Share

BAB 74

Author: Atdriani12
last update Last Updated: 2025-08-07 20:10:00

“Menurut kamu… kita bakal seperti ini terus?” tanya Jasmin, matanya menatap langit-langit kamar.

Reyan tak langsung menjawab. Ia menggeser badannya, menatap sisi wajah Jasmin yang begitu dekat dalam keheningan. Tangan mereka bertaut di bawah selimut, hangat dan tenang.

“Seperti ini gimana maksudnya?” tanyanya pelan.

“Tenang. Damai. Kayak nggak ada yang perlu dikhawatirin.”

Reyan menghembuskan napas, pelan. “Mungkin nggak. Dunia berubah. Kita juga. Tapi aku harap… hati kita tetap tahu cara saling pulang.”

Jasmin diam sesaat. “Kamu percaya cinta bisa bertahan kalau dunia nggak lagi berpihak?”

Reyan tersenyum tipis. “Cinta yang kita punya… bukan soal dunia berpihak atau enggak. Tapi soal kita yang terus memilih—bahkan saat segalanya nggak mudah.”

Hening sejenak, hanya terdengar suara napas mereka. Lalu Reyan menambahkan, “Dan kalau kamu tanya aku, ya, aku akan tetap di sini. Sekacau apa pun nanti.”

Jasmi
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Latest chapter

  • Terjebak Cinta Kakak Tiri   BAB 80

    Suara ketikan di laptop Jasmin perlahan melambat, lalu berhenti sama sekali. Ia menatap layar yang menampilkan bab terakhir novel terbarunya, tetapi matanya tidak fokus. Bukan karena tidak tahu harus menulis apa—tapi karena hatinya terlalu penuh untuk memilih kata.Di sampingnya, Reyan masih membolak-balik berkas dengan alis sedikit berkerut. Ia tidak bicara, tapi keberadaannya cukup membuat ruangan terasa tenang. Lampu meja menyala lembut, dan kehangatan ruangan terasa seolah mengusir kegelisahan yang tadinya sempat mengendap di dada Jasmin.“Rey?” gumam Jasmin pelan, tanpa menoleh.“Hm?”“Apa kamu pernah merasa takut… kalau semua yang kita punya ini cuma sementara?”Suara kertas berhenti. Reyan menoleh, menatapnya dengan raut yang tidak sepenuhnya terkejut, seolah telah menebak arah pikiran Jasmin sejak tadi.“Bukan karena aku nggak percaya kita kuat,” lanjut Jasmin pelan, “tapi karena aku pernah merasa punya segalanya… lalu ke

  • Terjebak Cinta Kakak Tiri   BAB 79

    “Aku rasa… aku belum sepenuhnya pulih.”Jasmin mengatakannya pelan, sambil menatap lembar demi lembar hasil tulisannya yang baru saja ia cetak.Reyan menghentikan aktivitasnya, meletakkan buku yang sejak tadi ia tandai dengan pensil. “Kenapa kamu bilang begitu?”Ia menghela napas. Tangannya meremas ujung kertas, seolah kata-kata di sana masih terlalu mentah untuk dibaca siapa pun. “Karena ada bagian dalam diriku… yang selalu merasa takut ditinggalkan. Bahkan sekarang, ketika semuanya baik-baik saja.”Reyan tidak segera menjawab. Ia hanya memutar tubuhnya, menatap Jasmin penuh perhatian.“Aku tahu kamu di sini,” lanjut Jasmin. “Tapi suara di kepala ini kadang bilang, ‘bagaimana kalau dia lelah? bagaimana kalau dia pergi?’ Dan itu… menyakitkan.”“Apa kamu ingin aku yakinkan kamu lagi?” tanyanya lembut.Jasmin menggeleng. “Bukan. Aku cuma butuh kamu tahu, bahwa aku masih berproses. Kadang aku tampak baik. Tapi di dalam… aku

  • Terjebak Cinta Kakak Tiri   BAB 78

    Tangan Jasmin gemetar saat menekan tombol kirim. File naskah final novel keduanya meluncur ke inbox editor, tanpa revisi tambahan, tanpa keraguan seperti biasanya. Ia menatap layar lama, seolah memastikan semuanya sudah selesai. Tapi rasa lega tak kunjung datang. Hanya ada sunyi yang merayap di sela dada.Reyan masuk ke ruang kerja dengan napas sedikit memburu. “Kamu selesai?”Jasmin hanya mengangguk pelan, bibirnya tertarik dalam senyum tipis yang tidak benar-benar sampai ke mata.Reyan menghampiri, duduk di kursi seberang, memandangi wajah perempuan yang telah ia cintai dengan sabar. “Kenapa ekspresinya kayak orang baru kehilangan?”Jasmin menunduk, jari-jarinya memainkan ujung sweater. “Karena selesai berarti harus berpisah dari tokoh-tokohnya. Dari rasa yang mereka bawa.”Reyan mengangguk paham. Ia tahu betul bagaimana Jasmin menulis dengan seluruh tubuh dan jiwanya. Setiap kalimat adalah luka yang dikuliti perlahan. Setiap dialog ada

  • Terjebak Cinta Kakak Tiri   BAB 77

    Kertas-kertas berserakan di lantai. Jasmin duduk bersila, mengumpulkan catatan sambil membaca ulang paragraf demi paragraf. Tangannya cekatan, tapi matanya tak bisa menyembunyikan rindu yang menumpuk perlahan.Suara notifikasi ponsel memecah keheningan. Ia meraih ponselnya dan melihat satu pesan baru di layar.“Gimana di sana? Kamu makan teratur, kan?”— ReyanIa mengetik cepat.“Aku makan tiga kali. Kadang empat, kalau kangen kamu.”— J.Tak lama kemudian, pesan balasan masuk.“Berarti aku harus bikin kamu kangen terus, biar kamu nggak kurus.”— R.Jasmin tertawa kecil. Lalu mengangkat ponsel ke depan wajahnya. Video call tersambung, dan wajah Reyan muncul di layar—lelah, tapi tetap dengan sorot mata yang lembut.“Rambutmu makin panjang,” ujar Reyan sambil mengernyit.“Kamu juga makin kumal,” balas Jasmin sambil menyipitkan mata.“Kumal karena kamu pergi.”“Alasa

  • Terjebak Cinta Kakak Tiri   BAB 76

    Jasmin memandangi rak buku yang hampir penuh. Ia menarik satu per satu buku yang pernah ditulisnya, membolak-balik halaman, lalu tersenyum pelan setiap kali menemukan catatan kecil di dalamnya—post-it dari Reyan, komentar dari pembaca, atau sekadar coretan tangan sendiri yang menandai bagian favorit.Ia berhenti pada satu novel: naskah pertamanya yang dulu sempat ditolak belasan penerbit, sebelum akhirnya berhasil terbit dalam versi self-publish.“Ini buku yang kamu benci tapi nggak bisa kamu buang, ya?” suara Reyan muncul dari balik pintu.Jasmin mengangguk. “Buku ini… terlalu jujur. Waktu itu aku masih nyalahin semua orang. Jadi setiap halaman rasanya kayak teriakan.”“Dan sekarang?”“Sekarang, aku sadar… teriakan itu perlu. Karena dari situ aku belajar mendengar bisikan yang sebenarnya.”Reyan ikut duduk di lantai, bersandar pada rak buku.“Aku pernah berpikir kalau rasa sayang itu cukup buat menghapus semua kesalahan

  • Terjebak Cinta Kakak Tiri   BAB 75

    Jasmin menatap layar laptopnya yang terbuka, namun tak satu pun kata berhasil ia ketik. Kursornya berkedip di halaman kosong. Entah mengapa, cerita yang biasanya mengalir begitu mudah kini terasa tumpul.Ia meraih mug tehnya, menyesap sedikit, lalu menyandarkan kepala ke kursi. Pandangannya mengarah ke jendela yang dipenuhi rintik hujan. Tapi pikirannya jauh, ke arah yang tak bisa dijelaskan dengan kata-kata.Suara langkah Reyan terdengar dari arah dapur. Ia masuk sambil membawa dua potong croissant hangat di piring kecil.“Kamu belum nulis?” tanyanya, sambil meletakkan piring di samping laptop Jasmin.“Aku nggak tahu mau mulai dari mana,” gumam Jasmin. “Cerita di kepalaku terlalu… diam.”“Diam bukan berarti kosong,” kata Reyan sambil duduk di kursi seberang. “Kadang diam justru penuh. Kamu cuma perlu sedikit ruang buat mendengarkannya.”Jasmin menatapnya. “Aku takut kehilangan suara yang dulu membuat aku yakin.”“Yakin

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status