Share

4 > Cewek Sialan

Penulis: Asterona
last update Terakhir Diperbarui: 2021-08-07 10:42:44

Selain mengepang rambutnya Mery juga hanya memakaikan sedikit polesan bedak di wajahnya. Jujur, rasa gerah dan panas ketika Mery membiarkan wix yang ia pakai bekas tiga hari lalu harus dipakai ke sekolah pagi ini.

Meski tidak sudi, tapi ia juga harus menjaga imejnya sebagai cewek yang menepati janji. Entah kenapa juga ia tidak mengerti, seperti tanpa sadar ia mengiyakan persyaratan cowok itu.

Setelah bersiap-siap, dengan langkah berat Mery menaiki mobil yang sudah ada pak Ilham--supir pribadinya.

"Jalan, Pak," perintah Mery yang duduk di kursi depan samping pak Ilham dengan malas.

Pak Ilham menatap Mery sumringah. "Wah, Non beda hari ini. Gimana kalo bapak kasih tau sama Tuan?"

Mery menggidikan bahunya, diketahui Papanya saja ia malu apalagi kalo sampai satu sekolah. Mau ditaruh dimana mukanya nanti? Di bak sampah?

"Bodo amat, Pak. Cepetan jalan!"

Pak Ilham hanya tertawa pelan, kemudian  mobil mereka menyusuri jalanan pagi yang penuh oleh lalu lalang kendaraan. Dari banyaknya kendaraan itu didominasi anak sekolah atau para guru berseragam PNS yang berangkat kerja. Sebab itu jalanan mulai macet, Mery berdecak, padahal sebentar lagi bel masuk berbunyi. Ia melirik jam tangannya berkali-kali.

"Gak bisa dicepetin, Pak?" tanya Mery mendesak.

"Gak bisa, Non, kita harus patuhi peraturan."

Lampu hijau berganti merah, dengan perlahan pak Ilham memelankan laju mobilnya. Jalanan juga becek akibat hujan gerimis malam tadi. Efeknya sangatlah buruk terutama bagi anak sekolah yang berangkat jalan kaki. 

Melihat ke pinggir jalan, ada dua orang anak SD dan satunya SMP. Anak SD itu merengek karena roknya kecipratan lumpur oleh pengendara tidak bertanggung jawab yang lewat.

"Mit amit," gumam Mery setelah melihat kejaAldevan itu. Jangan sampai ia mengalami hal sama.

"Aduh lama banget, Pak. Ini lampu jalan atau lampu tower sih?" rengek Mery, ada sekitar dua menit ia menunggu namun lampu lintas tetap berwarna merah juga.

"Sabar, Non, biasanya kan juga lama gini."

Mery mendengus, dilihatnya lagi beberapa kendaraan yang mengelilingi mobilnya, dari pemantauan matanya ia menangkap sosok cowok sialan itu. Cowok yang membuat hidupnya seperti neraka untuk beberapa hari kemudian, atau mungkin selamanya. Mery tidak sudi jika harus menerima itu.

Terpampang jelas dan nyata, jika cowok itu sedang menunggu pergantian lampu lalu lintas. Tepat di samping kanan mobilnya. Dia fokus menatap ke depan. Motor sport berwarna hijau terlihat cool di tumpangan cowok itu. Namun tatapan dingin dan datar seolah menenggelamkan semua kekagumannya. Tergantikan raut ingin muntah dari wajah Mery.

"Sialan, jangan sampai nih dia ngeliat gue."

Mery mengalihkan pandangannya dari cowok itu, jauh dari perkiraan dia malah bercermin di kaca mobil Mery. Merapikan rambutnya, membenarkan dasinya dan terakhir membenarkan kancing atasnya.

"Udah cakep."

Di luar dugaan, Mery tanpa sadar membuka kaca mobilnya, tersenyum kecut, rasa takutnya hilang digantikan keinginan besar mencyduk cowok itu.

"Lo gak tau di mobil ada orangnya?" tanya Mery angkuh usai kaca mobilnya terbuka.

Seketika tangan Aldevan yang merapikan rambut berhenti di udara. Aldevan cengo, agak malu sih sebenarnya. Tapi mendadak bibirnya menyungging senyum ketika melihat penampilan Mery.

Nih cewek ternyata gak seberani yang gue kira, batin Aldevan.

"Gak tau sopan, lo kira nih cermin, main ngaca sembarangan?!"

Aldevan semakin cengo. Ia menatap sekeliling, beberapa orang memperhatikannya sambil menahan tawa. Aldevan tidak bisa berkutik dibuatnya.

"Lo." Telunjuk Mery mengarah wajah Aldevan. "Emang enak dicyduk orang?! Ahahahah." kemudian  tertawa puas sambil memegangi perut bersamaan dengan pergantian lampu menjadi hijau. 

Perlahan mobil Mery tersingkir dari hadapannya. Aldevan mendengus, lihat saja nanti. Dia pasti balas dendam.

"Awas lo, fake nerd. gue kasih pembalasan lebih."

•••

"Foto gimana, Lan? Dari kemarin kak Raqa minta copy filenya sama gue, ribet jadinya. Urusan gituan kan lo," sungut Kevin. Memang dari kemarin urusan edit-mengedit itu tugas Arlan, khusus Kevin hanya memilih bagian mana yang akan diambil dan dibuang. Hari ini pun, sepagian Kevin sudah berada di sekolah demi tugas dokumentasi.

"Tenang aja," sahut Arlan memiripkan suara dengan salah satu iklan travel di televisi. Dia meletakkan laptopnya di meja. "Diselow-selowin yuk."

Kevin memutar bola matanya jengah. "Halah. Selow apaan, kayak gue gak tau kalo kamera lo itu malah penuh foto cewek."

Arlan nyengir. "Cuci mata, apalagi yang badannya bohay-bohay. Bisa tahan sejam gue pelototin. Beuhh." Lagi-lagi Arlan dengan mode jiwa mesumnya. 

Kevin menjitak dahi Arlan. "Ye dasar mesum!"

"Asal lo tau, kalo mesum itu ada kaitannya sama pelajaran IPA," sahut Arlan tidak mau kalah.

"Gue anak IPS, mbing."

"Sekedar pelajaran tambahan buat lo."

"Gak ada kaitannya, Tai."

Arlan berdesis, soal jiwa mesum itu menurutnya biasa. Wajarlah remaja cowok yang sudah puber berpikiran seperti itu. 

KemuAldevan hening kembali tercipta, hening ini bukanlah kecanggungan melainkan kesibukan mereka atas aktivitasnya. 

Arlan menyalin setiap foto yang sudah dipilih Kevin ke dalam laptopnya, satu persatu hingga Arlan tanpa sengaja mendapati foto cewek berkepang, membuat Arlan mengingat kembali taruhannya pada Kevin.

Kalo dia beneran cupu, gue ceburin ke empang.

"Vin," panggil Arlan, Kevin bergumam. Memutar badannya menghadap Kevin. "Lo masih ingat taruhan gue kemarin?" 

"Yang soal cewek berkepang itu, Mery maksud lo?"

Arlan mengangguk. "Kalo bener si cupu itu cewek yang diskors, hari ini dia pasti hadir ke sekolah. Udah tiga hari ini, kan?"

"Bener juga. Tapi kita tunggu Aldevan, katanya liat esok. Berarti hari ini kita udah bisa buktiin siapa tuh cewek."

Kevin manggut-manggut, tanpa mereka duga sosok Aldevan yang baru saja mereka sebut berlari menghampiri dengan nafas ngos-ngosan. Tangannya memegang lutut, kecapean.

Arlan menaikkan satu alis. "Darimana aja kamu, datang sekolah sesuka hati. Emang sekolah ini punya bapak kamu?!" Berdiri, rupanya Arlan berhasil menirukan gaya Bu Martha jika memarahi murid yang terlambat.

Kevin bertepuk tangan dari belakang. "Muantep."

"Sembarangan!" kekeh Aldevan. 

Kevin menyodorkan satu kursi untuk cowok itu duduk. Menepuknya perlahan.

"Duduk dulu, Bos, lo kayak orang habis dikejar setan."

Tanpa buang waktu lagi Aldevan duduk dan menyandarkan punggungnya dengan nyaman. Rasanya hari ini dia benar-benar sial. Mulai dari dicyduk cewek sialan, bahkan tadi hampir saja dia kena omelan bu Martha jika telat kabur sedikit saja. 

"Oke-oke tarik napas... hembusin perlahan," ujar Arlan mempraktekannya, Aldevan pun ikut-ikutan saja.

"Kenapa sih, Al . Tumben jam segini baru dateng?" tanya Kevin kembali ke posisi semula.

"Gara-gara tuh cewek, untung gue berhasil kabur dari Bu Martha," jawab Aldevan.

Kevin tertawa pelan. "Beruntung banget lo, gue yakin dari banyaknya murid terlambat, salah satu Aldevantaranya pasti Mery."

Aldevan mendengus, memang benar kata Kevin, jika bukan karena Mery dia tidak akan hampir terlambat seperti ini. Cewek itu bisa-bisa saja membuatnya dijemur di tengah lapangan bersama murid lain.

Tak diduga ketika perbincangan mereka lagi asyik-asyiknya, mata Kevin tidak sengaja menangkap sosok Raya, cewek yang kemarin ia temui untuk menanyakan soal Mery. 

Raya tengah berjalan sendiri, kebetulan melewati arah dimana mereka berada yaitu ruang OSIS.

"Eh lo yang pake gelang," panggil Kevin. Aldevan dan Arlan langsung memutar badan mereka menghadap Kevin. Sedangkan Raya menoleh.

"Gue?" tunjuk Raya pada diri sendiri.

"Iya lo, emang ada cewek lain di sini yang pake gelang?"

Raya mengedar pandang sejenak, ia menggeleng.

"Yaudah cepetan sini."

"Ada apa emang?" tanya Raya.

"Lo temennya Mery, kan?" tanya Kevin to the point.

Raya manggut-manggut. 

"Nah, kebetulan. Lo bisa kasih tau dia buat temuin gue... ralat-ralat, temuin kami betiga."

Raya mengernyit. "Ngapain dia harus temuin kalian?" 

Kevin berdecak sekali. "Gak usah banyak tanya, oke?" kemudian  menatap Arlan, raut wajahnya seolah mengatakan lo udah siap ceburin dia ke empang?

"Oke deh. Tapi dimana?"

"Taman belakang sekolah," sahut Aldevan dingin, membuat Arlan dan Kevin saling berpandangan heran sekaligus tidak percaya.

"Oke deh." Raya melesat pergi dari sana. Dilihat dari wajahnya tampak tidak keberatan dengan permintaan Kevin. 

Setelah yakin, Arlan menatap Aldevan.

"Kok lo nyuruh di taman belakang sekolah?" tanya Arlan.

Aldevan melirik Arlan sekilas. "Gue udah janji."

Lantas Arlan menaikkan kedua alisnya terkejut. Sementara Kevin melongo. "What the fuck?"

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Terjebak Cinta Cowok Culun   85 > Mulai Membaik

    ingga saat ini, Nayra tidak bisa meyakinkan hatinya untuk menceritakan kejadian beberapa jam lalu pada Rifdan, meski tak ada luka yang membekas, tetap saja bayangan tragedi tadi melintasi pikirannya. Nayra perlu waktu untuk melupakan semua itu.Nayra berjalan dengan tangan sedikit gemetar, setelah Nickey memberhentikannya tepat di depan pagar, ia meraih handle pintu yang tidak terkunci."Aku pulang."Tidak ada sahutan, kecuali suara detak jam yang menunjukkan pukul 10.15 malam. Lampu ruang tamu juga masih menyala dan sisa bungkus makanan berserakan dimana-mana. Kebiasaan Rifdan seperti ini sungguh membuat Nayra lelah, namun ia tak dapat menyangkal jika ayahnya berubah depresi ringan sepeninggal ibunya.Perubahan perilaku dan emosi ayahnya juga sering dirasakan Nayra.Seperti sekarang perilaku ayahnya yang terkesan kekanakan. Meracau tidak jelas saat tidur dan sesekali menangis di sela tidurnya, sangat menyayat hati Nayra.Andai ibunya

  • Terjebak Cinta Cowok Culun   84 > Cinta Itu Buta

    Ketika hati dibutakan oleh cinta, semuanya terasa kelu untuk diucapkan, ketika mereka baru saja bersama dalam waktu sesingkat ini. Apakah Tuhan juga akan memisahkan kurun waktu sesingkat itu juga?Mereka mendekap, saling tenggelam dalam heningnya kejadian beberapa menit lalu sampai akhirnya mereka menyadari suara langkah kaki menggema menuju ruangan yang mereka pijaki.Nayra berusaha menjauhkan tubuhnya dari Nickey saat cowok itu semakin mengeratkan pelukannya. Tangan yang melingkari bahunya terasa menegang menyesakkan dada Nayra.Nayra mendongak sambil mendorong dada bidang Nickey menjauhi dirinya."Aku pengen tau apa maksudnya, mereka bilang kamu cuma bersandiwara, Nickey." Nayra melirih meski hatinya terasa sesak, ia juga perlu penjelasan. Menjelaskan semua pertanyaan di otaknya.Nickey tercekat, lidahnya kelu berucap. Kepala yang menunduk meyakinkan Nayra mengulang lagi pertanyaannya. Namun dengan nada begitu memohon."Tolong jelasin sem

  • Terjebak Cinta Cowok Culun   83 > Tolong Aku !

    "Iya gue. Danu, penyelamat lo waktu itu."Kalimat itu terdengar untuk kedua kalinya. Nayra mengerjapkan matanya berkali-kali memastikan sosok di hadapannya.Dia yang dianggap baik hanya ilusi belaka. Meski Nayra jarang bertemu lelaki itu. Ia masih tak percaya faktanya. Memang benar, sesuatu yang baik di luar belum tentu baik di dalam. Hanya sandiwara semata.Nayra menghela dalam dan menghembuskan nafasnya perlahan. Tangan dan kakinya masih diikat sehingga ia tak bisa bergerak. Bagaimanapun nanti ia harus bisa keluar dari sini."Lepaskan aku! Emang kamu mau apa?" Nayra menggeram. "Bukannya kamu teman Friska. Kenapa kamu ngelakuin ini?"Danu mendekatkan wajahnya setelah tersenyum sinis, sedikit berjongkok dan menatap lekat-lekat kedua bola mata Nayra. Dengan tangan mencekal dagu Nayra dan mendongakkannya, Danu mencoba menakuti gadis itu."Teman? i not believe friends. Itu cuma omong kosong."Danu menghempas kasar dagu Nayra,

  • Terjebak Cinta Cowok Culun   82 > Penculikan

    Cowok dengan wajah khawatir berulang kali menekan nomor yang sama. Berkali-kali pula ia memanggil nama itu. Berharap yang dipanggil akan mendengar. Dari kampus yang sepi ini ia tidak melihat siapapun.Pula, berulang kali Nickey memanggilnya. "NAYRA!!"Teriakan itu kembali terdengar di suatu lorong yang sempit. Di belakang kampus. Ia mengenyahkan ketakutannya menelusuri tiap sudut universitas itu. Berkali-kali ia mengerjapkan mata memastikan ada tidaknya keberadaan seseorang di sana.Namun harapan itu pupus ketika ia hanya melihat untaian daun kering bergelantungan diatasnya. Sekali lagi ia mencoba mencari. Tetes demi tetes keringat mengalir di pelipisnya.Nickey yakin gadis itu ada di sini saat suara hentakan dari lantai atas menusuk telinganya.Gedebug gedebugSuara boriton itu membuat Nickey menautkan kedua alisnya. Ia berlari kearah tangga sumber suara.Namun hasilnya tetap sama, ia tak menemukan apapun kecuali satpam y

  • Terjebak Cinta Cowok Culun   81 > Kebohongan

    "Kamu mau pesen yang mana?" Nickey menyodorkan daftar menu pada Nayra.Tidak ada alasan khusus, hanya saja ia ingin menghabiskan setidaknya sedikit waktu saja bersama Nayra. Dan kini mereka berada di salah satu kafe es krim, tidak jauh dari pertigaan jalan menuju rumah Nayra.Nayra mengerjap sekali, menatap daftar menu yang sangat asing di matanya. Yang ia tahu, rasa es krim itu hanya ada dua, coklat dan stoberi. Kolot memang."Atau mau gue pilihin?"Oleh Nickey tangan Friska ditepis, sesaat ingin menjangkau daftar menunya. "Sibuk, biar Nayra yang milih," titah Nickey.Friska mengerucutkan bibir."Apasih lo, gue sahabatnya, yajelas gue paling tau."Nickey hanya memutar bola mata, sedangkan Nayra berdecak berkali-kali."Kalian nggak bisa nggak ribut kalau sehari aja. Itu nggak baik lo kata ayah, harus akur."Senyum Nayra membuat Friska terpaksa menutup mulut rapat-rapat, sementara Nickey tertawa kecil, lalu menatap Na

  • Terjebak Cinta Cowok Culun   80 > Suasana Rumah

    Bisa dicap hari ini, hari paling berkesan bagi Nayra. Ia baru saja mendapatkan hasil kerja kerasnya, lebih tepatnya hasil dari penjualan kue yang ia buat. Ternyata benar apa kata orang, hasil tidak akan mengkhianati perjuangan. Apalagi perjuangan itu diiringi dengan niat, maka hasilnya pasti lebih sempurna.Perjuangan Nayra yang rela begadang demi membuat kue hingga larut malam. Sebab itu sekarang ia mulai menguap, rasa kantuk dan matanya terasa sangat berat untuk membuka, menemani perjalanan pulangnya dari kampus. Ia sudah lama menahan hal ini terutama saat pelajaran bu Antik, harus sepenuhnya sadar agar tidak dikenai hukuman beliau.Seperti biasa, Friska juga menemaninya sekarang. Cewek itu memainkan ponsel, meski sesekali tertinggal karena harus mengimbangi langkah Nayra yang lumayan cepat."Jalannya cepetin dikit dong Nay, kaki gue jadi pegel kalo lambat gini," keluh Friska yang berada di depan.Nayra menoleh sambil tersenyum, berusaha menyadarkan dir

  • Terjebak Cinta Cowok Culun   79 > Gadis Idaman

    Mungkin baru kali ini, Nickey terpaku pada seorang gadis yang tengah memungut sampah di sekitar area kelas. Pemandangan itu membuat Nickey yang baru saja melangkah di ambang pintu kelas mengerutkan keningnya beberapa saat.Tidak seperti biasanya, walaupun Nickey mengetahui hari ini jadwal Nayra piket kelas, setidaknya pekerjaan semacam itu tidak cocok dilakukan perempuan.Biasanya ia mendapati Wira atau Erik yang melakukan itu.Nickey menghampiri. "Ngapain ngelakuin itu sih, Nay? Udah tinggalin. Itu tugas Erik sama Wira."Sepertinya Nickey kesal, ia langsung merebut sampah plastik itu dari tangan Nayra kemudian membuangnya sembarang. Nayra pun menatap Nickey heran. Apa salahnya jika ia melakukan hal itu?"Nickey." Nayra beranjak untuk mengambil sampah itu, tapi tangan Nickey menahannya."Aku bilang nggak usah.""Tapi aku nggak masalah. Sekali-kali dong gantian, mereka juga bosan ngelakuin itu terus."Nickey berdecak, ia t

  • Terjebak Cinta Cowok Culun   78 > Musuh Baru

    Sejak dua puluh menit yang lalu, tepatnya setelah Nayra menghabiskan makannya, tangan Rifdan terus berada dalam genggamannya. Nayra berharap Rifdan segera sadar, walau tadi dokter sempat mengatakan Rifdan tengah tidur. Kemungkinan akan bangun sekitar satu jam lagi. Itupun hanya perkiraan, selebihnya Tuhan yang menentukan.Bersama Nickey yang berada di sampingnya, duduk menopang dagu. Sesekali mengusap bahu Nayra."Sabar, ayah pasti sadar," ucap Nickey menenangkan. Tetapi jauh di relung hatinya, Nickey mengkhawatirkan sesuatu yang membuatnya ingin lekas pergi dari tempat ini.Nayra mengangguk halus, tangannya tetap setiap mengusap punggung tangan Rifdan sesekali menciumnya. Rifdan selalu mengatakan kalau sentuhan adalah cara paling ampuh untuk berinteraksi dengan seseorang, meski orang itu sedang tidak sadar.Dan benar saja, beberapa menit kemudian jari Rifdan melakukan pergerakan kecil, yang mungkin tidak disadari mereka yang berada lumayan jauh dar

  • Terjebak Cinta Cowok Culun   77 > Untukmu

    "Permisi."Suara milik dokter itu lantas membangunkan dua orang yang tengah terlelap. Nickey menegakkan punggung, bangun dari sandaran kursinya meski belum sepenuhnya sadar. Sedangkan mata Nayra perlahan membuka, mengucek-nguceknya sebentar kemudian menatap dokter."Maaf mengganggu," ujar dokter itu. Tampak tidak nyaman karena mengganggu tidur mereka.Nayra ikut berdiri. "Nggak papa dok. Terus keadaan ayah gimana?""Ayah kamu baik-baik saja. Tapi jangan sampai telat memeriksa kesehatannya. Maaf lambat memberitahu, saya tidak tega membangunkan kalian tadi.""Nggak masalah dok," jawab Nickey yang sudah berdiri di samping dokter itu. "Terus kapan ayah Nayra bisa pulang?""Sekitar beberapa hari lagi, kami ingin memantau kesehatannya dulu. Dan Nayra, apa ayah kamu selalu teratur minum obat?"Nayra menggeleng. "Ayah sering lupa, obatnya sekarang juga lagi habis."Dokter itu hanya ber-oh sesaat. "Kalo gitu obatnya dokter s

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status