Accueil / Romansa / Terjebak Cinta Artis Tenar / 4. Orang yang Paling Berjasa

Share

4. Orang yang Paling Berjasa

Auteur: Hakayi
last update Dernière mise à jour: 2021-08-06 04:42:33

"Kalo kamu sering bolos-bolosan kayak gini, mending berhenti aja kuliah! Jadi penulis sana!" teriak ayah kala itu."

Saat itu saya sedang duduk di ruang keluarga bersamanya, juga bersama ibu. Ibu tampak diam saja, seperti bingung mau membela atau ikut menyalahkan saya. Saat itu juga saya berdiri dan berjalan meninggalkan mereka.

"Jangan pulang sebelum kamu bisa membuktikan kalo kamu bisa sukses jadi penulis!" teriak ayah.

Saya tak melihatnya, terus saja berjalan meninggalkan mereka berdua. Lalu saya menghilang selama satu tahun lamanya. Gara-gara itu saya putus kuliah.

Ternyata ayah benar, menjadi penulis bukan hal yang gampang. Akan tetapi karena saya sudah berjanji untuk membuktikan pada ayah bahwa saya bisa sukses menjadi penulis, saya pun menerima nasib buruk itu dengan ikhlas.

Saya akhirnya bekerja serabutan dengan mengandalkan ijazah SMA yang saya punya lalu sambil menggeluti dunia sastra. Sambil bekerja, saya menulis cerpen dan novel. Tapi bulan demi bulan, saya tidak memiliki keberuntungan. Saya di PHK di tempat kerja. Saat itu saya tidak bekerja, menjadi penulis sukses pun belum.

Suatu hari, teman seperjuangan saya di dunia sastra yang lebih dulu merdeka dari nasib buruknya menghubungi saya. Namanya Andi, dia dulu novelis yang gagal, sama seperti saya,. Dia juga putus kuliah, namun saat itu dia sudah menjadi penulis skenario sinetron terkenal walau masih menjadi co writer.

"Tar,” ucap Andi saat menghubungi saya di telepon waktu itu, ”lo mau nggak ikut jadi team penulis skenario di PH tempat gue bekerja?"

Saya senang setengah mati mendapat tawaran itu darinya. Seperti bunga yang sudah layu karena tidak disiram-siram oleh pemiliknya, lalu mendadak mendapatkan air segar.

"Saya mau sob,” ucap saya girang, ”saya mau banget."

"Tapi bisa nggak lo ubah gaya bahasa lo yang kaku itu terlebih dahulu?"

Saya terkejut mendengar persyaratan itu darinya. Ya, memang beginilah saya. Saya sering menggunakan kata ; saya dalam kehidupan saya, tidak menggunakan kata ; aku atau gue - seperti layaknya kehidupan normal pada umumnya. Menurut saya itu unik. Bukan kah menjadi berbeda dari kebanyakan manusia adalah suatu keajaiban? Entahlah.

"Ya, nggak bisa, Sob. Saya kan emang dari dulunya ngomongnya kayak gini. Sama halnya ketika kamu nyuruh saya berhenti mengagumi Dian Satro, saya nggak akan bisa."

Dia tertawa terbahak-bahak di telepon.

"Becanda, Sob. Justru gue suka gaya elo. Yaudah deh, besok datang ke kantor gue," pintanya lalu langsung menyudahi obrolan kami ditelepon.

Mendadak saya bingung, bagaimana saya bisa datang ke kantornya kalau alamatnya saja saya tidak tahu? Akhirnya saya mengubungi Andi kembali via handphone. Beruntung Andi langsung mengangkatnya.

“Kenapa, Sob?” tanya Andi di seberang sana.

“Saya kan belum tahu alamat tempat kerja kamu?”

“Oh, belum gue certain ya?”

“Belum!”

“Yaudah, nanti gue kirim alamatnya via chat dah.”

Saya menghela napas lalu langsung menyimpan handphonenya ke saku celana. Saya mengenal Andi saat sama-sama mengikuti kursus penulisan skenario bersama penulis terkenal beberapa tahun yang lalu. Waktu itu Andi yang duluan mengajak saya kenalan. Dulu saya sering jual mahal bila ada siapapun yang mau mendekat ke saya. Saya menanggapinya biasa saja ; menyebutkan nama lalu bicara seperlunya. Ketika dia meminta nomor handphone, saya kasih nomor yang salah. Eh, rupanya saat kami kembali bertemu di kursus penulisan scenario bersama penulis scenario terkenal berikutnya, saya bertemu lagi dengannya. Andi mengeluh katanya nomor handphone saya susah dihubungi. Ya iyalah, saya ngasihnya nomor yang salah. Dia kembali mendekati saya. Akhirnya saya kasihan. Saya kasihlah dia nomor handphone saya yang benar. Setelah itu kami berteman dan menjadi akrab. Kesamaan pada kesukaan akan dunia sastralah yang membuat kami akrab hingga saat ini. Tapi kekurangannya adalah dia bukan tempat yang baik untuk curhat. Kenapa? Karena dia adalah salah satu umat manusia yang tidak dapat menjaga rahasia.

Sejak itu, saya bergabung menjadi team penulis skenario di PH tempat Andi bekerja.  Di sini pun saya tidak dapat menyebut nama PH-nya. Bukan bermaksud untuk sok-sokan misterius, tapi seperti yang sudah saya tekankan di atas kalau saya tidak mau ada masalah dikemudian hari. Karena saya sudah sering ikut kursus penulisan skenario di mana-mana, jadi saya sudah mengerti bagaimana menulis skenario yang baik dan benar. Setelah dites dan diuji akhirnya saya lolos juga di PH itu.

Saya pun diminta menulis skenario komedi yang sedang ditayangkan di sebuah stasiun televisi swasta. Awalnya sangat membebani saya. Saya yang biasa menulis drama kehidupan yang sedih-sedih, sekarang malah diminta untuk menulis skenario komedi situasi. Untung saja Andi baik hati, dia mengajari saya diam-diam dan memberi resep jitu ke saya bagaimana menulis komedi yang baik dan benar. Andi menjejali saya DVD serial friends dan menyuruh saya menontonnya sampai habis. Setelah saya selesai menonton semuanya dia menjejali saya lagi film-film komedi. Saya yang awalnya kurang berminat menonton komedi malah jadi tertarik.

Continuez à lire ce livre gratuitement
Scanner le code pour télécharger l'application
Commentaires (1)
goodnovel comment avatar
Ar_key
ini bukan kisah nyata kan?? baru baca dah mewek dulu ............
VOIR TOUS LES COMMENTAIRES

Latest chapter

  • Terjebak Cinta Artis Tenar   40. Akhir Bahagia

    DUA TAHUN KEMUDIANHampir dua tahun lebih saya kuliah di di Inggris. Saya akhirnya pulang ke Jakarta setelah mendapat undangan pernikahan dari Andara dan Raka.Di sebuah gedung megah. Acara resepsi pernikahan itu sedang berlangsung. Tamu undangan dari kalangan artis banyak yang sudah datang. Andara dan Raka tengah bersanding mengenakan gaun pengantin dari perancang terkenal. Saya tahu itu karena saya selalu mengikuti berita-berita gosipnya di channel televisi Indonesia yang saya bisa saksikan melalui dunia internet.Saya datang ke pernikahan itu membawa keluarga saya ; ayah, ibu, dua kakak saya yang masih belum nikah-nikah juga dan adik bungsu kesayangan saya ; Shasa.Ayah mengajak saya untuk pergi ke pelaminan. Sementara saya masih menunggu seseorang. Seseorang yang diinginkan Andara agar saya membawanya ke acara resepsi pernikahannya itu."Ayok." Desak ayah.Aku masih melihat-lihat ke arah pintu utama gedung itu."Bentar, yah.

  • Terjebak Cinta Artis Tenar   39. Andara Siti Rohmah

    Setelah itu, saya mulai menjauhi Daren dan Jimmy. Saya tak mau dekat dengan mereka, karena bila dekat dengan mereka, itu artinya saya juga akan dekat dengan Andara Siti Rohmah. Saya ingin melupakan nama itu, saya tak mau mengingatnya lagi karena saya ingin melupakan gadis yang bernama sama dengannya di Jakarta yang kini sudah menjadi artis tenar itu.Jimmy dan Daren heran melihat saya menjauhi mereka. Mereka mengejar saya sesuasi jam kuliah.“Hey, Nico. Kamu kenapa menjauhi kita?” tanya Jimmy heran.“Maaf, saya lagi sibuk,” jawab saya berbohong.“Ayolah kawan! Andara menanyakan kamu terus, sepertinya dia suka sama kamu,” ucap Daren.Hah? Dia suka sama saya? Tanya saya dalam hati. Tidak, di hati saya saat itu hanya ada Andara adik angkat saya seorang. Pikir saya. Saya tidak mau mengenal dia, saya harus melupakan Andara.Saya pun pergi dari mereka. Dan saat saya pulang ke apartemen saya, handphone saya berbu

  • Terjebak Cinta Artis Tenar   38. Kuliah di Kampus Baru

    Pagi-pagi sekali saya terbangun. Hari ini adalah hari pertama kalinya saya akan kembali kuliah. Bibi Salsa sudah menyiapkan sarapan untuk saya. Pak Tono sudah bersiap untuk mengantarkan saya ke kampus. Ya, tugas Pak Tono sekarang adalah supir pribadi saya. Dia akan menjadi supir saya sampai saya selesai kuliah di sini. “Den ganteng sudah bangun?” sapa Bibi Salsa pada saya. Dia adalah perempuan asal Makassar berumur 45 tahun. Dia sudah lama tinggal di London, menjadi pembantu di sana, namun karena majikan lamanya meninggal dunia, dia terpaksa diberhentikan di tempat lamanya dan karena ayah sedang mencarikan pembantu untuk saya, pak Tono mengenalkannya pada ayah melalui telepon dan akhirnya sekarang dia bekerja di apartemen saya. Saya tersenyum padanya. &

  • Terjebak Cinta Artis Tenar   37. Bandar Udara Hetrow

    Saya tiba dengan bingung di Bandara tersibuk di Inggris itu. Saya celingak-celinguk di dekat koper-koper saya yang banyak sambil menunggu seseorang yang kata ayah dia akan membantu saya di kota asing itu. Sesaat kemudian, handphone saya berbunyi. Saya langsung mengangkatnya dengan lega. Itu pasti orang suruhan ayah. “Halo,” jawab saya. “Ini mas Niko ya?” tanya seseorang itu berlogat jawa. “Iya. Bapak yang disuruh ayah ngurus saya ya?” tanya saya. “Iya, mas. Ini saya udah di Hetrow. Mas di mana?” tanyanya dengan suara yang sepertinya kebingungan. Saya pun memberitahukan tem

  • Terjebak Cinta Artis Tenar   36. Bandara Soekarno Hatta

    SOEKARNO HATTA Saya berpelukan dengan Ayah, Ibu, Kedua kakak lelaki saya dan Shasa saat saya bersiap untuk boarding. Kami berada di depan pintu masuk untuk chek in. Ibu menatap wajah saya dengan sedih. "Makan yang banyak," pinta ibu padaku. Aku mengangguk. "Belajar yang serius," pinta Ayah. Aku pun mengangguk. "Hati-hati milih temen," pinta Kakak pertama. Aku juga mengangguk. "Awas kalo macem-macem," pinta Kakak kedua. "Kalo adek ulang tahun jangan sampe lupa ngucapin," pinta Shasa. Aku memangguk dengan mata berkaca-kaca. Kupeluk mereka satu persatu. "Jangan sampe lupa, nanti kalo udah di sana hubungin nomor yang Ayah kasih. Dia yang akan ngurus tempat tinggal kamu dan bantu kamu apapun di sana. Dia akan ayah gaji tiap bulan buat ngurus kamu," ucap Ayah mengingatkan. "Iya, Ayah." Saya melihat sekeliling, Andara tak muncul juga. Tak lama kemudian malah Raka y

  • Terjebak Cinta Artis Tenar   35. Selamat Tinggal Jakarta

    Raka masih angguk-angguk dengan sedih di hadapan saya. "Terakhir, jangan pernah berhenti mencintainya meski kamu sudah bosan dengannya. Itupun kalo kamu mau saya anggap sebagai adik angkat saya juga," ucap saya. "Saya janji, Kak. Saya janji akan jaga Andara sebaik-baiknya," ucap Raka dengan semangat. “Bagus,” ucap saya. “Udah sah kan, saya jadi adik angkat kakak?” tanya Raka memastikan. Saya menghela napas. “Iya.” Raka tampak senang. "Nanti kalau kalian sudah siap menikah, jangan lupa kabarin saya." "Siap, Kak!" Saya pun berdiri lalu pamit padanya. Raka menjabat tangan saya dengan sedih. Saya pun pergi dari sana menahan air mata yang sedari tadi mau tumpah.Mobil yang saya kendarai berputar-putar mengitari jalanan kota Jakarta. Saya menangis sendirian sambil menyetir. Saya pun tak sadar sudah melewati jalanan yang sama berkali-kali. Lalu saya memarkirkan mob

Plus de chapitres
Découvrez et lisez de bons romans gratuitement
Accédez gratuitement à un grand nombre de bons romans sur GoodNovel. Téléchargez les livres que vous aimez et lisez où et quand vous voulez.
Lisez des livres gratuitement sur l'APP
Scanner le code pour lire sur l'application
DMCA.com Protection Status