Share

Terjebak Cinta Penculik Tampan
Terjebak Cinta Penculik Tampan
Author: Takehiro

BAB 1 Hari Ke 1 Penculikan

Angin bertiup sangat kencang, suara petir terdengar menggelegar menakutkan, suara itu diiringi kilatan cahaya yang tampak jelas terlihat di malam hari. Isabella memperhatikan kilatan cahaya itu dari balik jendela.

Jgeeer ... Jgeeer ...

Daun pintu terdengar saling berbenturan beberapa kali. Isabella segera memeriksanya, dan benar saja ada beberapa jendela yang tidak tertutup rapat, Isabella segera menutupnya dan menarik slotnya agar jendala itu tertutup rapat.

"Sepertinya akan turun hujan," Kata Isabella sontak membuat kakeknya menoleh ke arahnya.

Kemudian Isabella menutup tirai jendela itu satu persatu, sedang Kakeknya hanya duduk di atas sofa sambil memperhatikan Isabella.

"Sekarang, waktunya beristirahat," kata Isabella. Sambil melirik Kakeknya yang tampak hanyut dalam buku bacaannya.

Kakeknya tampak tak menghiraukannya, namun setelah beberapa saat kemudian dia menanggapi Isabella.

"Kakek!"

"Iya, baiklah, setelah ku selesaikan ini," sahut Kakeknya seraya melanjutkan bacaannya.

Mata Isabella membelalak ke arah Kakeknya, dia berdiri saja di hadapan Kakeknya. Dan sepertinya, Kakeknya menyadari Isabella mengawasinya.

Ketimbang dia harus menghadapi cucunya yang marah, lebih baik dia pura-pura mengikuti perintahnya toh nanti dia bisa meneruskan bacaan itu di kamarnya.

"Ya, aku akan naik, " sahut kakeknya. Sambil meletakan kembali buku itu di atas meja, Isabella tampak senang akhirnya Kakeknya mau mendengarkannya.

"Dokter Tommy sudah lelah mengingatkan kakek, begitupun aku," ungkap Isabella agak sewot. Kakeknya hanya tersenyum santai ke arahnya.

"Tolong maklumi, orang tua ini, Kesenagan ku hanya ini," Ucapnya sambil memegang erat bukunya.

Kemarin Isabella mengantar kakeknya pergi cek up ke dokter, dokter Tommy tak seperti biasanya berbicara tegas dia memberikan peringatan agar Pak tua itu tidur dengan teratur.

BRAAK!

Tiba tiba terdengar suara dari arah pintu, Isabella kontan mendekat ke arah pintu, Kakeknya spontan mengintip dari jendela.

"Mudur!" Isabella menoleh kaget mendengar suara Kakeknya

BRAAK ... BRAAK ... BRAAK ...

Isabella mulai ketakutan, pintu itu didobrak dari arah luar dengan paksa.

"Pergi sekarang," kata kakeknya berbisik.

"Bagaimana dengan kakek?"Isabella tampak enggan meninggalkan kakeknya.

kemudian kakeknya menarik tangan Isabella membawanya menjauh dari ruangan itu, mereka bergegas berjalan kearah dapur disana tampak pintu yang menuju ke halaman belakang.

Tanpa banyak bicara, Kakeknya membuka pintu itu dan menyuruh Isabella untuk melarikan diri.

Tap ... Tap ... Tap ...

Terdengar suara langkah kaki dari dalam ruangan, Kakeknya mulai panik begitupun Isabella.

"Kita pergi sama-sama" ungkap Isabella tak mau melepaskan tangan Kakeknya.

Kakeknya kemudian mendorong Isabella, Isabella melihat sekilas raut wajah kakeknya yang bersedih kemudian pintu itu di tutup, dan dikunci dari dalam.

Whuush ...

Angin bertiup sangat kencang, menusuk sampai ke dalam tulang, rambut Isabella tampak berantakan tertiup angin.

Isabella menangis dia tak punya pilihan kecuali meninggalkan kakeknya, kemudian dia berlari tanpa menoleh lagi ke belakang, perasaannya campur aduk antara takut dan sedih.

Isabella kemudian melompati pagar yang tak terlalu tinggi, namun celananya tersangkut.

Breek ...

"Akh, sialan!" ucapnya seraya melihat celananya yang robek.

Dia tidak begitu menghiraukannya, dia terus berlari-lari kecil sambil menahan rasa sakit, karena menginjak beberapa kerikil yang menusuk telapak kakinya.

Butiran hujan mulai jatuh dari langit saat itu, berlahan lahan, kemudian semakin lama semakin deras, suasana malam itu semakin mencekam, kilatan cahaya seolah mengejar Isabella.

Isabella terus dan terus berlari, berusaha menjauh dari kediaman kakeknya, dadanya mulai terasa sesak nafasnya terengah-engah.

Dorr! Dorr!

Suara tembakan itu menghentikan langkahnya, jantungnya berhenti berdetak seketika, sejenak Isabella menoleh ke belakang tangisnya semakin menjadi tubuhnya gemetar, hujan terus mengguyur tubuhnya semakin lama semakin deras.

"Kakek!"

Isabella semakin kencang berlari, dia beberapa kali menginjak genangan air, dia sudah tak memperhatikan apapun, yang jelas saat ini dia sangat ketakutan.

BRAAK!

Tubuhnya menabrak sesuatu dia tepental jatuh ke tanah, dia mengangkat wajanya dia melihat sosok di hadapannya, Isabella berusaha bangkit kemudian mundur berlahan.

Nafasnya semakin cepat dadanya naik turun, sosok itu mulai mendekat, Isabella sangat ketakutan.

"Jangan, jangan sakiti aku!" Nada suaranya bergetar, Isabella menatap sosok itu dengan waspada.

Sosok itu terus mendekat, Isabella hendak berteriak, namun sosok itu membekap mulutnya dengan cepat, persekian detik Isabella bisa melihat sosok itu, matanya tajam bola matanya berwarna coklat muda terang.

Sorot mata itu terus menghatui Isabella hal itu membuat Isabella ketakutan.

"TIDAK!"

Dia terperanjat melihat ke sekeliling, sedikit mengingat apa yang terjadi beberapa saat yang lalu dan ternyata itu bukan mimpi, entah berapa lama Isabella tak sadarkan diri, kepalanya masih sedikit pusing.

Kreek ...

Pintu ruangan itu terbuka, matanya membelalak kearah pintu, kemudian Isabella kembali keposisi awal berbaring di atas tempat tidur.

Langkah kaki itu semakin mendekat ke arahnya, dengan cepat Isabella memejamkan matanya, berpura-pura tak sadarkan diri, dan sekarang suara itu tak terdengar lagi.

"Billy!"

"Iya tuan?"

"Bagaimana keadaanya?"

"Harusnya sudah siuman tuan," katanya sambil melirik jam tangannya.

"Berapa lama obatnya bekerja?" tanya sosok itu lagi.

"Satu jam, bisa lebih cepat tuan"

Sosok itu tersenyum sambil memberikan isyarat kepada Billy untuk keluar, kemudian Billy pun undur diri meninggalkan tuannya,

Sosok itu kemudian mendekatkan wajahnya ke arah Isabella, Isabella bisa merasakan hawa panas di wajahnya dia tak bisa menyembunyikan ketakutannya Isabella berusaha menahan nafasnya.

"Aku harus mengganti pakaian mu," bisik sosok itu, Isabella tersentak sontak dia membuka matanya, dia melihat sosok berwajah tampan di hadapnya sorot mata itu mengingatkannya pada kejadian beberapa saat yang lalu.

Deg ...

'Dia yang menculik ku!' ungkapnya dalam hati, sosok itu masih menatapnya dengan tajam, Isabella melihatnya dengan ketakutan.

"Nama mu Isabella bukan?" Isabella tak menjawabnya dia masih memperhatikan sesosok itu dengan waspada.

"Kau bisa mati kedinginan," ungkapnya sambil menatap Isabella yang tampak ketakutan.

"Pakai ini!" seraya memberikan beberapa potong pakaian kering, karena tak mendapat respon kemudian sosok itu menyimpannya di atas tempat tidur.

"Emm, ngomong-ngomong warna merah, sangat cocok dengan mu," uangkap sosok itu sambil meperhatikan dada Isabella.

Isabella kontan terkejut, kemudian dengan cepat menutup bagian dadanya dengan melipat kedua tanganya, sosok itu hanya tersenyum, kemudian dia beranjak dari tempat itu.

Isabella segera meraih pakaian kering yang ada di atas tempat tidurnya, dia berjalan kearah pintu dan memastikan tidak ada siapapun di sana, tak lama kemudian dia menaggalkan pakain basah yang menepel di badannya, dalam waktu singkat dia sudah berganti pakaian.

Sedang di ruangan berbeda sosok itu sedang memeriksa cctv alangkah kagetnya dia ketika melihat Isabella berganti pakaian.

"Dasar bodoh," Ungkapnya sambil tetap memperhatikan cctv itu.

Dengan agak kesal, Kemudian sosok itu segera bergegas pergi ke tempat Isabella, dia membuka pintu tanpa mengetuknya sontak mebuat Isabella kaget.

"Astaga!"

Mata mereka beradu, seketika mereka membeku hanya saling menatap satu sama lain, mata indah sosok semakin terlihat jelas sekarang.

"Kau lihat itu?" sambil menujukan cctv di sudut ruangan,Isabella sontak kaget.

"Anda melihat saya?" sosok itu heran mendengar pertanyaan Isabella pastinya dia melihatnya.

"Jangan kuatir, badan mu tak terlalu bagus aku tidak tertarik," ungkapanya seraya berbalik beranjak dari tempat itu.

"Anda, melihatnya bukan?" sosok itu berbalik lagi.

Dia mendekat ke arah Isabella sekarang raut wajahnya agak menyeramkan.

"Iya, dan itu membuat mata ku sakit," ungkapnya dengan nada kesal. "Jangan menilai diri mu terlalu tinggi."

"Kenapa anda, menculik saya" ucap Isabella kali ini dia memberanikan diri untuk menanyakan hal itu.

Pria itu terdiam kemudian mendekatkan wajahnya ke arah Isabella, Isabella menjadi sangat ketakutan dia mundur berlahan.

"Karena aku suka menculik gadis bodoh seperti mu," ungkapnya sambil menatap Isabella tajam.

Isabella menelan ludahnya, dia menatap mata tajam sosok itu, dia berpikir sosok yang ada di hadapnya adalah psikopat, Isabella sangat menyayangkan mengingat wajah sosok itu sangat tampan.

Sekejap Isabella tetegun, sosok sikopat itu tampak jujur kalau dia berniat menguntitnya dia tidak mungkin memberitahunya kalau ada cctv d ruangan itu, pikir Isabella dalam hati.

"Apa yang Anda inginkan?"

"Dan Kakek ku, apa yang anda lakukan padanya?"

Isabella mulai berani banyak bertanya dia menatap tajam sosok tampan itu, sosok itu gambaran Leonardo Decaprio versi muda. Hanya saja matanya berwarna coklat muda.

"Sepertinya, aku tak perlu menjawab pertanyaan mu," ungkapnya seraya beranjak meninggalkan Isabella.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status