaan dengan kamar yan ditempatinya, mendongak lalu kembali memperhatikan sekitaran kamar dengan cahaya remang."Sudah bangun, sayang?" tanya Edgar, kedua tangannya kembali memeluk perutnya erat.Nesa tersenyum kecil lalu mengusap lembut lengan Edgar yang melingkar di perutnya."Sudah, tumben banget pasang alarm pagi-pagi buta begini sih?""Biar ngga kesiangan.""Mau ke mana?""Lihat sunrise.""Huh?"Nesa ingat, semalam ia dan Edgar menghadi

  • Terjebak BossZone   Chapter 61: Sunrise Gagal

    Edgar menghentikan kegiatanya yang sedang berkutat dengan laptop, melirik Nesa yang sepertinya sangat fokus menatap handphone dengan kedua telinga yang disumpal earphone, keduanya duduk bersebelahan, tetapi sibuk dengan kegiatannya masing-masing. Cup! Edgar mencuri satu ciuman di pipi kanan Nesa, yang jelas hal itu dilakukan untuk mendapat perhatian dari si perempuan. "Sedang menonton apa, fokus sekali?" Nesa sedikit terperanjat kaget, langsung mematikan layar handphone, menatap suaminya dengan senyum canggung sambil melepaskan earphone yang masih terpasang di telinganya. "Ngga ada apa-apa kok—aku ngga nonton apa-apa, Mas." Edgar mengernyit, reaksi Nesa terlihat berlebihan padahal dia hanya bertanya. Ditatap sebegitunya oleh Edgar jelas membuat Nesa ciut, seolah ia tidak akan pernah bisa berbohong kepada lelaki itu. "A—aku menonton video Sandi bernyanyi, aku ngga sengaja nyari, Mas, beneran. Tiba-tiba dia muncul di beranda sosial mediaku." "Mana lihat." Nesa kembali menyalakan

  • Terjebak BossZone   Chapter 60: Hubungan Sandi & Nadya

    "Masih main?" Sandi kembali menyesap batang nikotin yang ada di sela jarinya, lalu menggeleng pelan menjawab pertanyaan Edgar. Edgar mencebikkan bibirnya tidak percaya ketika lelaki yang duduk di sampingnya menjawab tidak pada pertanyaan yang sebelumnya diajukan. "Nadya juga tidak buruk mendesah dibawah saya, dan yang paling penting saya tidak perlu repot-repot memakai pengaman ketika bercinta—wah rasanya berkali-kali lipat lebih nikmat ternyata!" "Saya pernah bilang kan, apa enaknya bercinta menggunakan karet?" Sandi menyunggingkan senyum miring, kembali mengepulkan asap rokoknya ke udara, mendongak menatap ke atas lalu menghela napas berat. "Kamu menyesal melakukannya?" Edgar bisa melihat wajah Sandi sebenarnya sedang tidak baik-baik saja. Jelas ada sesuatu yang membuatnya tidak nyaman. "Hanya tidak menyangka akan sampai di titik ini." "Nesa tidak tahu kamu lelaki seperti apa. Jika dia tahu kamu sering bercinta dengan banyak perempuan jelas ia tidak akan setuju kamu bersama

  • Terjebak BossZone   Chapter 59: Kunjungan Ibu

    Jam dua siang mereka benar-benar baru meninggalkan kamar, itupun karena rasa lapar menghantui mereka. Jangan ditanya mereka melakukannya lagi atau tidak setelah membaca lembaran diary milik Nesa—tentu saja iya—maklum keduanya masih dimabuk cinta, kata Edgar ini adalah bentuk balas dendam karena selama hampir dua bulan resmi menikah mereka belum melakukannya. Beruntung Nesa mau melayaninya walaupun sembari merengek menangis. “Ih iya Mas aku lupa hari ini jadwal pemberangkatan Nadya lho,” kata Nesa ketika ia sedang fokus membuka handphonenya. “Jam berapa?” tanya Edgar. “Jam lima. Untung jam lima, jadi masih ada waktu buat ke sana,” kata Nesa mematikan layar handphonenya lalu menatap Edgar. “Aku ijin ketemu sama Nadya dulu ya Mas sebelum berangkat, ada Seruni juga kok, boleh?” Edgar mengangguk. “Sama saya.” “Oke!” Nesa kembali menampilkan senyum manisnya menatap Edgar, kembali melingkarkan kedua lengannya di leher Edgar—keduanya sedang menuruni tangga sekarang, hendak me

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status