Bab 10A MaafTCCD 10Pagi ini Swari berangkat ke kampus tanpa membawa sendiri motornya. Sejak berseteru dengan ayah dari muridnya, dia menjadi ogah-ogahan membawa motor.Swari memilih naik ojek online atau minta dijemput Satria. Menurutnya ini bisa menjadi alasan untuknya tidak bisa mengajar ke rumah Arka.Sudah dua pertemuan Swari memilih mengajar Arka di taman kampus yang ada gasebonya.Selain suasananya memadai untuk belajar, sejatinya Swari mau menghindari Hangga.Dia enggan bertemu dengan ayah muridnya yang pernah mengiranya sebagai almarhum istrinya lalu setelah sadar justru membentaknya. Sebenarnya salah Swari sendiri yang sudah memendam perasaannya terhadap ayah Arka. Satu jam berlalu Swari sudah selesai bimbingan tentang tugas akhirnya yang sudah separo jalan. Meskipun masalah keluarganya datang setiap saat, dia tak mau mengabaikan kuliahnya.Swari tetap bertekad lulus tepat waktu dan membanggakan ayah ibunya. Walaupun ayahnya tetap kurang suka hal yang dilakukannya sepert
Bbab 10B Maaf"Ya, barangkali mau diajak adu karate atau malah adu mulut. Haha."Dengan santainya Arka berpendapat sekaligus meledek Swari.Arka hari ini serius belajar karena sebentar lagi ujian akhir untuk kelulusan. Dia ingin menyiapkan diri untuk masuk perguruan tinggi.Swari yakin Arka bisa masuk universitas ternama jika bersungguh-sungguh karena muridnya itu sebenarnya cerdas.Satu jam berlangsung, Arka serius mengerjakan soal latihan, sementara Swari memeriksa jawaban yang sudah selesai.Tin tinTerdengar suara klakson mobil membuat Pak Agung membukakan pagar dengan lebar.Jantung Swari berpacu kembali mengetahui Hangga pulang sebelum waktunya.Profesinya menjadi CEO memaksanya sering pulang terlambat karena ada meeting atau makan di luar dengan kolega."Terima kasih Swari sudah mau mengajar Arka lagi.""Oh, itu Om aku memang tidak libur mengajar kok.""Maksudku mengajar ke rumah ini.""Ayah tumben pulang cepat?""Ckckck, kamu gimana sih Ar. Kalau ayah pulang malam kamu protes.
Bab 11 ATCCD 11"Tunggu, Ri!"Jantung Swari makin berdebar, dia masih posisi berdiri membelakangi Hangga. "Aku mau minta maaf. Waktu itu aku tak sengaja membentakmu. Aku tidak bisa berpikir jernih melihat dua orang dalam waktu bersamaan."Swari membalik badannya lalu duduk di sofa tepat di depan Hangga yang berbaring di sofa panjang.Hangga berusaha bangun sambil memijit pelipisnya."Om berbaring saja kalau pusing!""Aku tidak mungkin melewatkan jahe spesial ini," ucapnya sambil menyeruput secangkir jahe.Hati siapa yang tidak meleleh disanjung laki-laki tampan dan dewasa seperti Hangga.Swari berusaha bersikap biasa, namun rasa canggung menguasainya. Dia merasa tidak nyaman hanya berduaan dengan ayah muridnya."Sekali lagi trimakasih ya Swari. Sepertinya saran eyangnya Arka perlu aku turuti," ucap Hangga serius membuat Swari mengerutkan keningnya."Kamu boleh melakukan tugasmu menemani belajar Arka. Jika anak itu bermanja-manja sama kamu, tolong abaikan saja. Mungkin dia sekarang l
Bab 11BSepanjang perjalanan, hening terasa. Swari yang biasanya ceria dan banyak omong pun tiba-tiba tak punya hasrat berbicara.Hangga yang mengendarai mobil sesekali melirik penumpang yang duduk di sampingnya.Swari yang tak kunjung berbicara membuat Hangga memutar kemudi mobilnya sesuai tujuan yang diinginkannya. "Tunggu, Om. Memangnya kita mau kemana?"tanya Swari sembari menatap Hangga yang sedang menyetir mobilnya dengan kecepatan sedang."Tapi ini bukan jalan menuju kosku Om," seru Swari yang mulai khawatir melihat mobil mengarah naik ke wilayah Yogya bagian tenggara."Memangnya dari tadi kamu bilang mau kemana? Dari pada bingung, ya suka-suka sopir kan."Jawaban Hangga sontak membuat Swari sedikit kesal. Dia merasa dikerjai yang kedua kalinya.Tidak sampai satu jam mereka sampai di tempat ketinggian wilayah Yogya yang disebut dengan bukit bintang.Sebenarnya mereka bisa saja ke tempat yang lebih elegan di heha sky view, tetapi Hangga belum yakin Swari mau diajak ke sana. Kare
Bab 12"Apa kamu bersedia menjadi sosok ibu bagi Arka?""Haah," Swari tercekat mendengar ucapan Hangga.Swari hanya bergeming, lalu memutar duduknya membelakangi Hangga. Mereka memilih duduk di lesehan, ia menatap kerlipan lampu kota Yogya bak bintang di langit. Suasana sekitar yang ramai pengunjung bisa sedikit mengalihkan perhatian Hangga padanya yang sudah didera rasa gugup tak menentu. Pengunjung di bukit bintang mayoritas anak muda.Swari tak mampu menolak pesona Hangga. Namun dia juga memikirkan keluarganya. Apa kata orang tuanya kalau dia menjalin hubungan dengan laki-laki yang usianya jauh dibanding dirinya terutama ayahnya bisa murka.Ibunya sendiri karena keturunan putri Solo pastinya juga memiliki kriteria sendiri untuk calon suaminya kelak.Swari memijit pelipisnya, rasanya pusing memikirkan hidupnya yang makin rumit.Tak ingin berlama-lama mendiamkan seseorang yang menanti jawaban dengan harap-harap cemas, Swari menghela nafasnya dan mencoba bersuara."Apa yang kamu suka
Bab 13Di sebuah gasebo, Satria sudah menunggu kedatangan Swari yang punya janji ketemu jam 10. Satria sudah datang lebih dulu karena selesai lebih awal bimbingannya dengan dosen. Masih 15 menit menuju jam 10, dia melewati waktu menunggu dengan browsing materi di internet.Dari kejauhan tampak mahasiswi berjalan mendekatinya."Mas Satria sedang apa?" sapanya dengan lembut namun tingkahnya mencurigakan bagi Satria.Hana biasanya gadis agresif yang mengejar-ngejar dirinya."Lagi duduk aja, kamu nggak lihat atau gimana?" ucapnya ketus membuat Hana hanya ber oh ria."Tumben kalem, ada udang di balik batu pasti nih?" tanya Satria heran."Boleh tolongin aku nggak kak?" "Apa? Boleh aja asal nggak aneh-aneh."Hana mendekat membisikkan niatnya pada Satria. Sementara Satria kaget terperanjat dengan permintaan adik tingkatnya itu. Hana mengharapkan pertolongan Satria dan berjanji melakukan apa yang dimintanya."Kamu serius ingin aku berakting di depan cowok itu?" ucap Satria sambil menunjuk se
Bab 14Di ruangan CEO perusahaan tekstil, Raditya Hangga memberitahu sekretarisnya Kartika melalui interkom untuk menyiapkan acara syukuran pembukaan cabang di wilayah Surakarta.Acara diselenggarakan di rumahnya dengan mengundang para kepala divisi dan karyawan non produksi. Untuk acara seluruh karyawan diagendakan lain waktu bersamaan dengan family gathering.Hangga memanggil Kartika ke ruangnya untuk diajak diskusi persiapan acara syukuran minggu depan."Tika, tolong kamu handle acaranya ya!""Baik, Pak. Ini beneran mau dilaksanakan di rumah Pak Hangga?" tanya Kartika serius, tidak biasanya bosnya mengadakan acara di rumah."Iya, masih muat kok halaman rumah saya," canda Hangga membuat sekretarisnya mengulum senyum.Hangga sengaja mengadakan syukuran di rumah sekalian ingin mengenalkan Swari pada karyawannya. Tok.tok.Hangga dan sekretarisnya menoleh ke arah pintu menampakkan sosok cantik yang biasa menyambangi waktu makan siang Hangga. Dia tak lain adalah Dena. Kedatangannya tida
Bab 15A"Om Hangga..."Hangga yang terdiam justru mengeratkan pelukannya."Om..."Swari mengibas-ngibaskan tangannya di depan wajah Hangga yang tak berkedip.Ternyata Hangga terpaku dibuatnya sampai lamunannya melanglang buana."Om melamun?"'Astaga, kenapa pikiranku buruk sekali. Astaghfirullah, kalau begini caranya aku harus segera menghalalkanmu saja, Ri,' guman Hangga yang langsung memalingkan wajahnya. "Ayo, segera keluar dari sini sebelum ada yang ketiga!""Isshh, sudah tahu bahaya mengintai malah nungguin aku di kamar. Dasar laki-laki dewasa pikirannya pasti m*s*m," ucap Swari lirih namun masih di dengar Hangga."Apa kamu bilang?""Ah, tidak-tidak. Bukan apa-apa, Om."Hangga, Arka dan Swari sudah berada di ruang keluarga. Mereka bersantai ditemani jahe hangat dan pisang goreng yang dihidangkan Bi Marni.Hangga menceritakan rencananya mengadakan syukuran pembukaan cabang di Surakarta. Swari kaget tak menyangka kalau dirinya juga akan diundang ke acara itu, bahkan Hangga ingin