Setelah menyelesaikan semua tugas yang biasa Ayu lakukan sebagai anak rumah tangga. Ayu melangkahkan kakinya masuk ke dalam kamarnya. Di dalam kamar Ayu terdapat kasur ukuran kecil dan lemari plastik yang hampir roboh. Tidak ada AC atau kipas angin yang dapat mendinginkan suhu kamar Ayu. Melainkan, Ayu yang merasa kepanasan, ia langsung membuka jendela kamar agar udara segar masuk ke dalam kamar.
Entah bagaimana pola pikir papa kandung Ayu, yang selalu membencinya tanpa sebab. Dulu, Dimetri memberikan semua fasilitas mewah pada Ayu. Namun, semenjak Dimetri menikahi janda anak satu, Ayu tidak mendapatkan rasa ketenangan di rumahnya. Semua fasilitas yang ia miliki, lenyap begitu saja dan tersisa hanyalah Ayu menerima penderitaan siksaan oleh Ibu tiri dan saudari tirinya. Ibu tirinya dengan seenak jidatnya menyuruh Ayu melakukan semua pekerjaan rumah, tanpa memberikan istirahat dan Ayu tidak dapat melawan keinginan ibu tirinya. Begitupun, papa kandungnya hanya cuek bebek saja saat melihat istrinya menyiksa anak kandungnya. Dimetri sengaja tidak membela anak kandungnya, ia sangat membenci Ayu, anak kandungnya.
Ayu menatap sekeliling kamarnya yang disebut sebagai ruangr Di rumahnya, hanya memiliki 6 kamar, ada 2 kamar di lantai 1 yang dimana kamar utamanya dihuni oleh kedua orang tuanya dan kakak tirinya, ada 2 kamar berada di lantai dasar yang satu kamar sebagai ruang kerja ayahnya dan kamar satunya sebagai kamar tamu. Ada 2 kamar di lantai dasar yang dihuni oleh 4 maid.
Ayu, disuruh menempatkan ruang Gudang yang menjadi kamarnya yang sekarang. Dulu, kamar Nada merupakan kamar Ayu tetapi Nada menginginkan kamar Ayu dan papa nya lebih membela kakak tirinya dibandingkan Ayu yang merupakan anak kandungnya. Bahkan, Ayu sering disebut oleh papanya sebagai anak pembawa sial.
“Mama, pasti sangat bersedih melihat aku diperlakukan tidak adil seperti ini.” gumam Ayu mengeluarkan buliran kristal yang membasahi wajah cantiknya.
"Mama, pasti tidak akan percaya dengan sikap Papa yang kejam memperlakukanku, hiks..." Ayu menghapus buliran kristal yang membasahi wajah cantiknya. "Kapan papa akan berubah untuk bersikap baik padaku?" lanjut Ayu.
"Mama, maafin Ayu karena Ayu terlahir di dunia ini mama pergu ninggalin papa untuk selama-lamanya. Kalau bisa waktu bisa diputar kembali, biarkan Ayu yang meninggal dan Mama sama papa bisa hidup bahagia di dunia, Hiks... Hiks..." Ayu menghela nafas panjang. "Aku lelah diperlakukan seperti ini, ma. Biarkan aku istirahat dan menyusul bersamamu, hiks..."
Ayu menyentuh foto Mama kandungnya di genggamnya. "Tapi, kalau aku melakukan bunuh diri, Mama pasti marah padaku."
"Maafkanlah semua perbuatan salah Papa ya ma, Ayu baik-baik saja kok hidup bersama Papa di rumah."
Hari ini yang dilakukan Ayu hanya menangis dan berbicarae sendiri di dalam kamarnya. Ayu memeluk foto mama kandungnya untuk meluapkan semua rasa sakit hatinya.
Walaupun, Ayu tidak menerima jawaban tetapi hatinya terasa lega karena ia dapat mencurahkan isi hatinya.
“Ayu! Dimana kamu! Cepat kemari!" teriak seorang pria dengan suara beratnya membuat Ayu tersentak kaget dari duduknya.
Dengan cekatan, Ayu menghapus sisa buliran kristal di wajah cantiknya. Ayu bangkit dari duduknya dan ia langsung merapikan hijabnya yang berantakan. Setelah dirasa semuanya rapi, ia melangkahkan kaki berjalan keluar dari kamarnya untuk menuju asal suara yang dikenalnya.
Laki-laki itu terlihat senang melihat putri kandungnya yang berdiri di hadapannya dengan pandangan tak dapat diartikan.
“Bersiap-siaplah besok, gunakan pakaian baju yang dikirimkan oleh sekretaris Jimmy padamu." jelas Dimetri singkat.
“Aku mau kemana, pa?” tanya Ayu dengan menatap Ayahnya dengan pandangan penuh tanda tanya.
“Kamu sebagai jaminan hutangku pada Tuan Muda Kenzo maka kamu harus mematuhi semua perintahku!" bentak Dimetri.
Ayu menundukkan kepalanya untuk menahan buliran kristal yang hampir lolos membasahi wajahnya. Ayu selalu menerima bentakan dan kata kasar yang keluar dari mulut Ayahnya. Namun,entah kenapa ia masih mengeluarkan buliran kristal saat dibentak oleh Dimetri.
“Iy-yaa,” ucap Ayu terbata-bata. Benar dugaan Ayu, ternyata dirinya akan bersangkut paut dengan seorang tuan muda Kenzo bersama Papanya yang tengah berada di kafe tempat ia selama ini bekerja.
Tiba-tiba, mereka mendengar suara yang sangat familiar dari arah pintu rumah. Dimetri dan Ayu menatap ke arah sumber suara itu dan mendapati sosok Miyana dan Nada yang sedang berjalan masuk menuju ruang tamu dengan membawa banyak tas khas belanja di tangannya.
"Papa sudah pulang," ucap Nada tersenyum sembari mengulurkan tangannya untuk mencium punggung tangan ayahnya dan memeluknya.
Ayu yang melihat pemandangan manis yang di hadapannya hanya tersenyum paksa. Rasanya, Ayu ingin diperlakukan manis seperti itu, tapi, seumur hidupnya, Ayu tidak bisa memeluk papanya. Dimetri tidak Sudi memeluk Ayu, bahkan untuk mengajaknya mengobrol dan tersenyum hangat tidak pernah Ayu terima dari Papa kandungnya.
Selama ini, Ayu hanya mendapatkan tatapan tajam bak elang dan nada bentakan yang setiap kali Dimetri ucapkan kepadanya.
Terkadang, Ayu merasa iri dengki dengan kakak tirinya yang mendapatkan kasih sayang dari ayahnya sedangkan dirinya sebagai anak kandung dari ayahnya tidak pernah di perlakukan semanis itu.
“Sayang, kamu beli apa?” tanya Dimetri di hadapan Miyana.
“Oh, aku beli ponsel branded pengeluaran terbaru yang aku mau.” jawab Nada dengan wajah cerianya dengan mengangkat ponsel yang baru dibelinya.
“Iya Papa, aku yang mengajak Nada belanja, kasian sekali dia punya ponsel lamanya udah jadul dan ketinggalan jaman.” lanjut Miyana dengan menampilkan senyuman manisnya di wajahnya.
“Ya sudah, kamu bersih-bersih sana. Pasti capek kan?” tanya Dimetri.
“Oke Papa, aku ke kamar dulu. Love you mama sama Papa,” ucap Nada berjalan melewati Ayu yang berdiri tidak jauh dari tempat mereka. Nada sempat melirik dengan memberikan senyuman penuh kemenangan di hadapan Ayu.
Ayu yang melihat itu hanya bisa diam, ia berusaha menerima kenyataan pahit yang di hadapinya. Jika dirinya membela diri, ia pun tidak menang melainkan mendapatkan perlakukan kasar dari kedua orang tuanya.
“Hey kamu! Sudah selesai belum beresin tugas yang saya berikan tadi? tanya Miyana.
“Sudah Ma,” ucap Ayu pelan.
“Bagus! Kau bisa pergi dari hadapanku, sekarang juga. Bisa sakit mataku lama-lama lihat kamu.” Imbuh Miyana.
Ayu menatap kedua orang yang berdiri di hadapannya, ia kecewa dengan Papanya yang tidak membelanya. Ia mempercepat langkah kakinya menuju kamarnya, Setelah sampai di kamarnya, ia menutup pintu kamarnya dan menguncinya dari dalam kamar. Ayu menjatuhkan diri di belakang pintu dan ia menangis sejadi-jadinya.
"Sakit, Hiks… Hiks,"
"Mama, Aku anak tak diinginkan! Hiks… Hiks," kata Ayu dalam hati.
Drt… Drt,
Ayu menoleh ke arah sumber suara ponselnya dan ia menghapus buliran kristal di wajahnya. Ia bangun dari duduknya dan melangkahkan kaki menuju ponselnya dan ia melihat siapa yang menelponnya. Setelah tahu, ia mengangkat panggilan masuk itu dan menempelkan ponselnya ke telinganya.
“W*’alaikum, Ada apa Li?" tanya Ayu melalui telepon di ponselnya.
“Ayu, sepertinya ada orang-orang yang datang kemari,“ jawab Lina.
“Sudah ku katakan berulang kali, aku gak mau status itu terungkap dengan cepat. Bilang saja kalo aku sedang tidak ada di tempat.” ucap Ayu.
“Tapi, Bagaimana dengannn...“ sahut Lina dari balik ponselnya.
“Kamulah menjadi wakilnya dan bilang saja kalau kamu sekretaris aku.” imbuh Ayu.
“Okelah.” jawab Lina.
“Iya kalau begitu, aku tutup dulu telponnya." setelah memutuskan panggilan masuk secara sepihak.
Ayu menatap kosong ke arah sekeliling kamarnya, ia menatap sebuah bingkai foto yang menampilkan foto pernikahan Mamanya bersama Papanya yang sedang tersenyum senang ke arah kamera. Setelah ia merasa puas menatap figura gambar itu, ia mengalihkan tatapan matanya menuju ke arah jendela kamar yang menampilkan posisi bulan dan bintang yang terlihat indah di atas langit.
"Semoga semuanya akan berubah menjadi lebih baik." gumam Ayu.
Ayu terbangun dari alam mimpinya, ia mengucek pelan kedua bola matanya. Ayu mendudukkan dirinya di atas kasur sejenak untuk menyeimbangkan tubuhnya. Setelah dirasa cukup, ia melangkahkan kakinya menuju ke arah ruang kamar mandi umum yang terletak di sebelah dapur. Hari telah menunjukkan pukul 07.10 pagi, Ayu dengan cekatan, merapikan semua makanan yang telah ia masak di atas meja makan. Ia menatap semua masakan yang dibuatnya yang begitu indah dan ia pergi dari ruang meja makan karena sudah waktunya sarapan pagi. Ayu yang berada di ruang dapur, ia telah terbiasa melihat kedua orang tuanya bersama adik tirinya berjalan menuju meja makan. "Ayu, geserkan kursi ini! Aku mau duduk. Tangan aku telah melakukan perawatan dan aku takut tangan aku kotor dan tidak indah lagi," ucap Nada yang berdiri di sebelah meja makan. "Kamu bisa dengar gak perkataanku! Apa telinga kamu sudah hilang dan tidak bisa mendengarnya denga
“Nona muda, mari silahkan duduk disini.” lanjut Jimmy undur diri di hadapan tuan muda Kenzo. Ayu yang masih berdiri di belakang Jimmy, ia langsung melangkahkan kakinya menuju meja di depannya. Wajah yang cantik, pujian Itulah yang Kenzo klaim saat menatap wajah polos wanita muda yang berada di belakang sekretarisnya. Ternyata, melihat orangnya secara langsung, lebih cantik dibandingkan dengan tampilan foto. Jimmy mempersilahkan Ayu untuk duduk di kursi yang berhadapan langsung dengan Tuan muda Kenzo, Ayu yang diperlakukan seperti ratu, ia tersenyum dan mengucapkan terima kasih pada Jimmy yang berdiri di sebelahnya. “Nona Muda Ayu Liyunma, apakah kamu mengetahui kalau Tuan Dimetri mengajakmu datang kemari?” ucap Kenzo saat melihat Ayu duduk di hadapannya. “Aku tidak tahu, ada apa Tuan?” ucap Ayu dengan wajah penuh tanya. Ayu memang tidak kalau papa kandungnya menyu
"Bagus! Siapkan semua pakaianmu, sore ini kau akan ikut pulang bersamaku dan minggu depan kita akan melangsungkan pernikahan kita di belakang mensionku," ucap Kenzo. "Apa? Pulang bersamamu dan minggu depan melangsungkan pernikahan," sahut Ayu kaget. "Jimmy! Antar dia pulang ke rumahnya!" titah Kenzo. Jimmy yang mendengar perintah dari tuan mudanya, mengangguk patuh. "Baik Tuan." jawab Jimmy. "Tidak usah, aku bisa pulang sendiri." sahut Ayu menolak. "Jangan pernah membantah perintah ku!" bentak Kenzo menatap tajam ke arah Ayu. Ayu yang menerima bentakannya hanya mengabaikannya saja dan ia berjalan menuju pintu keluar Restoran. Ayu lelah diperlakukan seenak jidatnya oleh ayahnya. "Hey! Ayy..." ucap Kenzo terhenti saat mendengar ucapan dari Ayu. "Tuan, maaf saya lancang. Sepertinya, Nona muda ingin menenangkan hatinya terlebih dahulu. Mungkin, Nona muda tidak percaya dengan perlakuan dari ayahnya." jelas Jimmy saat melihat Kenzo ingin men
Ayu melepaskan rangkulan tangan Kenzo, ia meminta izin untuk segera kembali ke kamar untuk membereskan semua pakaian dan barang yang akan dibawanya. Ayu memasukkannya ke dalam tas koper berwarna pink miliknya. Setelah selesai membereskan, ia melangkahkan kakinya menuju pintu keluar kamar dan berjalan ke arah ruang tamu. Ayu berjalan menuju ruang tamu sembari membawa tas kopernya. Di sana, ia menatap semua orang yang berada di depannya dengan tatapan sendu. "Jimmy, bawakan tas kopernya!" perintah Kenzo. Jimmy yang mendengar namanya dipanggil, ia langsung menganggukkan kepala dan membawa tas koper milik Ayu. Ayu pun mengucapkan terima kasih di hadapan Jimmy. "Ayah, aku pamit pergi," ucap Ayu menatap wajah Dimetri yang berdiri di depannya. Dimetri y
Hari ini adalah hari pernikahan antara Kenzo bersama Ayu. Tidak terasa satu minggu telah berlalu. Semua perlengkapan telah siap dan tertata rapi. Dekorasi mewah dengan pernak-pernik berkilauan menyinari ruangan. Berbagai macam makanan mewah telah tersedia. Para tamu undangan telah datang memenuhi ruangan dan disinilah Ayu berada, ia menatap sekelilingnya sedang berbincang ramai. Penghulu yang dibayar oleh Kenzo pun telah datang dan janji suci pernikahan telah diucapkan dan akhirnya dinyatakan sah atas pernikahannya. Ayu menatap tak percaya bahwa tuan muda itu benar-benar menikahinya. Ayu menatap ke samping dimana tuan mudanya duduk, sekarang Ayu tahu kenapa ia disuruh mencoba mengenakan gaun pengantin kemarin. Saat ini, Kenzo sedang mengenakan jas casual berwarna abu yang senada dengan dirinya. Tampan itulah kesan pertama saat Ayu bertemu dengan Kenzo. Ayu tak menyangka suaminya kelak adalah seorang Kenzo Rihandra, entahlah pernikahan ini akan bertahan lama t
Ayu yang mendengar ucapan dari Kenzo, ia langsung menggeleng-gelengkan kepalanya di depan Kenzo."Ak-ku tidak terpesona dengan tuan," ucap Ayu dengan mengalihkan pandangannya menatap Kenzo menuju ke arah samping. Ayu menutup wajahnya yang terlihat merah merona dengan kedua tangannya. "Kenapa wanita ini berbeda dengan orang yang selalu memujaku di luar sana." kata Kenzo dalam hati, ia menatap intens ke arah Ayu. Ayu yang ditatap begitu menjadi salah tingkah. Kenzo berjalan menuju tempat tidur yang sedang diduduki oleh Ayu. Ayu melihat Kenzo yang sedang berjalan mendekati dirinya. Kenzo menyentuh ujung rambut Ayu, Ayu merasakan ada yang tidak beres dan ia berjaga-jaga agar tidak terjadi sesuatu yang diinginkan oleh Kenzo. "Jadi, kau tidak terpesona dengan tubuh tegapku?" ucap Kenzo dingin. "Bu-bukan begitu tuan, aku..." ucapan Ayu terhenti saat mendengar ucapan Kenzo yang memotong pembicaraannya. "Lalu apa?" tanya Kenzo mulai memainka
Ayu yang mendengar ucapan dari Kenzo itu, ia hanya mengucapkan istigfar dalam hatinya. Barusan tuannya ini memujinya karna pijatan nya enak, Setelah itu, malah ia? Ah... Sudahlah Ayu hanya mencoba tersenyum menanggapi tuannya ini. "Tuan apa ki..ta tidur sekamar?" Dengan segala keberanian akhirnya Ayu mengucapkan apa yang ingin ia sampaikan. "Kau ingin tidur denganku?" sahut Kenzo dengan pandangan seperti om-om hidung belang yang mengajak seorang wanita untuk menemani malamnya, pikir Ayu. "A..ku bisa pergi ke kamar ku sekarang tuan." jawab Ayu, ia ingin sekali cepat keluar dari kamar terkutuk ini karna mereka hanya berdua di kamar ini yang membuat Ayu takut khilaf karna perut Kenzo yang masih terpampang jelas di depannya. Ayu mulai terbangun dari duduknya, namun, suara itu yang membuat ia menghentikan gerakannya. "Aku tak keberatan jika harus berbagi tempat tidur denganmu." sahut Kenzo dengan ekspresi wajah datarnya. Aku tidak berharap tidur de
*Flashback On* Kenzo melihat jika Ayu sudah tertidur di sofa tersebut, ia sebenarnya tak tega melihat istrinya itu tidur disana namun Rara yang memilih tidur disitu, ia pun tidak ingin melarangnya. Kenzo berjalan kearah tepat dimana Ayu tertidur. "Good night My angel." Kenzo tersenyum melihat wajah damai dari wanitanya, Ketika sudah mendengar nafas Ayu yang teratur, ia pun inisiatif menggendong Ayu dan merebahkan badan wanita itu di kasurnya, Melihat tidak ada gerak-gerik seperti terusik di tubuh Ayu, akhirnya, Kenzo pun ikut tidur di samping gadis itu. Kenzo tersenyum saat menatap gadis di depannya, akhirnya, setelah sekian lama mencari ia bisa mendapatkan gadis ini. setelah itu Kenzo pun ikut tertidur dengan Ayu di sampingnya. *Flashback Off* Ayu sedikit membuka matanya ketika merasa ada cahaya yang masuk kedalam kamar ini. Setelah sadar dari tidurnya, ia pun bangkit duduk di kasur tersebut. Ayu menatap kamar ini, ia tersadar jika tadi malam