Share

Hari yang Menggetarkan

Pagi itu, Gibran stand by di rumah sakit menjemput Revan. Dia menepati janji untuk mengantarnya ke Jakarta. 

Sahabat itu tentu saja melihat Revan semringah—yang rapi dengan balutan kemeja batik. Mirip orang mau lamaran. 

“Wah, keren banget, lo. Nggak sangka totalitas juga.”

Revan hanya tertawa kecil, “ya, tentu saja. Oh iya, Bran, kayaknya mesti ngerepotin elo ni, ambu gue mau ikut, jadi jemput dulu ke rumah gue,” kata Revan dengan santun. 

Tentu saja, dia sangat berterima kasih kepada Gibran yang mau menyetir ke Jakarta dan juga menemaninya. 

“Ay, ay, Captain! Alhamdulillah lagian kalo nyokap elo mau ikut,” tutur Gibran tulus. 

Revan hanya tersenyum lebar, tidak terbayangkan sebelumnya, hari ini, hari yang paling membahagiakan untuknya. Semalam dia memimpikan bagaimana wajah gadisnya nanti.  

“Lo bawa cincinnya ‘kan?” tanya Gibran, lelaki itu memutar setir, menuju rumah mewah milik orang tua Revan yang ada di kawasan Kota Bandung.&
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status