Home / Romansa / Terjebak Cinta Artis Tenar / 5. Dia menghubungi Saya

Share

5. Dia menghubungi Saya

Author: Hakayi
last update Last Updated: 2021-08-06 04:45:14

Akhirnya saya pelan-pelan bisa mengikutinya dan skenario yang saya tulis mulai jarang direvisi oleh headwriter yang mengepalai di team kami. Jujur, naskah pertama yang saya kirim ke headwriter dimaki habis-habisan karena saya dinilai merusak citra komedi Indonesia. Mengapa? Karena saya mengubah satu episode sitkom yang terkenal itu menjadi kisah sedih sepanjang masa. Andi sampai geleng-geleng melihat saya. Untunglah headwriter saya berbaik hati pada saya. Akhirnya saya diberi kesempatan karena dinilainya memiliki potensi. Seperti yang saya ceritakan di atas, akhirnya saya berhasil. Tentu itu menjadi kemenangan buat saya.

Jujur, saat itu bisa menjadi penulis skenario sudah membuat saya sangat bersyukur. Kesempatan ini tidak mudah didapatkan oleh penulis lain. Karena mendapatkan pekerjaan sebagai penulis scenario tidak seperti menulis novel yang bisa mengajukan naskah ke penerbit mana pun yang disuka atau bisa memuatnya di platform-platform novel online yang sudah meraja di Indonesia. Saat ini, menjadi penulis scenario di Indonesia harus membutuhkan channel. Jika diterima pun belum tentu akan langsung dijadikan penulis utama, biasanya akan dijadikan co writer atau anggota team penulis yang dikepalai oleh headwriter. Saya akan bisa bertahan di sana kalau saya mampu mengikuti standar penulisan skenario dari pihak PH. Jika tidak, pihak PH tak akan segan untuk mendepak saya dari team penulis dan mencari penulis lainnya yang lebih berbakat.

***

Hari yang panjang dan cukup melelahkan. Tepat pukul empat sore saya berhasil mengerjakan satu episode naskah sitkom. Di kostan sempit yang jendelanya menghadap ke sungai Ciliwung itu, saya yang masih duduk di depan leptop pun meregangkan sedikit otot-otot tubuh saya yang agak tegang setelah seharian menulis naskah.

Sebuah notif sms masuk dari m-banking. Saya tercengang melihat saldo saya bertambah. Uang yang masuk berjumlah dua puluh empat juta. Ini honor pertama yang saya tulis dari sebulan saya menjadi team penulis di sana. Jumlah yang sangat besar dari pendapatan saya selama ini. Jumlah honor segitu besarnya adalah untuk honor delapan episode yang sudah saya tulis. Di team kami ada empat orang penulis, yang kesemuanya akan diminta secara estafet menulis naskah. Setiap episodenya diberi honor tiga juta untuk satu episode naskah, itu untuk penulis yang baru bergabung, dan untuk penulis senior akan lebih besar lagi honor tiap episodenya, bisa mencapai empat juta sampai dengan lima juta.

Saya tanpa sadar menangis terharu. Ini untuk pertama kalinya saya mendapatkan uang yang cukup besar dari menulis, setelah tertatih, kadang makan dan kadang tidak. Seketika saya menelepon Andi, saya ingin mengajaknya makan di luar dan mentraktirnya sebagai ucapan terima kasih yang sudah menarik saya untuk bergabung di sana. Sebagai warga negara yang baik yang tahu membalas budi, bukan kah harusnya begitu yang saya lakukan kepada Andi?

"Nggak usah, Sob. Lo nikmatin aja hasil lo dan pertahankan terus kualitas tulisan elo," ucap Andi ditelepon dengan bijaknya.

“Yaudah kalo nggak mau,” ucap saya sedikit kecewa.

“Kecuali kalo elo mau beliin gue motor, gue baru mau.” Andi tertawa.

“Kalo gitu nggak jadi aja,” ucap saya langsung mematikan handphone saya.

Saat saya sudah berhasil mendapatkan honor yang lumayan dari menulis, seketika saya ingin menelepon ayah.  Namun niat itu urung karena itu adalah hal yang percuma. Ayah pasti akan tetap pada pendiriannya dan tak akan senang dengan pekerjaan saya saat ini meski honornya lumayan. Perang dunia ketiga pasti akan terjadi.

Saya pun langsung memeriksa lemari. Mungkin sudah waktunya untuk membeli pakaian baru. Semuanya sudah lusuh. Ya, apapun itu saya harus nikmati apa yang saya dapatkan saat ini. Bukan kah memberi hadiah pada diri sendiri itu perlu?

Sesaat kemudian handphone saya berdering. Saya periksa rupanya dari nomor baru. Saya pun bergegas menggunakan handphone saya dengan rasa penasaran siapa yang menelepon saya.

"Halo," sapa saya kepada penelpon yang belum saya ketahui namanya.

"Ini dengan kak Tarwan, ya?"

Suara seorang perempuan. Saya sangat penasaran ini siapa. Kenapa dia tahu nama saya.

"Iya. Kamu siapa?"

"Aku Andara, kak. Maaf banget soal semalem ya. Aku dapet nomor telepon kakak dari managerku. Kita bisa ketemuan nggak, kak?"

Kakak? Pikir saya. Mendadak jantung saya kembali berpacu saat mendengar nama itu. Dia membahas sewaktu saya menolongnya menyetiri mobilnya disaat dia mabuk malam itu.

"Iya, nggak apa-apa. Boleh kalo mau ketemuan," jawab saya dengan gugup.

Setelah itu Andara memberi tahukan tempat ketemuannya. Dia mengajak saya ke sebuah cafe di daerah Kemang. Saya pun langsung bergegas mandi dan mencari pakaian terbaik yang saya punya. Dan saya harus menunjukan yang terbaik kepada dirinya. Saya memang tidak tampan dan juga tidak jelek, tapi perlu diketahui, dibandingkan dengan kedua kakak lelaki saya, kata pembantu saya dulu, sayalah yang paling sedap dipandang diantara semua lelaki yang ada di rumah. Entah ini valid atau tidak, tapi begitulah kata pembantu saya dulu.

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (3)
goodnovel comment avatar
Ar_key
ya Allah terharu aku membacanya. ternyata perjuangan seorang penulis seperti itu..........
goodnovel comment avatar
Ar_key
ngos-ngosan bacanya. potong spasinya Bang
goodnovel comment avatar
Liazta
suka dengan alurnya. ...
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Terjebak Cinta Artis Tenar   40. Akhir Bahagia

    DUA TAHUN KEMUDIANHampir dua tahun lebih saya kuliah di di Inggris. Saya akhirnya pulang ke Jakarta setelah mendapat undangan pernikahan dari Andara dan Raka.Di sebuah gedung megah. Acara resepsi pernikahan itu sedang berlangsung. Tamu undangan dari kalangan artis banyak yang sudah datang. Andara dan Raka tengah bersanding mengenakan gaun pengantin dari perancang terkenal. Saya tahu itu karena saya selalu mengikuti berita-berita gosipnya di channel televisi Indonesia yang saya bisa saksikan melalui dunia internet.Saya datang ke pernikahan itu membawa keluarga saya ; ayah, ibu, dua kakak saya yang masih belum nikah-nikah juga dan adik bungsu kesayangan saya ; Shasa.Ayah mengajak saya untuk pergi ke pelaminan. Sementara saya masih menunggu seseorang. Seseorang yang diinginkan Andara agar saya membawanya ke acara resepsi pernikahannya itu."Ayok." Desak ayah.Aku masih melihat-lihat ke arah pintu utama gedung itu."Bentar, yah.

  • Terjebak Cinta Artis Tenar   39. Andara Siti Rohmah

    Setelah itu, saya mulai menjauhi Daren dan Jimmy. Saya tak mau dekat dengan mereka, karena bila dekat dengan mereka, itu artinya saya juga akan dekat dengan Andara Siti Rohmah. Saya ingin melupakan nama itu, saya tak mau mengingatnya lagi karena saya ingin melupakan gadis yang bernama sama dengannya di Jakarta yang kini sudah menjadi artis tenar itu.Jimmy dan Daren heran melihat saya menjauhi mereka. Mereka mengejar saya sesuasi jam kuliah.“Hey, Nico. Kamu kenapa menjauhi kita?” tanya Jimmy heran.“Maaf, saya lagi sibuk,” jawab saya berbohong.“Ayolah kawan! Andara menanyakan kamu terus, sepertinya dia suka sama kamu,” ucap Daren.Hah? Dia suka sama saya? Tanya saya dalam hati. Tidak, di hati saya saat itu hanya ada Andara adik angkat saya seorang. Pikir saya. Saya tidak mau mengenal dia, saya harus melupakan Andara.Saya pun pergi dari mereka. Dan saat saya pulang ke apartemen saya, handphone saya berbu

  • Terjebak Cinta Artis Tenar   38. Kuliah di Kampus Baru

    Pagi-pagi sekali saya terbangun. Hari ini adalah hari pertama kalinya saya akan kembali kuliah. Bibi Salsa sudah menyiapkan sarapan untuk saya. Pak Tono sudah bersiap untuk mengantarkan saya ke kampus. Ya, tugas Pak Tono sekarang adalah supir pribadi saya. Dia akan menjadi supir saya sampai saya selesai kuliah di sini. “Den ganteng sudah bangun?” sapa Bibi Salsa pada saya. Dia adalah perempuan asal Makassar berumur 45 tahun. Dia sudah lama tinggal di London, menjadi pembantu di sana, namun karena majikan lamanya meninggal dunia, dia terpaksa diberhentikan di tempat lamanya dan karena ayah sedang mencarikan pembantu untuk saya, pak Tono mengenalkannya pada ayah melalui telepon dan akhirnya sekarang dia bekerja di apartemen saya. Saya tersenyum padanya. &

  • Terjebak Cinta Artis Tenar   37. Bandar Udara Hetrow

    Saya tiba dengan bingung di Bandara tersibuk di Inggris itu. Saya celingak-celinguk di dekat koper-koper saya yang banyak sambil menunggu seseorang yang kata ayah dia akan membantu saya di kota asing itu. Sesaat kemudian, handphone saya berbunyi. Saya langsung mengangkatnya dengan lega. Itu pasti orang suruhan ayah. “Halo,” jawab saya. “Ini mas Niko ya?” tanya seseorang itu berlogat jawa. “Iya. Bapak yang disuruh ayah ngurus saya ya?” tanya saya. “Iya, mas. Ini saya udah di Hetrow. Mas di mana?” tanyanya dengan suara yang sepertinya kebingungan. Saya pun memberitahukan tem

  • Terjebak Cinta Artis Tenar   36. Bandara Soekarno Hatta

    SOEKARNO HATTA Saya berpelukan dengan Ayah, Ibu, Kedua kakak lelaki saya dan Shasa saat saya bersiap untuk boarding. Kami berada di depan pintu masuk untuk chek in. Ibu menatap wajah saya dengan sedih. "Makan yang banyak," pinta ibu padaku. Aku mengangguk. "Belajar yang serius," pinta Ayah. Aku pun mengangguk. "Hati-hati milih temen," pinta Kakak pertama. Aku juga mengangguk. "Awas kalo macem-macem," pinta Kakak kedua. "Kalo adek ulang tahun jangan sampe lupa ngucapin," pinta Shasa. Aku memangguk dengan mata berkaca-kaca. Kupeluk mereka satu persatu. "Jangan sampe lupa, nanti kalo udah di sana hubungin nomor yang Ayah kasih. Dia yang akan ngurus tempat tinggal kamu dan bantu kamu apapun di sana. Dia akan ayah gaji tiap bulan buat ngurus kamu," ucap Ayah mengingatkan. "Iya, Ayah." Saya melihat sekeliling, Andara tak muncul juga. Tak lama kemudian malah Raka y

  • Terjebak Cinta Artis Tenar   35. Selamat Tinggal Jakarta

    Raka masih angguk-angguk dengan sedih di hadapan saya. "Terakhir, jangan pernah berhenti mencintainya meski kamu sudah bosan dengannya. Itupun kalo kamu mau saya anggap sebagai adik angkat saya juga," ucap saya. "Saya janji, Kak. Saya janji akan jaga Andara sebaik-baiknya," ucap Raka dengan semangat. “Bagus,” ucap saya. “Udah sah kan, saya jadi adik angkat kakak?” tanya Raka memastikan. Saya menghela napas. “Iya.” Raka tampak senang. "Nanti kalau kalian sudah siap menikah, jangan lupa kabarin saya." "Siap, Kak!" Saya pun berdiri lalu pamit padanya. Raka menjabat tangan saya dengan sedih. Saya pun pergi dari sana menahan air mata yang sedari tadi mau tumpah.Mobil yang saya kendarai berputar-putar mengitari jalanan kota Jakarta. Saya menangis sendirian sambil menyetir. Saya pun tak sadar sudah melewati jalanan yang sama berkali-kali. Lalu saya memarkirkan mob

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status