Bab 7ASejak kejadian ayah Arka sakit perut, Swari belum menyambangi rumah besar itu. Meski bukan kesalahannya, tetapi Hangga sakit perut karena makan nasgor buatannya. Swari merasa sedikit bersalah karena tidak berhasil melarang Hangga makan. Dia jadi canggung untuk bertemu lagi dengan laki-laki dewasa yang tidak mau didekatinya saat ingin menolongnya.Hari ini seharusnya Swari mengajar untuk kedua kalinya. Namun, dia ada latihan di dojo Om Dimas bersama Satria.Dia menelpon Hangga dengan sedikit gugup.Hangga hanya menjawabnya singkat seperti biasa minim ekspresi pasti wajahnya pikir Swari.Beberapa menit kemudian Hangga memberi nomer telepon Arka supaya Swari menghubungi langsung Arka karena Hangga sedang di kantor."Halo, Arka. Maaf Mbak hari ini absen dulu ya mau latihan karate.""Oh, kalau gitu aku ikut aja bisa, nggak?""Ngapain ikut?""Mau belajar karate biar bisa menghajar Mbak Swari. Hahaha.""Awas kamu ya, dasar anak pintar. Tapi bagaimanapun gurunya lebih pintar, wek."Swa
Bab 7BSwari mulai memasang kuda-kuda, melakukan gerakan dasar dan seterusnya.'Orang ini sudah level atas pastinya, jurusnya sudah tidak jauh dengan Om Dimas meski kelihatan sedikit kaku,' batin Swari.Sampai pada Hangga yang melumpuhkan pertahanan Swari dan menjatuhkannya ke matras membuat jarak pandangnya semakin dekat. Swari menatap lekat manik mata Hangga yang menusuk jantungnya.Pun demikian Hangga yang merasakan debaran jantungnya kian meningkat segara membuang pandangannya ke samping."Lain kali kalau berlatih jangan melamun," bisiknya di telinga Swari membuat perempuan di depannya tersipu malu. Sedetik kemudian ia kesal juga akibat terpesona jadi kalah tanding.Hangga segera berdiri dan mengulurkan tangan ke Swari supaya bangun. Namun, Swari tidak menggubrisnya dan justru beranjak mendekati tempat Satria beristirahat. Hangga hanya menggelengkan kepalanya lalu mendekati Dimas."Hebat Ngga, lama nggak latihan bisa ngalahin cewek tomboy itu," tawa Dimas pecah melihat wajah Hangg
Bab 8A Pacar atau Ibu Tiri?Sudah dua minggu Swari mengajar Arka, pertemuan pertama anak itu mengerjainya jadi koki dadakan.Pertemuan kedua Arka menantangnya main badminton, berujung Swari yang menang dan Arka harus mau mengerjakan tugasnya.Pertemuan ketiga dan keempat sepertinya Arka kehabisan ide untuk mengerjainya. Dia mendadak tidak protes untuk mengerjakan latihan soal matematika yang diberikan Swari.Hari ini merupakan pertemuan kelima karena Swari hanya mengajar dua kali seminggu."Mbak, ayo kita main dulu sebelum ngerjain soal," pinta Arka.Swari mulai curiga dengan mimik Arka yang berseringai, pasti anak ini sudah menyiapkan perangkap untuknya."Main apa?""ToD,"Swari tergelak mendengar permainan itu, pasalnya dia selalu jadi korban saat sedang diajak bermain bersama teman-teman kuliahnya.Dia bimbang antara menolak nanti kelihatan nggak mampu tapi kalau menerima pasti seringnya dia kalah."Ayo, Mbak Swari takut kalah ya?" ledek Arka membuat adrenalin Swari terpacu."Eits,
Bab 8B Pacar atau Ibu Tiri"Oh, jadi Mas Satria pacar Mbak ya?""Tidak-tidak Satria bukan pacar mbak juga. Kalau sudah ketemu orang yang cocok, mbak mending langsung nikah aja.""Sudah-sudah Arka jangan digodain gurumu nanti kabur lagi ayah yang susah. Oya, besok tiga hari ke depan ayah ada acara menginap di hotel. Ini ayah mau siap-siap dulu, nanti malam kamu nggak apa-apa sendiri ya ditemani Pak Agung dan Bi Marni?"Eyang katanya mau ke sini kok nanti, biar sekalian nemenin kamu. Sekarang eyang baru dalam perjalanan."Siap yah," Arka berbinar mengetahui neneknya mau mengunjunginya.Kentara sekali kasih sayang yang diberikan pada Arka.Hangga meninggalkan keduanya setelah sekilas melihat rona wajah Swari yang masih memerah. Tanpa sadar dia tersenyum dalam hati melihat tingkah guru les Arka."Isshh, ngapain cerita ke ayahmu Ar, mbak jadi malu tau nggak.""Ciieee, yang mulai tergoda dengan ayahku."Swari sudah memukul lengan Arka dengan penggaris di depannya.Aww "Sakit mbak,""Syukur
Bab 9A Masa LaluHangga mengamati sosok perempuan yang sedang berkutat di dapur. Lamunannya terbang ke masa 17 tahun yang lalu.Swari yang merasa ada seseorang sedang mengawasinya segera membalik badannya.Brakk, alat masak yang dipegangnya jatuh terurai."Om Hangga,'"Rahma."Keduanya mematung dalam pikiran masing-masing.Hangga mengerjapkan berkali-kali matanya, merasa apakah dia sedang berhalusinasi mendapati kembali bayangan istrinya yang sedang memasak di dapur.Dia melangkah mendekat, sementara Swari yang merasa Hangga menyebut nama lain saat melihatnya langsung memilih melangkah mundur hingga punggungnya membentur tembok sisi kanan dapur.Tatapan Hangga mengunci manik mata lawannya menyiratkan kerinduan membuat Swari bergidik ngeri, dia takut sesuatu yang tidak diinginkan terjadi."Om, om sadar," celetuk Swari sambil melambaikan tangan di depan wajah Hangga.Saat Hangga tersadar, raut wajah yang berbinar berubah menyiratkan amarah."Apa-apan ini Swari, kenapa kamu bisa ada di s
Bab 9B Masa Lalu'Apakah aku sudah kasar padanya? Bagaimana bisa aku melihat bayangan Rahma ada pada Swari?'Hangga menjambak rambutnya karena frustasi. Dia berjalan menuju ranjang dan menghempaskan badannya.Tok tok"Hangga, boleh ibu masuk?" suara Bu Sari meminta ijin masuk kamar Hangga namun tak dijawab oleh laki-laki yang sedang terhempas ke masa lalu dan berat kembali ke dunia nyata."Maafkan ibu, Ngga. Ibu yang meminjamkan baju Rahma untuk Swari. Dia tidak membawa baju ganti, sementara Arka memaksanya tinggal dan menginap. Arka semalam minta ditemani Swari belajar sekaligus nonton pertandingan badminton sampai larut. Ibu hanya mendengar dari kamar, tapi ibu sudah pesan untuk mereka saling menjaga diri.""Hmm,""Arka mengaku pada ibu kalau Swari sudah dianggapnya seperti kakak, tapi yang ibu lihat interaksi mereka justru seperti ibu dan anak. Swari bisa bersikap sabar dan lebih dewasa menghadapi Arka yang terkesan manja di depannya.""Benarkah, Bu? Aku shock tadi melihat wajah R
Bab 10A MaafTCCD 10Pagi ini Swari berangkat ke kampus tanpa membawa sendiri motornya. Sejak berseteru dengan ayah dari muridnya, dia menjadi ogah-ogahan membawa motor.Swari memilih naik ojek online atau minta dijemput Satria. Menurutnya ini bisa menjadi alasan untuknya tidak bisa mengajar ke rumah Arka.Sudah dua pertemuan Swari memilih mengajar Arka di taman kampus yang ada gasebonya.Selain suasananya memadai untuk belajar, sejatinya Swari mau menghindari Hangga.Dia enggan bertemu dengan ayah muridnya yang pernah mengiranya sebagai almarhum istrinya lalu setelah sadar justru membentaknya. Sebenarnya salah Swari sendiri yang sudah memendam perasaannya terhadap ayah Arka. Satu jam berlalu Swari sudah selesai bimbingan tentang tugas akhirnya yang sudah separo jalan. Meskipun masalah keluarganya datang setiap saat, dia tak mau mengabaikan kuliahnya.Swari tetap bertekad lulus tepat waktu dan membanggakan ayah ibunya. Walaupun ayahnya tetap kurang suka hal yang dilakukannya sepert
Bbab 10B Maaf"Ya, barangkali mau diajak adu karate atau malah adu mulut. Haha."Dengan santainya Arka berpendapat sekaligus meledek Swari.Arka hari ini serius belajar karena sebentar lagi ujian akhir untuk kelulusan. Dia ingin menyiapkan diri untuk masuk perguruan tinggi.Swari yakin Arka bisa masuk universitas ternama jika bersungguh-sungguh karena muridnya itu sebenarnya cerdas.Satu jam berlangsung, Arka serius mengerjakan soal latihan, sementara Swari memeriksa jawaban yang sudah selesai.Tin tinTerdengar suara klakson mobil membuat Pak Agung membukakan pagar dengan lebar.Jantung Swari berpacu kembali mengetahui Hangga pulang sebelum waktunya.Profesinya menjadi CEO memaksanya sering pulang terlambat karena ada meeting atau makan di luar dengan kolega."Terima kasih Swari sudah mau mengajar Arka lagi.""Oh, itu Om aku memang tidak libur mengajar kok.""Maksudku mengajar ke rumah ini.""Ayah tumben pulang cepat?""Ckckck, kamu gimana sih Ar. Kalau ayah pulang malam kamu protes.