Share

BAB 9 Perjodohan Part 2

***

Grace menyimpan gaun itu di atas tempat tidur, Isabella tampak terkejut melihat Grace membawa sebuah gaun berwarna nude lengkap dengan sepatu berwarna senada.

"Apa ini, Grace?"

"Tuan, meminta saya untuk membawakan gaun ini untuk anda nona," ungkap Grace.

Isabella tampak bingung dia menatap Grace berharap mendapatkan informasi yang lebih, setelah beberapa saat Grace baru mengingat sesuatu setelah Isabella menatapanya seperti itu.

"Maaf Nona, saya lupa bilang, kalau Tuan besar mengundang anda dan tuan Jacob untuk pergi ke pesta pembukaan hotel baru milik Tuan" ungkap Grace mencoba menjelaskan dengan detail. "Saya juga sudah menyiapkan Jas dan sepatu untuk tuan Jacob," katanya lagi.

"Pesta pembukaan hotel?"

"Iya Nona!"

Isabella terseyum menghampiri gaun yang tergeletak di tempat tidurnya, matanya tertuju ke arah Grace.

"Terima kasih Grace, aku akan mencobanya" ungkap Isabella.

"Ada lagi yang bisa saya bantu Nona?" Isabella menggeleng seraya tersenyum ke arah Grace.

"Oya Nona, Tuan menunggu anda untuk sarapan" kata Grace lagi. Isabella menoleh sejenak ke arah Grace.

"Baik lah, aku akan segera turun," kata Isabella. Sambil meletakan kembali gaun yg belum sempat dia coba.

"Kalau begitu, saya permisi Nona," kata Grace. Sambil beranjak dari tempat itu pergi meninggalkan Isabella.

Kemudia Isabella merapikan rambutnya sedikit, lalu bergegas pergi untuk sarapan bersama Tuan James. Tentu akan ada Christian juga.

Isabella sedikit mengingat kejadian beberapa hari yang lalu di ruang kerja, Isabella sedikit tersenyum kebetulan beberapa hari ini dia tak melihat Christian.

Isabella berjalan menuju Lift namun tak di sangka dia berpapasan dengan Christian yang baru keluar dari ruang kerjanya, mereka saling bertatapan namun tak berbicara satu sama lain.

Ting!

Pintu lift itu terbuka Christian masuk terlebih dahulu kemudian di ikuti Isabella, Christian tampak canggung tak menggodanya seperti biasa, sampai pintu lift terbuka kembali Christian tampak tak bicara sepatah kata pun. Hal itu membuat isabella heran.

"Chistian, sudah lama tak berjumpa?" namun Cristian tak menghiraukanya dia berjalan dengan langkah terburu-buru mendahuluinya, Isabella mengejarnya.

"Ada apa, kenapa sikapmu seperti ini?" Christian menoleh sejenak ke arah Isabella.

"Lantas, aku harus bersikap seperti apa?"

"Waah, kau memang ..." Isabella tak meneruskan bicaranya.

"Kau baik pada ku, hanya saat ada maunya" kata Isabella kali ini berjalan mendahuluinya.

"Aku memang seperti itu, kau tahu bukan," kata Christian. Membuat Isabella semakin kesal, mengingat semua yang terjadi antara dia dan Chiristian belakangan ini.

"Apa kau selalu begini, Kau memang brengsek!"

Christian tak menghiraukan Isabella, dia terus berjalan dengan langkah yang cepat, meninggalkan Isabella. Disana tampak Tuan James dan Prof Jacob yang memperhatikan mereka berdua.

"Kalian pergi bersama?"

"Tidak!" mereka menjawab secara bersamaan.

"Kami kebetulan bertemu" ungkap Christian sambil mengambil duduk di samping Kakeknya. Mata Tuan James kemudian tertuju kepada Isabella Yang duduk di dsamping Prof, Jacob.

"Bella, bagaimana tidur mu semalam?" Isabella tersenyum sejenak.

"Nyenyak sekali Tuan," jawab Isabella kemudian.

"Ah, syukur lah kalau kau kerasan tinggal disini, aku harap kau bisa terus tinggal di sini" kata Tuan James lagi sambil tersenyum ke arah Isabella.

Christian tampak terkejut medengar kakeknya berbicara seperti itu, matanya membelalak ke arah Kakeknya, Kakeknya menyadarinya dia membalas tatapan Christian dengan senyuman.

"Kau juga senang kan, kalau Isabella tinggal di sini?"

Christian tak menjawab dia hanya tersenyum ke arah Kakeknya.

"Kalau soal itu, Tuan mohon maaf, aku lebih nyaman tinggal di rumah ku sendiri bersama Kakek" ungkap Isabella. Tuan Jacob tersenyum ke arah Isabella.

"Walau pun, rumah ini seperti istana, aku tak tertarik untuk tinggal di sini lebih lama" Ungkap Isabella lagi.

"Bhahahha"

Tuan James tertawa di ikuti tawa Tuan Jacob, Isabella pun ikut tersenyum, satu-satunya yang tampak tak ceria di situ hanya Christian.

"Cucumu sangat berterus terang," kata Tuan James sambil tertawa .

Tawa mereka terhenti ketika seorang pelayan menghidangkan makanan di atas meja dan menaruh piring beserta gelas di hadapan mereka.

"Aku dengar, kalian sudah cukup dekat" ungkap tuan James,menatap Isabella dan Christian.

Cristian bergumam dalam hatinya. Pasti Billy, dia akan mendapatkan pelajaran untuk ini, karena berani mengadukan tentang dirinya dan Isabella kepada Kakeknya.

"Apa ada yang aku lewatkan?'" kali ini Tuan Jacob penasaran dia beberapa kali menatap Isabella cucunya, Isabella menggeleng cepat mencoba membantah pernyataan tuan James.

Pembicaraan mereka berhenti sejenak mereka menyantap sarapan mereka sambil sesekali berkelakar.

"Bella kau bisa memanggil ku kakek." Isabella mengangguk sambil tersenyum.

Tuan James pernah berkunjung ke rumah Kakenya beberapakali. Isabella sudah cukup mengenalnya dengan baik, dia baru tahu kalau Chiristian adalah cucunya beberapa hari yang lalu.

"Bella, kau mau kan jadi cucu ku?"

Uhuk ... Uhuk ...

Christian tersedak semua mata tertuju ke arahnya dia segera meredakannya dengan minum segelas air.

"Eh, tentu saja Kakek" celetuk Isabella, membuat Christian tersedak untuk yang kedua kalinya.

Uhuk ... uhuk ...

"Apa kau baik-baik saja ?" Prof Jacob tampak kuatir melihat Christian yang tersedak beberapa kali.

"Akh, tidak apa apa Prof, aku baik-baik saja, " sahut Christian tersenyum kearah Prof, Jacob.

"Bagaimana Jack, apa kau sudah memberi tahu Bella" Prof Jacob tersenyum sambil menggeleng pelan.

"Mungkin saat ini adalah saat yang tepat untuk menyampaikan pada cucu ku," ungkap Prof, Jacob kemudian.

Isabella melirik ke arah kakeknya sedikit penasan, tapi dia tidak berfikir terlalu jauh, dia hanya berfikir Kakeknya mungkin akan mengucapkan salam perpisahan pada keluarga ini.

"Lebih baik aku saja mengingat kau sangat buruk dala menyampaikan sesuatu," Prof Jacob mengangkat bahunya, mendengar ucapan sahabatnya itu.

"Terserah kau saja!"

Isabella dan Christian hanya bengong melihat kedua sahabat yang sudah berumur itu berbincang-bincang. Namun tiba-tiba suasana berubah menjadi serius.

"Isabella, aku dan kakek mu bermaksud untuk" Tuan James berhenti sejenak. "Untuk menunangkan mu dengan Cucu ku Christian" katanya lagi.

Jatung Isabella seolah berhenti berdetak, dia menatap Kakeknya sedikit tak percaya mendengar ucapan Tuan James.

"Kakek sudah menyetujuinya, kau pasti menuruti perintah kakek bukan." Isabella semakin tercengang di tatapnya wajah Christian yang tampak cuek dia terus menyantap sarapannya.

"Kau setujukan Criss?"

Kali ini Christian yang tersentak dia menghentikan kegiatan makannya.

"Aah, Iya aku setuju" Christian sejenak menatap Isabella yang tampak Syok."Bagaimana dengan mu?"

Isabella hanya terdiam mendengar pertanyaan Christian, dia tampak lemas wajahnya pucat.

"Hah, Aku ... aku ..." dia tampak bingung dia menatap wajah kakeknya kemudian.

"Ini demi kebaikan mu" ucap Prof jacob membuat Isabella tertunduk lemas.

Saat itu juga Isabella ingin menagis dan pergi meninggalkan tempat itu, dia memang terpikat dengan wajah tampan Christian tapi dia bukan laki-laki yang tepat untuk dia nikahi pikir Isabella.

"Ok sepertinya semua sudah sepakat" ungkap Tuan James membuat semua mata tertuju kepadanya.

"Nanti malam kita akan umumkan pertuangan kalian di hotel Marriot"

"Apa!" Christian dan Isabella berucap bersamaan.

Mereka kemudian saling menatap satu sama lain Isabella merasa mimpinya untuk menjadi seorang dokter akan kandas, begitupun Christian reputasinya senagai Playboy tampan dan kaya akan selesai, apa lagi pertunagan ini akan di umukan secara besar-besaran.

"Kalian bisa bicara dari ke hati" ungkap tuan James, sambil memberi isyarat kepada sahabatnya Jacob untuk beranjak dari tempat itu.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status