Beranda / Romansa / Terjebak Cinta Saudara / Aku takut tenggelam

Share

Aku takut tenggelam

last update Terakhir Diperbarui: 2022-02-06 18:37:42

Amanda mengajak Naraya ke rumah sakit. Ia harus memastikan jika temannya itu masih perawan. Amanda adalah teman satu-satunya Naraya, yang selalu baik dan mendukung gadis itu.

"Man, ih ... nggak perlu periksa." Naraya mencoba mencegah Amanda yang terus menariknya masuk untuk mendaftar. Jujur saja Naraya malu kalau sampai ditanya-tanya soal kapan dirinya berhubungan intim dan dengan siapa.

"Apanya yang nggak perlu? Tentu perlu! Kamu nggak boleh bantah!" kekeh Amanda. "Aku tuh nggak bisa bayangin, Ra. Gimana kalau tiba-tiba kamu ada calon suami, terus mempertanyakan keperawananmu, aku ikut sedih kalau kamu tuh nggak diterima karena udah nggak perawan," ujar Amanda asal bicara karena cemas.

Naraya menghela napas berat, bisa-bisanya temannya itu berpikir sampai disitu.

"Man, Manda, bentar!" Tiba-tiba Naraya meminta berhenti dan pura-pura menengok arloji yang dikenakan.

"Ada apa?" tanya Amanda.

"Wah, aku telat. Aku kerja dulu, besok saja periksanya." Naraya melepas tangan Amanda yang memegang pergelangan tangan, sebelum gadis itu berlari seraya melambaikan tangan.

"Ra, Nara!" teriak Amanda kesal, sudah menduga kalau Naraya akan kabur.

Naraya sendiri belum siap jika mengetahui dirinya sudah tidur bersama seorang pria, terlebih dengan orang asing. Naraya mencoba mengelak dengan apa yang terjadi pada dirinya, memilih melupakan dan menganggap jika semua itu hanya mimpi belaka.

***

Siang hari. Kalandra tak bisa tenang setelah kehilangan Naraya. Ia yakin jika itu adalah Anira, gadis yang dulu pernah diangkat keluarga oleh orangtuanya. Kalandra melihat tanda lahir di belakang telinga Naraya, tanda lahir yang juga dimiliki oleh Anira.

Saat mengikuti rapat di hotel tempatnya menginap, Kalandra terlihat tak fokus sama sekali. Dirinya bertanya-tanya di mana Naraya tinggal, ia hanya ingin memastikan sesuatu dari gadis itu. Hal yang membuat Kalandra membenci Naraya selama sepuluh tahun terakhir. 

"Di mana kamu, Nira?" Kalandra bertanya-tanya dalam hati.

Matanya tak bisa fokus meski telinga mendengarkan penjelasan dari tim yang bekerja untuk perusahaan ayahnya. Ruang yang digunakan rapat berada di dekat kolam renang milik hotel, hanya terhalang oleh dinding kaca, di mana orang yang di dalam bisa melihat keluar.

Hingga Kalandra melihat Naraya berpakaian seragam hotel. Gadis itu membawa nampan berisi minuman.

"Itu dia!" Kalandra tiba-tiba menegakkan badan, membuat beberapa orang karyawannya terkejut dan menatap padanya.

"Apa ada masalah, Pak?" tanya salah satu karyawan Kalandra.

Kalandra berdeham, ekor matanya tertuju pada Naraya yang sedang menyuguhkan minuman kepada pelanggan yang ada di dekat kolam.

"Saya ada urusan bentar, rapatnya kita tunda besok. Permisi." Kalandra langsung pergi begitu saja, membuat karyawannya keheranan.

Kalandra buru-buru keluar dari ruangan dan berjalan menuju samping hotel tempat kolam renang berada. Ia takkan menyiakan kesempatan bertemu dan meminta penjelasan pada Naraya.

"Aku benar-benar takkan melepasmu, Nira."

Naraya menyuguhkan minuman pada pelanggan, gadis itu terus mengulas senyum ramah untuk memberi kesan sopan.

"Silahkan," ucap gadis itu ramah.

Naraya meninggalkan meja pengunjung setelah menyuguhkan minuman. Naraya berjalan sambil melamun, memikirkan serta mencoba mengingat kejadian semalam.

"Pria itu menginap di sini, bagaimana kalau melihatku lagi? Apa yang harus aku lakukan?" Naraya memikirkan pria yang tidur satu ranjang dengannya.

"Lalu, mereka. Apa mantan bosku itu tidak melapor ke pihak hotel, secara aku memukul hingga berdarah," batin Naraya dengan perasaan was-was. 

Sampai siang ini manager hotel tak memanggil untuk menyidak dirinya, Naraya hanya berharap kalau mantan bosnya itu masih punya malu untuk melaporkan dirinya ke pihak hotel.

Naraya hanya takut jika terkena masalah, tapi juga tak mau dilecehkan seperti itu. Dia baru saja bekerja di hotel itu selama dua bulan, jika sampai dipecat, maka Naraya harus mencari pekerjaan lain. Dirinya lelah pindah pekerjaan, entah kenapa selalu ada masalah yang menghampiri, di mana pun dia bekerja.

Saat Naraya masih melamunkan masalah yang menimpa, tiba-tiba saja ada seorang pengunjung yang menyenggol lengannya. Naraya limbung hingga kakinya terpeleset, membuatnya jatuh ke air.

"Tidak, to--" Naraya ketakutan dan panik, gadis itu tenggelam begitu saja di kolam.

"Aku takut tenggelam." Dalam hati, Naraya merasa begitu takut. Dia seperti berhenti bernapas, dadanya terasa sesak dan kepalanya begitu pusing.

"Adakah yang akan menolongku?"

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Komen (3)
goodnovel comment avatar
Nafasal
apa amnesia?
goodnovel comment avatar
vieta_novie
menurut kalandra, naraya dan anira adalah orang yg sama??
goodnovel comment avatar
aniek mardiana
hilang ingatan kah
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terbaru

  • Terjebak Cinta Saudara   Keluarga yang didamba

    “Aku mau gendong bayinya.” Amanda yang baru saja datang, mengambil alih bayi yang berada di gendongan Nayla.“Dia tampan sekali,” ujar Amanda saat menggendong bayi itu.“Cantik, dia itu cewek.” Nayla meralat karena yang digendong Amanda adalah Abigail.Amanda terlihat bingung, bukankah Naraya bilang hamil anak kembar laki-laki, kenapa jadi perempuan.“Jadi, anak kembarnya Na itu sebenarnya cewek dan cowok.” Nayla kembali menjelaskan.“Wah … ternyata mereka sepasang,” gumam Amanda penuh pengaguman.Naraya sudah bisa duduk, Kalandra menemaninya dengan duduk di ranjang samping Naraya dan jemarin mereka saling bertautan.Ayres dikuasi Milea dan Evangeline karena bayi laki-laki itu sangat menggemaskan.“Man, kamu juga cepetan hamil ya, ga usah nunda-nunda apalagi pakai kontrasepsi. Mama ‘kan juga mau punya cucu seperti ini,” ucap Milea yang merasa iri karena Evangeline sudah mendahuluinya mendapatkan cucu, sedangkan dulu saja dia duluan yang mendapatkan anak.Wajah Amanda merona mendengar

  • Terjebak Cinta Saudara   Ayres dan Abigail

    “Aku mau gendong.” Nayla begitu bersemangat saat perawat mengantar bayi kembar Naraya ke ruang inap sang kakak.Naraya sudah dipindah ke ruang inap dan akan diobservasi karena kelelahan dan banyak kehilangan cairan tubuh.Naraya hanya tersenyum melihat sang adik yang sangat bersemangat. Tubuhnya masih lemah sehingga tidak mau berebut bayinya dengan Nayla atau Evangeline.Nayla menggendong satu bayi dan Evangeline menggendong bayi satunya, cukup adil karena mereka tidak perlu berebut dan menanti giliran untuk menggendong.“Akan kalian kasih nama siapa?” tanya Devan yang berdiri di samping Evangeline, telunjuk tampak menusuk pipi bayi laki-laki yang terlihat begitu menggemaskan.“Ayres Rajendra dan Abigail Rajendra,” jawab Kalandra. Dia sebenarnya menyiapkan dua nama laki-laki, karena bayi satunya perempuan, membuat Kalandra mencari nama dadakan.“Tunggu, kenapa Abigail? Itu nama cewek.” Protes Nayla sambil menimang bayi perempuan Naraya.“Yang kamu gendong itu perempuan, Nay.” Kalandra

  • Terjebak Cinta Saudara   Persalinan

    “Kepala bayinya sudah terlihat, apa Ibu siap menyambut mereka?” tanya dokter yang sejak awal memang menangani kehamilan Naraya. Mengajak bicara agar Naraya tidak tegang karena harus berusaha mengeluarkan dua bayi.Naraya tidak mampu berkata-kata, perutnya benar-benar sudah terasa sakit hingga membuatnya hanya menganggukkan kepala.Kalandra setia berada di samping Naraya. Dia menggenggam telapak tangan istriya itu sambil terus menatap ke wajah sang istri. Dia bisa melihat bagaimana Naraya kesakitan bahkan menangis karena akan melahirkan, membuatnya benar-benar tidak tega hingga sesekali mengecup kening Naraya.“Kamu pasti bisa, kamu kuat demi anak kita,” bisik Kalandra memberi semangat.Naraya menggenggam erat telapak tangan Kalandra, sesekali terlihat mengatur napas karena kontraksi yang sudah tidak tertahankan.“Saat kontraksinya terasa kuat, Ibu bisa mulai mengejan,” ujar dokter memberikan aba-aba.Kening sudah bermanik di seluruh wajah Naraya, bahkan kulit wajah pun kini sudah beru

  • Terjebak Cinta Saudara   Panik di malam hari

    Naraya terlihat gelisah dan tidak bisa tidur malam itu. Pinggangnya terasa panas dan perutnya mulas berulang kali. Dia hendak bergerak ke kanan dan kiri, tapi kesusahan karena perut yang mengganjal.“Ra, kamu tidak bisa tidur lagi?” tanya Kalandra yang bisa merasakan pergerakan Naraya di atas tempat tidur.“Iya, Al. Pinggangku sakit,” ucap Naraya sambil meringis menahan rasa tidak nyaman di pinggangnya.Kalandra meminta Naraya untuk berbaring dengan posisi miring menghadap ke arahnya, lalu dia mengusap-usap pinggang istrinya itu.“Bagaimana?” tanya Kalandra. Biasanya jika diusap seperti itu, Naraya akan merasa nyaman.“Masih sakit,” rengek Naraya.“Aku ingin bangun,” ucap Naraya berusaha bangun.Kalandra buru-buru bangun, kemudian membantu Naraya untuk duduk. Dia cemas karena tidak biasanya Naraya mengeluh sampai seperti itu.Naraya mengangsurkan kaki perlahan ke lantai, hingga saat kedua kaki menapak di lantai, Naraya merasakan sesuatu pecah dan kini di paha mengalir air sampai menet

  • Terjebak Cinta Saudara   Side story

    “Aku juga awalnya malu, Man. Tapi kemudian aku berpikir, untuk apa malu, entah sekarang atau esok, aku tetap harus melakukannya, tidak mungkin mengecewakannya.”Ucapan Naraya terngiang di telinga, Amanda kini sedang di kamar mandi dan baru saja membersihkan diri setelah acara resepsi selesai sekitar empat jam yang lalu. Dia berada di kamar mandi kamar Kenan, terlihat bingung karena ini adalah malam pertama mereka di sana.“Bagaimana jika Kenan terlanjut tidak menginginkan karena aku menundanya beberapa kali?” Amanda bertanya-tanya sendiri karena bingung harus bagaimana.Kenan terlalu baik dengan menyetujui untuk menunda melakukan hubungan suami-istri, tapi Amanda sendiri tidak tahu apakah benar Kenan ikhlas atau hanya terpaksa.Amanda menoleh ke belakang di mana ada lingerie yang disiapkannya tapi belum dikenakan. Haruskah dia menggoda Kenan, agar suaminya itu tahu kalau dia sekarang sudah siap.“Baiklah, kamu wanita modern dan tidak takut akan hal itu, Man.” Amanda menyemangati diri

  • Terjebak Cinta Saudara   Resepsi pernikahan

    Hari itu Naraya hanya duduk menanti acara resepsi pernikahan Amanda dan Kenan dimulai. Dia tidak bisa membantu banyak hal karena kondisinya yang sudah hamil besar.Orang-orang berlalu-lalang menyiapkan diri untuk berangkat menuju rumah Kenan. Amanda sudah didandani begitu cantik dengan gaun yang tidak terlalu mewah tapi begitu indah.“Kita siap berangkat sekarang,” kata Kalandra saat menghampiri istrinya.Naraya mengangguk, kemudian berusaha berdiri meski agak kesusahan. Kalandra pun dengan sigap memegang pundak dan lengan Naraya, membantu istrinya itu berdiri dengan tegap.“Terima kasih,” ucap Naraya setelah sudah berdiri dengan benar.“Ra, apa kamu sakit?” tanya Kalandra karena wajah Naraya terlihat pucat. Kalandra takut jika istrinya kecapean.Naraya menangkup kedua pipi saat mendengar pertanyaan Kalandra, dia sudah menggunakan make up tipis, apa mungkin masih terlihat pucat.“Aku baik-baik saja, mungkin karena semalam kurang tidur akibat mereka terus menendang,” jawab Naraya sambi

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status