Risa sudah siap menerima jawaban seburuk apa pun dari Shouhei, tapi pria itu tiba-tiba saja tertawa anggun dan elegan. Senyum tipis dan dinginnya sangat lembut dan melelehkan jiwanya. Kedua pipi Risa sontak memerah kaget! “Ke-kenapa kamu malah tertawa begitu?” “Risa Abdullah, aku pikir kamu tidak akan tertarik kepadaku seperti yang aku harapkan. Ternyata aku salah. Kamu bertanya begitu, bukankah ada maksud lain dari pertanyaanmu barusan?” Risa terbodoh syok. Pria dingin di depannya ini sungguh narsis! Dengan memukul permukaan meja, Risa menegakkan punggung dan memberanikan diri, berkata serius, “kamu bisa serius sedikit denganku? Aku tahu pasti sangat menyenangkan memainkan dua wanita sekaligus. Tapi, Shouhei, sekalipun aku adalah simpananmu, apa kamu tidak bisa tidak membuatku takut?” “Apakah aku sangat menakutkan bagimu? Aku hanya marah karena wanitaku diganggu. Bukankah itu hal normal bagi pria mana pun di dunia ini?” Risa tidak tahan lagi! “Maaf, Shouhei. Aku rasa tidak b
Pagi-pagi sekali, Shouhei sangat gelisah di kantornya. Hari ini, Risa benar-benar mendengarkan nasihatnya. Walaupun dia senang wanita itu akhirnya memilih mengambil cuti sehari gara-gara kejadian traumatis di hotel, tapi hatinya tidak senang dengan cara mereka berpisah semalam. “Bagaimana? Kenapa wajahmu buruk seperti itu?” tegur Shouhei saat melihat wajah sekretaris Renji berjalan masuk ke ruangan, suram dan gelap. “Itu... Tuan muda... sepertinya nona Risa menolak semua hadiah dari Anda.” “Dia menolaknya?” Renji mengangguk kikuk. Untuk memperbaiki hubungan mereka yang sepertinya lagi-lagi retak, secara khusus pria dingin itu memesan beberapa makanan, suplemen kesehatan, dan juga hal-hal yang disukai oleh para wanita: pakaian, sepatu, dan tas mahal. Sayangnya, semua bujukannya sangat sia-sia belaka. Risa benar-benar marah dengan aksinya yang membuat pria kurang ajar semalam babak belur. Belum lagi dengan keterkejutannya yang mendapati dirinya berlaku kasar dan bengis. “Baiklah.
“Aku dengar kamu sedang bertengkar dengan Risa, ya? Ada apa?” Ayana Diandra Wiratama berjalan masuk ke ruangan kerja Shouhei. Menatap pria tampan itu sibuk melakukan panggilan penting. “Ya. Benar. Kami akan mengirim tim ke Dubai untuk melihat seperti apa kerja sama kita. Baiklah. Terima kasih,” ujar Shouhei kepada seseorang di telepon, lalu menoleh ke arah Ayana yang masuk begitu saja ke ruangannya. “Kenapa tidak meneleponku dulu?” “Memangnya meneleponmu ada gunanya?” ledek Ayana, menjulurkan lidah main-main. Shouhei memuram kelam, segera berjalan menuju meja kerjanya dan meraih dokumen untuk dibaca. “Katakan, apa maumu?” “Aduh! Tuan Shiraishi kita ini sangat sensitif, ya? Kenapa kamu tidak menceritakan soal Risa kepadaku? Mana tahu aku bisa membantu kalian, bukan? Tidak baik diam-diaman terus seperti ini. Kalau dia mendapat perhatian lebih dari pria playboy itu, apa kamu senang? Apa gunanya semua usaha kita selama ini untuk membuat Risa cemburu?” Pikiran Shouhei kacau, menggeru
“Ayana datang ke sana?” Suara dingin Shouhei terdengar melalui sambungan telepon. “Iya. Dia sedang berada di dapur saat ini,” balas Risa muram, sibuk berbicara diam-diam dari balik dinding, dan sesekali melirik ke arah Ayana di dapur bersih. Shouhei memuram kelam. Tidak menyangka kalau Ayana benar-benar akan datang ke sana dan membuat masalah. “Kalau begitu, tunggu satu jam lagi. Aku akan ke sana menjemputnya.” “Tidak! Aku tidak mau ada kejadian canggung di tempat ini! Apa jadinya jika sampai dia mencurigai sesuatu? Aku hanya meneleponmu agar kamu tahu apa yang dilakukan Ayana saat ini! Kamu tidak boleh datang! Awas kalau kamu melakukannya!” “Risa....” Sesaat, Shouhei terdiam mendengar ancaman Risa, lalu helaan napasnya terdengar berat. “Baiklah. Tapi, sebagai gantinya, kamu harus menerima semua pemberianku yang kamu tolak. Jika tidak, aku akan datang ke sana dan membuat keributan seperti yang kamu pikirkan.” “KAMU!” pekik Risa kesal, nadi di pelipisnya berdenyut hebat. Selama
“I-ini...” Risa terkejut dengan wajah muram ketika melihat dia dan Raza telah masuk pencarian panas di internet. Gara-gara itu, akun Linkstagramnya seketika saja mendapat banyak pengikut baru kurang dari 2 jam saja, dan jumlahnya sangat fantastis! Tentu saja sebagian dari mereka tidak benar-benar menyukai Risa, tapi hanya ingin mengolok-oloknya sebagai pelampiasan amarah di internet. “Bagus, kan?” ucap Ayana bangga, tersenyum-senyum lebar sambil menikmati kue kering buatannya beberapa saat lalu bersama Risa. “Iya, sih... bagus... tapi, kalau begini aku ketahuan, kan?” balasnya dengan wajah ingin menangis, karena kini media sosial Wetalk-nya seketika dibanjiri pesan dari para rekan kerjanya yang penasaran dengan kebenaran berita tersebut. Salah satu yang menghubunginya adalah Vera Lim, teman kuliah sekaligus sudah dianggapnya sebagai sahabat sendiri. Sayangnya, karena ada banyak pesan yang masuk ke ponselnya, Risa tidak tahu harus membuka pesan yang mana dan membalasnya. Ini adala
Shouhei tidak menjawab langsung pertanyaan Adnan, dan ketika dia baru saja hendak membuka mulut, Risa segera maju menengahi kedua pria tersebut. “Ayana ada di sini! Mungkin Shouhei tidak mau sampai kamu marah gara-gara perbuatannya yang sangat mengejutkan itu!” Mata Adnan menyipit ketika mendengar cara bicara Risa yang terdengar sangat akrab. Apakah dia sudah tidak mau berpura-pura menyembunyikan perasaannya lagi dengan cara melindunginya seperti ini? Ataukah dia hanya tidak sadar saja dengan ucapannya sekarang? Adnan berusaha terlihat tenang, tersenyum dingin dengan kacamata berkilat sama dinginnya. “Oh, begitu. Jangan cemas, Tuan Shiraishi. Saya tidak akan menyalahkan Ayana. Sebaliknya, saya akan berterima kasih dengan perbuatan cerobohnya itu. Sekalipun dia sangat ikut campur dengan masalah pribadi orang lain, dan membuatku kesal karena sudah mengusik tunanganku. Seperti kataku tadi, aku dan Risa akan mengumumkan pertunangan kami berdua secara resmi ke publik agar bisa menjernih
“Apa maksudmu?” tanya Shouhei geram ketika sudah berada di ruangan lain bersama Ayana. Wanita dengan wajah manis dan cantik itu tampak pucat dan keringat dingin, tapi senyumnya masih berusaha terlihat selebar mungkin. “I-itu... mungkin ini adalah cara yang paling efektif. Bukankah kabar mengenai pertunangan kita sudah sampai ke telinga Aihara? Dia pasti tidak akan mencurigai apa pun kalau saat ini kita membiarkan saja hubungan Risa dan Adnan. Dengan begitu, kamu tidak perlu mencemaskan apa pun saat rencana kita berjalan sampai akhir, kan?” bujuk Ayana dengan bibir gemetar gugup, karena tahu perbuatannya mengunggah foto Risa dan kakaknya adalah sebuah kesalahatan fatal, meski dia masih tidak mengerti kenapa harus seperti itu. Padahal, Risa dan Adnan sebentar lagi juga akan mengadakan pernikahan di hadapan banyak orang. Hanya masalah waktu saja sampai semua orang akan mengetahuinya. Shouhei tidak bisa membantah logika Ayana, tapi di sisi lain dia juga terjebak dengan situasi yang ada.
Kedua wartawan tadi akhirnya berlalu dari sana, dan membuat Risa yang menyadari situasi menegangkan itu menghela napas berat dalam pelukan Shouhei. “Risa Abdullah, kamu tidak bisa pergi dariku. Bagaimana bisa kamu berkata akan resign kalau perjanjian di antara kita lebih kuat daripada pernikahan mana pun? Jangan ulangi lagi,” sindir Shouhei dingin, tersenyum licik sangat tampan seraya mengelus sudut bibir Risa dengan sangat lembut. Risa memuram pucat mendengar ancaman darinya. Benar juga. Dia hampir lupa dengan jeratan kontrak sialan itu! Bagaimana dia bisa membayar semua hutangnya tanpa memberitahu Adnan dan keluarganya? Apalagi ada syarat tidak masuk akal di dalamnya? Seketika saja hawa dingin menusuknya dari segala arah. Tega sekali dia mengungkitnya saat ini! Sekalipun Shouhei adalah pria yang sangat dicintainya, tapi dia adalah pria berbahaya yang menakutkan. Jika dia sedang baik, maka akan sangat baik kepadanya. Kalau sebaliknya...? Memikirkannya saja, Risa tidak berani sa