Share

BAB 2 Hari Ke 2 Berkenalan

Seketika Isabella memiliki ide untuk menyerang sosok itu, dia menyusun rencana di kepalanya.

'Oke, jatuhkan dia dan kabur dari sini'. Pikirnya dalam hati.

Dia sudah mengambil ancang-acang untuk menyerangnya. Namun tanpa dia duga, dia tak sanggup mengendalikan kecepatannya.

Sebelum sempat menyerang sosok itu, sosok itu sudah keluar dari ruangan itu sontak tubuh Isabella menabrak pintu.

BRAAAK!

"Aw!" Isabella merintih kesakitan terkapar di lantai.

Sosok itu menoleh sekilas mendengar suara benturan keras dari arah pintu, dia tidak begitu perduli, dia kemudian melenggang santai menjauh dari tempat itu.

Isabella berlahan lahan bangkit kondisinya tampak berantakan, berlahan dia membereskan rambutnya dengan jari-jarinya, rasa ngilu dan pusing masih dia rasakan, dia meraba jidatnya dan sepertinya benjol.

'Bodoh sekali!' pikirnya dalam hati.

Kruk ... kruk ... kruk ...

Lambungnya mulai bereaksi mungkin karena kelelahan, dia harus mengalami hal-hal yang menguras energinya, tadi malam dan beberapa saat tadi, Isabella meremas perutnya dia sangat kelaparan.

Isabella kemudian coba berbaring di atas tempat tidur, berharap dia bisa melupakan rasa laparnya, namun hal itu tak membatunya.

"Kakek bagaimana keadaan mu?" dia mulai teringat Kakeknya air matanya mulai mengalir.

Beberapa jam berlalu, cahaya matahari terlihat dari jendela, dia masih tidak bisa merasakan kantuk, Isabella merasa tubuhnya tak bertenaga di tambah dia tak tidur semalaman.

Tanpa Isabella duga, dalam waktu singkat, seorang pelayan terlihat membawa nampan berisi makanan dan sebotol air mineral. Isabella menoleh dia tampak lemas, bibirnya kering, matanya layu, nampak lingkaran hitam di sekitar matanya. Dia nampak pasrah saja melihat pelayan itu masuk ke dalam ruangan itu.

Pelayan itu menyimpan nampan berisis makanan itu di atas meja.

"Saya membawakan anda sarapan, Nona," katanya sambil beranjak dari hadapan Isabella. Isabella tak menjawab dia hanya bersandar lemas.

Pintu ruangan itu tertutup kemudian, Isabella berlahan meraih piring yang ada di atas meja tangannya gementar, dengan lahap dia menyatap makanan itu. Isabella sampai sedikit tersedak, kemudian mengambil botol air mineral yang ada di atas meja.

Dia meneggak air meneral itu sampai tak tersisa satu tetes pun.

"Aku harus memiliki tenaga untuk kabur dari tempat ini," katanya pelan.

Kemudian dalam sekejap makanan itu lenyap tak tersisa, hanya piring kosong yang ada di atas meja sekarang, dan beberapa saat kemudian.

Kreek ...

Pelayan yang tadi membawakan Isabella makanan masuk, kali ini dia membawakan handuk pakaian dalam, sikat gigi, sabun mandi dan sabun muka, dan beberapa potong pakaian.

"Emm, Nona ... "

"Saya di suruh mengatar barang barang ini," ucap pelayan itu. Sambil menyimpan barang-barang itu di atas tempat tidur. Isabella hanya tersenyum tipis ke arah pelayan itu.

"Terima kasih," ucap Isabella di sambut senyuman pelayan itu. "Apa orang itu ada di rumah?"

Pelayan itu tersenyum ke arah Isabella

"Maksud Nona Tuan muda?" Isabella tersenyum.

"Tuan Christian belum pulang Nona."

Isabella tampak termenung, ternyata sosok itu bukan seorang bandit seperti yang dia piirkan. Dia semakin bingung untuk apa seorang tuan muda seperti dia menculiknya, itu semakin membuatnya yakin tuan muda itu sikopat.

***

Christian pulang cepat dia harus melihat keadaan tamunya, tamu yang dibawanya secara paksa, dia segera menuju lantai 2 tempat Isabella dijamu lebih tepatnya dikurung.

Di sana tampak Isabella yang sedang termenung melihat ke arah jendela. Dia menoleh ke arah Christian sejenak.

Christian melihat sosok Isabella berbeda dari sebelumnya, wajahnya terlihat lebih cantik dia mengenakan Knite berwarna coklat tua, dan celana pendek sepaha, rambutnya tergerai indah.

Sosok Isabella seperti Elle faning si Aurora di film melvicent, rambutnya berwarna coklat terang, pipinya kemerahan, matanya bening, Cristian tampak terpaku berdiri agak jauh dari Isabella.

"Christian!"

Chiristian terperanjat gadis itu memanggil namanya. Ia melangkah mendekati Isabella.

"Christian, boleh aku memanggil mu seperti itu?"

Christian menatap Isabella, Dia hanya mengangguk pelan sambil tersenyum ke arah Isabella.

"Christian, sepertinya kau orang baik, bisa kau lepaskan aku?" kali ini Isabella tak bicara formal lagi. Dia memasang wajah sedih.

Christian melihat kesedihan di wajah Isabella , Christian menghela nafas sejenak, dia mendekat ke arah Isabella,

"Isabella, boleh aku menmanggil nama mu?" Christian duduk di samping Bella kemudian, Isabella berbalik ke arah Christian.

"Bella, aku biasa di panggi Bella," sahut Isabella. Sambil menatap Christian dengan mata yang berkaca kaca.

Christian mencoba membuat gadis itu tenang, dia tak mau terburu-buru bicara kepadanya, dia hanya duduk di sampingnya sambil memperhatikannya.

"Berapa usianya mu Bella?"

"19 tahun." sahut Isabella. Christian memperhatikan gadis itu dengan seksama.

"Kenapa kau tidak percaya?" kata Isabella lagi.

Christian hanya mesem menatap wajah isabella yang cantik. Christian teringat saat dia membawa Isabella ke mobilnya kemarin malam, dia terpesona dengan kecantikan wajahnya, malam itu Christian memangku kepala Isabella di jok belakang.

Christian terus menatap wajah Isabella yang tak sadarkan diri waktu itu, bahkan dia tak membiarkan siapapun menyentuhnya, dia juga yang menggedongnya ke kamar.

"Tidak bukan begitu, aku hanya merasa kau terlalu muda," ungkap Christian, Isabella bengong.

"Bella kalau kau merasa bosan, kau bisa keluar dari kamar ini"

"Aku akan menyuruh pelayan, untuk mengatar mu berjalan-jalan," Ungkap Christian. Sambil menatap Isabella dengan rasa kasihan.

Isabella tersenyum licik, akhirnya dia punya kesempatan untuk keluar dari tempat itu, dia berpikir ternyata laki-laki yang ada di hadapannya mudah untuk diperdaya.

"Terima kasih," ucap Isabella.

Christian hanya tersenyum menatap Isabella, tentu dia bisa menebak apa yang ada di pikran gadis itu.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status