Share

Part 3 Harapan Ayu

Setelah menyelesaikan semua tugas yang biasa Ayu lakukan sebagai anak rumah tangga. Ayu melangkahkan kakinya masuk ke dalam kamarnya. Di dalam kamar Ayu terdapat kasur ukuran kecil dan lemari plastik yang hampir roboh. Tidak ada AC atau kipas angin yang dapat mendinginkan suhu kamar Ayu. Melainkan, Ayu yang merasa kepanasan, ia langsung membuka jendela kamar agar udara segar masuk ke dalam kamar.

Entah bagaimana pola pikir papa kandung Ayu, yang selalu membencinya tanpa sebab. Dulu, Dimetri memberikan semua fasilitas mewah pada Ayu. Namun, semenjak Dimetri menikahi janda anak satu, Ayu tidak mendapatkan rasa ketenangan di rumahnya. Semua fasilitas yang ia miliki, lenyap begitu saja dan tersisa hanyalah Ayu menerima penderitaan siksaan oleh Ibu tiri dan saudari tirinya. Ibu tirinya dengan seenak jidatnya menyuruh Ayu melakukan semua pekerjaan rumah, tanpa memberikan istirahat dan Ayu tidak dapat melawan keinginan ibu tirinya. Begitupun, papa kandungnya hanya cuek bebek saja saat melihat istrinya menyiksa anak kandungnya. Dimetri sengaja tidak membela anak kandungnya, ia sangat membenci Ayu, anak kandungnya.

Ayu menatap sekeliling kamarnya yang disebut sebagai ruangr  Di rumahnya, hanya memiliki 6 kamar, ada 2 kamar di lantai 1 yang dimana kamar utamanya dihuni oleh kedua orang tuanya dan kakak tirinya, ada 2 kamar berada di lantai dasar yang satu kamar sebagai ruang kerja ayahnya dan kamar satunya sebagai kamar tamu. Ada 2 kamar di lantai dasar yang dihuni oleh 4 maid.

Ayu, disuruh menempatkan ruang Gudang yang menjadi kamarnya yang sekarang. Dulu, kamar Nada merupakan kamar Ayu  tetapi Nada menginginkan kamar Ayu dan papa nya lebih membela kakak tirinya dibandingkan Ayu yang merupakan anak kandungnya. Bahkan, Ayu sering disebut oleh papanya sebagai anak pembawa sial.

“Mama, pasti sangat bersedih melihat aku diperlakukan tidak adil seperti ini.” gumam Ayu mengeluarkan buliran kristal yang membasahi wajah cantiknya.

"Mama, pasti tidak akan percaya dengan sikap Papa yang kejam memperlakukanku, hiks..."  Ayu menghapus buliran kristal yang membasahi wajah cantiknya. "Kapan papa akan berubah untuk bersikap baik padaku?" lanjut Ayu.

"Mama, maafin Ayu karena Ayu terlahir di dunia ini mama pergu ninggalin papa untuk selama-lamanya. Kalau bisa waktu bisa diputar kembali, biarkan Ayu yang meninggal dan Mama sama papa bisa hidup bahagia di dunia, Hiks... Hiks..." Ayu menghela nafas panjang. "Aku lelah diperlakukan seperti ini, ma. Biarkan aku istirahat dan menyusul bersamamu, hiks..."

Ayu menyentuh foto Mama kandungnya di genggamnya. "Tapi, kalau aku melakukan bunuh diri, Mama pasti marah padaku." 

"Maafkanlah semua perbuatan salah Papa ya ma, Ayu baik-baik saja kok hidup bersama Papa di rumah."

Hari ini yang dilakukan Ayu hanya menangis dan berbicarae sendiri di dalam kamarnya. Ayu memeluk foto mama kandungnya untuk meluapkan semua rasa sakit hatinya.

Walaupun, Ayu tidak menerima jawaban tetapi hatinya terasa lega karena ia dapat mencurahkan isi hatinya.

“Ayu! Dimana kamu! Cepat kemari!" teriak seorang pria dengan suara beratnya membuat Ayu tersentak kaget dari duduknya.

Dengan cekatan, Ayu menghapus sisa buliran kristal di wajah cantiknya. Ayu bangkit dari duduknya dan ia langsung merapikan hijabnya yang berantakan. Setelah dirasa semuanya rapi, ia melangkahkan kaki berjalan keluar dari kamarnya untuk menuju asal suara yang dikenalnya.

Laki-laki itu terlihat senang melihat putri kandungnya yang berdiri di hadapannya dengan pandangan tak dapat diartikan.

“Bersiap-siaplah besok, gunakan pakaian baju yang dikirimkan oleh sekretaris Jimmy padamu." jelas Dimetri singkat.

“Aku mau kemana, pa?” tanya Ayu dengan menatap Ayahnya dengan pandangan penuh tanda tanya.

“Kamu sebagai jaminan hutangku pada Tuan Muda Kenzo maka kamu harus mematuhi semua perintahku!" bentak Dimetri.

Ayu menundukkan kepalanya untuk menahan buliran kristal yang hampir lolos membasahi wajahnya. Ayu selalu menerima bentakan dan kata kasar yang keluar dari mulut Ayahnya. Namun,entah kenapa ia masih mengeluarkan buliran kristal saat dibentak oleh Dimetri.

“Iy-yaa,” ucap Ayu terbata-bata. Benar dugaan Ayu, ternyata dirinya akan bersangkut paut dengan seorang tuan muda Kenzo bersama Papanya yang tengah berada di kafe tempat ia selama ini bekerja.

Tiba-tiba, mereka mendengar suara yang sangat familiar dari arah pintu rumah. Dimetri dan Ayu menatap ke arah sumber suara itu dan mendapati sosok Miyana dan Nada yang sedang berjalan masuk menuju ruang tamu dengan membawa banyak tas khas belanja di tangannya.

"Papa sudah pulang," ucap Nada tersenyum sembari mengulurkan tangannya untuk mencium punggung tangan ayahnya dan memeluknya.

Ayu yang melihat pemandangan manis yang di hadapannya hanya tersenyum paksa. Rasanya, Ayu ingin diperlakukan manis seperti itu, tapi, seumur hidupnya, Ayu tidak bisa memeluk papanya. Dimetri tidak Sudi memeluk Ayu, bahkan untuk mengajaknya mengobrol dan tersenyum hangat tidak pernah Ayu terima dari Papa kandungnya.

Selama ini, Ayu hanya mendapatkan tatapan tajam bak elang dan nada bentakan yang setiap kali Dimetri ucapkan kepadanya.

Terkadang, Ayu merasa iri dengki dengan kakak tirinya yang mendapatkan kasih sayang dari ayahnya sedangkan dirinya sebagai anak kandung dari ayahnya tidak pernah di perlakukan semanis itu.

“Sayang, kamu beli apa?” tanya Dimetri di hadapan Miyana.

“Oh, aku beli ponsel branded pengeluaran terbaru yang aku mau.” jawab Nada dengan wajah cerianya dengan mengangkat ponsel yang baru dibelinya.

“Iya Papa, aku yang mengajak Nada belanja, kasian sekali dia punya ponsel lamanya udah jadul dan ketinggalan jaman.” lanjut Miyana dengan menampilkan senyuman manisnya di wajahnya.

“Ya sudah, kamu bersih-bersih sana. Pasti capek kan?” tanya Dimetri.

“Oke Papa, aku ke kamar dulu. Love you mama sama Papa,” ucap Nada berjalan melewati Ayu yang berdiri tidak jauh dari tempat mereka. Nada sempat melirik dengan memberikan senyuman penuh kemenangan di hadapan Ayu.

Ayu yang melihat itu hanya bisa diam, ia berusaha menerima kenyataan pahit yang di hadapinya. Jika dirinya membela diri, ia pun tidak menang melainkan mendapatkan perlakukan kasar dari kedua orang tuanya.

“Hey kamu! Sudah selesai belum beresin tugas yang saya berikan tadi? tanya Miyana.

“Sudah Ma,” ucap Ayu pelan.

“Bagus! Kau bisa pergi dari hadapanku, sekarang juga. Bisa sakit mataku lama-lama lihat kamu.” Imbuh Miyana.

Ayu menatap kedua orang yang berdiri di hadapannya, ia kecewa dengan Papanya yang tidak membelanya. Ia mempercepat langkah kakinya menuju kamarnya, Setelah sampai di kamarnya, ia menutup pintu kamarnya dan menguncinya dari dalam kamar. Ayu menjatuhkan diri di belakang pintu dan ia menangis sejadi-jadinya.

"Sakit, Hiks… Hiks,"

"Mama,  Aku anak tak diinginkan! Hiks… Hiks," kata Ayu dalam hati.

Drt… Drt,

Ayu menoleh ke arah sumber suara ponselnya dan ia menghapus buliran kristal di wajahnya. Ia bangun dari duduknya dan melangkahkan kaki menuju ponselnya dan ia melihat siapa yang menelponnya. Setelah tahu, ia mengangkat panggilan masuk itu dan menempelkan ponselnya ke telinganya.

“W*’alaikum, Ada apa Li?" tanya Ayu melalui telepon di ponselnya.

“Ayu, sepertinya ada orang-orang yang datang kemari,“ jawab Lina.

“Sudah ku katakan berulang kali, aku gak mau status itu terungkap dengan cepat. Bilang saja kalo aku sedang tidak ada di tempat.” ucap Ayu.

“Tapi, Bagaimana dengannn...“ sahut Lina dari balik ponselnya.

“Kamulah menjadi wakilnya dan bilang saja kalau kamu sekretaris aku.” imbuh Ayu.

“Okelah.” jawab Lina.

“Iya kalau begitu, aku tutup dulu telponnya." setelah memutuskan panggilan masuk secara sepihak.

Ayu menatap kosong ke arah sekeliling kamarnya, ia menatap sebuah bingkai foto yang menampilkan foto pernikahan Mamanya bersama Papanya yang sedang tersenyum senang ke arah kamera. Setelah ia merasa puas menatap figura gambar itu, ia mengalihkan tatapan matanya menuju ke arah jendela kamar yang menampilkan posisi bulan dan bintang yang terlihat indah di atas langit.

"Semoga semuanya akan berubah menjadi lebih baik." gumam Ayu.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status