Share

6. Makan Malam Bersamanya Lagi

Dan malam yang tenang itu. Saya menemui Andara yang sudah duduk cantik di meja makan. Dengan penuh percaya diri disertai gugup sepuluh persen. Akhirnya saya menghampiri dia.

"Andara?" sapa saya.

Andara  cukup lama memandangi saya. Dia berdiri lalu seperti shock melihat saya. Saya heran.

“Kenapa? Saya serem ya?” celetuk saya.

“Nggak kok,” kata Andara yang masih tampak tercengang, "kamu Kak Tarwan?"

Andara mengatakan itu seperti orang yang baru ketemu dengan orang yang sudah lama dia kenal. Sesaat kemudian saya lihat dia tampak senang dengan kehadiran saya. Di pikiran saya sudah berkecamuk. Ini pasti akan menjadi cerita indah. Cerita cinta antara seorang artis yang sedang naik daun dengan penulis sederhana. Mungkin seperti FTV yang sering diperankannya.

"Iya," jawab saya.

"Duduk kak," pintanya kemudian.

Aku pun duduk dengan salting. Beberapa pengunjung melihat ke arah Andara. Mungkin mereka tahu kalau Andara adalah artis pendatang baru yang namanya mulai di kenal setelah berperan di sitkom yang sedang saya tulis. Perlu diketahui, sitkom yang saya tulis ini cukup terkenal, menduduki rating 10 besar di Indonesia. Saya sengaja tidak menyebutkan judul sitkomnya karena saya tidak ingin ada masalah di kemudian harinya.

Saya dan Andara kemudian terdiam. Kami baru saja memilih menu makanan dan sedang menunggu menunya tiba di meja kami.

"Aku makasih lo kak, udah ditolongin semalam," ucap Andara tampak malu.

"Sama-sama," jawabku.

"Tapi aslinya aku nggak kayak gitu loh kak. Aku malu banget sebenernya."

"Nggak usah malu. Saya nggak akan cerita kok soal kejadian kemaren ke yang lain."

"Beneran ya, Kak. Soalnya tau sendiri kan gimana di dunia entertainment ini."

"Iya, saya ngerti. Dunia entertainment itu keras."

Andara tersenyum. Menu makanan kami tiba. Kami pun bercerita banyak hal tentang diri kami masing-masing. Saya hanya bercerita kalau saya seorang penulis saja. Saya tidak cerita siapa keluarga saya dan bagaimana drama hidup saya. Saya tidak mau cerita ini nantinya terjebak seperti di drama korea yang muncul kisah perebutan kekuasaan siapa yang menjabat direktur utama, tidak sama sekali. Dan perlu saya tekankan, di hadapan tidak akan ada cerita seperti itu.

Sementara Andara bercerita banyak hal pada saya. Katanya dia datang dari Bandung. Berawal casting menjadi model, lalu ditawari di sebuah film dan sekarang bertahan di serial televisi. Ayah ibunya sudah cerai semenjak dia masih bayi. Dia dirawat neneknya. Karena dari bayi neneknya yang mengurus, kini dia memanggil neneknya dengan panggilan mamah. Ayahnya tidak tau kemana. Sementara ibunya ada di Bandung, sudah menikah lagi dengan lelaki lain. Sungguh kisah yang sangat dramatis. Saya kira hanya saya saja yang memiliki kisah hidup yang sedramatis itu, ternyata tidak.

Makan malam pun selesai. Kami keluar dari café itu. Andara menawarkan diri untuk mengantar aku ke kostan. Aku menolaknya dengan halus. Akhirnya kami berpisah di sana. Andara pergi dengan mobilnya, sementara aku mencari taksi yang lewat. Sesaat kemudian ada pelayan perempuan yang datang menghampiri saya dengan buru-buru.

“Mas, maaf.”

Saya heran.

“Kenapa, Mbak?”

“Makanannya belum dibayar.”

Saya kaget luar biasa.

“Bukannya tadi udah dibayar sama temen saya?”

Pelayan perempuan itu bingung. Beberapa pengunjung yang baru datang melihat ke arahku sambil berbisik-bisik. Mungkin mereka menyangka saya melarikan diri membayar bill.

“Kalo gitu boleh ikut saya ke dalem sebentar buat diperiksa?”

Saya pun langsung mengikuti pelayan itu masuk ke kasir. Setelah diperiksa ternyata pelayan itu saya orang, yang dimaksud bukan saya melainkan penghuni meja sebelah. Saya pun lega.

Ya, semenjak itu Andara sering mengirim makanan ke kostan. Saya heran, apa maksudnya dia menjadi sangat baik kepada saya. Saya tanyakan prihal ini kepada Yongki, penghuni kost sebelah, teman satu penderitaan saya yang bekerja sebagai satpam di sebuah super market besar di Jakarta.

“Mungkin dia suka sama elo. Makanya dia baik sama elo,” ucap Yongki di suatu petang itu.

Saya masih belum bisa mempercayai pendapat Yongki dengan seksama. Sekelas Andara tak mungkin bisa menyukai pria sederhana seperti saya. Akhirnya saya biarkan pertanyaan ini bersemayam di otak saya tanpa ingin tahu jawabannya.

“Kok diem?” tanya Yongki heran melihat saya tidak menanggapi pertanyaannya.

“Kayaknya saya nggak perlu jawaban.”

Yongki menghela napas dengan kesal.

“Kalo gitu ngapain nanya?” ucap Yongki langsung bangkit dan meninggalkan saya. Dia langsung masuk ke dalam kostannya dan menutup pintu kostannya dengan kencang.

Dan beberapa hari kemudian, Andara kembali menelepon saya.

“Halo, Kak.”

“Halo,” jawab saya.

“Kakak lagi sibuk nggak?”

“Nggak.”

“Mau makan malem bareng aku nggak?”

Saya lagi-lagi heran dengan permintaan Andara yang menurut saya sudah berlebihan. Tanpa pikir panjang akhirnya saya jawab ; mau.

Komen (1)
goodnovel comment avatar
Ar_key
mauuu Andara .........
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status