Share

31. Tiba-Tiba Saya Ragu

Ketika saya sudah pulang ke aparteman, handphone saya berdering lagi. Andara menelepon saya lagi. Saya deg-degan, khawatir dia mengubah jadwal makan malam kami.

“Kenapa, Dek?” tanya saya ditelepon.

“Cieee yang udah punya pacar? Dibeliin cincin pula! Siapa kak? Kok nggak dikenalin sama adek sih?”

Saya terkejut mendengar itu. Rupanya kabar cincin sudah sampai ke Andara. Ini pasti ulah kakak pertama yang memberitahu ibu, dan ibu memberitahu Andara. Saya menarik napas dan berpikir caranya untuk ngeles.

“Kata siapa?” tanya saya penasaran.

“Apa sih yang aku nggak tau. Jangan-jangan kakak ngajak aku makan malam karena mau ngenalin pacar kakak ya?”

“Nggak kok,” jawab saya salah tingkah.

“Yaudah, nanti pas makan malam kakak harus cerita. Awas kalo nggak. Adek shooting dulu, dadaaah!”

Andara langsung menyudahi pembicaraan kami di telepon itu. Saya terduduk lemah. Jantung saya mau copot sepertinya.<
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status