“Ayana datang ke sana?” Suara dingin Shouhei terdengar melalui sambungan telepon. “Iya. Dia sedang berada di dapur saat ini,” balas Risa muram, sibuk berbicara diam-diam dari balik dinding, dan sesekali melirik ke arah Ayana di dapur bersih. Shouhei memuram kelam. Tidak menyangka kalau Ayana benar-benar akan datang ke sana dan membuat masalah. “Kalau begitu, tunggu satu jam lagi. Aku akan ke sana menjemputnya.” “Tidak! Aku tidak mau ada kejadian canggung di tempat ini! Apa jadinya jika sampai dia mencurigai sesuatu? Aku hanya meneleponmu agar kamu tahu apa yang dilakukan Ayana saat ini! Kamu tidak boleh datang! Awas kalau kamu melakukannya!” “Risa....” Sesaat, Shouhei terdiam mendengar ancaman Risa, lalu helaan napasnya terdengar berat. “Baiklah. Tapi, sebagai gantinya, kamu harus menerima semua pemberianku yang kamu tolak. Jika tidak, aku akan datang ke sana dan membuat keributan seperti yang kamu pikirkan.” “KAMU!” pekik Risa kesal, nadi di pelipisnya berdenyut hebat. Selama
“I-ini...” Risa terkejut dengan wajah muram ketika melihat dia dan Raza telah masuk pencarian panas di internet. Gara-gara itu, akun Linkstagramnya seketika saja mendapat banyak pengikut baru kurang dari 2 jam saja, dan jumlahnya sangat fantastis! Tentu saja sebagian dari mereka tidak benar-benar menyukai Risa, tapi hanya ingin mengolok-oloknya sebagai pelampiasan amarah di internet. “Bagus, kan?” ucap Ayana bangga, tersenyum-senyum lebar sambil menikmati kue kering buatannya beberapa saat lalu bersama Risa. “Iya, sih... bagus... tapi, kalau begini aku ketahuan, kan?” balasnya dengan wajah ingin menangis, karena kini media sosial Wetalk-nya seketika dibanjiri pesan dari para rekan kerjanya yang penasaran dengan kebenaran berita tersebut. Salah satu yang menghubunginya adalah Vera Lim, teman kuliah sekaligus sudah dianggapnya sebagai sahabat sendiri. Sayangnya, karena ada banyak pesan yang masuk ke ponselnya, Risa tidak tahu harus membuka pesan yang mana dan membalasnya. Ini adala
Shouhei tidak menjawab langsung pertanyaan Adnan, dan ketika dia baru saja hendak membuka mulut, Risa segera maju menengahi kedua pria tersebut. “Ayana ada di sini! Mungkin Shouhei tidak mau sampai kamu marah gara-gara perbuatannya yang sangat mengejutkan itu!” Mata Adnan menyipit ketika mendengar cara bicara Risa yang terdengar sangat akrab. Apakah dia sudah tidak mau berpura-pura menyembunyikan perasaannya lagi dengan cara melindunginya seperti ini? Ataukah dia hanya tidak sadar saja dengan ucapannya sekarang? Adnan berusaha terlihat tenang, tersenyum dingin dengan kacamata berkilat sama dinginnya. “Oh, begitu. Jangan cemas, Tuan Shiraishi. Saya tidak akan menyalahkan Ayana. Sebaliknya, saya akan berterima kasih dengan perbuatan cerobohnya itu. Sekalipun dia sangat ikut campur dengan masalah pribadi orang lain, dan membuatku kesal karena sudah mengusik tunanganku. Seperti kataku tadi, aku dan Risa akan mengumumkan pertunangan kami berdua secara resmi ke publik agar bisa menjernih
“Apa maksudmu?” tanya Shouhei geram ketika sudah berada di ruangan lain bersama Ayana. Wanita dengan wajah manis dan cantik itu tampak pucat dan keringat dingin, tapi senyumnya masih berusaha terlihat selebar mungkin. “I-itu... mungkin ini adalah cara yang paling efektif. Bukankah kabar mengenai pertunangan kita sudah sampai ke telinga Aihara? Dia pasti tidak akan mencurigai apa pun kalau saat ini kita membiarkan saja hubungan Risa dan Adnan. Dengan begitu, kamu tidak perlu mencemaskan apa pun saat rencana kita berjalan sampai akhir, kan?” bujuk Ayana dengan bibir gemetar gugup, karena tahu perbuatannya mengunggah foto Risa dan kakaknya adalah sebuah kesalahatan fatal, meski dia masih tidak mengerti kenapa harus seperti itu. Padahal, Risa dan Adnan sebentar lagi juga akan mengadakan pernikahan di hadapan banyak orang. Hanya masalah waktu saja sampai semua orang akan mengetahuinya. Shouhei tidak bisa membantah logika Ayana, tapi di sisi lain dia juga terjebak dengan situasi yang ada.
Kedua wartawan tadi akhirnya berlalu dari sana, dan membuat Risa yang menyadari situasi menegangkan itu menghela napas berat dalam pelukan Shouhei. “Risa Abdullah, kamu tidak bisa pergi dariku. Bagaimana bisa kamu berkata akan resign kalau perjanjian di antara kita lebih kuat daripada pernikahan mana pun? Jangan ulangi lagi,” sindir Shouhei dingin, tersenyum licik sangat tampan seraya mengelus sudut bibir Risa dengan sangat lembut. Risa memuram pucat mendengar ancaman darinya. Benar juga. Dia hampir lupa dengan jeratan kontrak sialan itu! Bagaimana dia bisa membayar semua hutangnya tanpa memberitahu Adnan dan keluarganya? Apalagi ada syarat tidak masuk akal di dalamnya? Seketika saja hawa dingin menusuknya dari segala arah. Tega sekali dia mengungkitnya saat ini! Sekalipun Shouhei adalah pria yang sangat dicintainya, tapi dia adalah pria berbahaya yang menakutkan. Jika dia sedang baik, maka akan sangat baik kepadanya. Kalau sebaliknya...? Memikirkannya saja, Risa tidak berani sa
Risa Abdullah sebenarnya tidak ingin datang ke tempat kerja hari ini, tapi menurut saran Adnan ketika mereka makan bersama kemarin, sebaiknya dia menjelaskan banyak hal kepada rekan kerjanya daripada menghindar terus-menerus. “Hari ini aku akan melapaskanmu atas belas kasihku. Tapi, mulai besok, kamu harus lebih patuh kepadaku.” Helaan napas Risa terdengar berat ketika kakinya melangkah menyusuri trotoar menuju gedung tinggi di depannya. Dia teringat kalimat ancaman super dingin dari Shouhei melalui sambungan telepon. Tepat ketika Risa sudah berada di mobil Adnan usai mereka berempat berpisah dari tempat mereka makan bersama. “Oh, Tuhan... aku tidak mau terlihat di mana pun. Kakiku rasanya berat sekali,” keluhnya dengan wajah muram dan lesu, merasa mulai sesak napas jika harus berhadapan dengan rekan kerjanya di ruangan yang sama. Dia pasti akan mendapat berbagai macam pertanyaan tanpa henti. Hal yang paling ingin dihindarinya adalah Bu Sari. Wanita itu pasti akan menempel kepadan
#WARNING RATE 21 + (MOHON MAAF ATAS KETIDAKNYAMANANNYA!) .............. “Ma-maaf... maafkan aku...” isak Risa dengan rasa bersalah memenuhi wajahnya. Shouhei yang baru saja mendapat perawatan di tangannya yang terkena gunting tajam, akhirnya hanya meliriknya dingin dan tidak mengatakan apa-apa. Sebenarnya dia tidak mau membuat Risa merasa terbebani, tapi bukankah ini bagus? “Ke-kenapa kamu tidak mengatakan sesuatu?” tanya Risa gugup. Sekarang, mereka berada di kantin rumah sakit. Keduanya duduk saling berhadapan. “Aku harus berkata apa? Aku terluka di sini. Berusaha menepati janjiku untuk membuatmu percaya kepadaku, tapi apa yang kamu lakukan?” “Sho-Shouhei...” gugup Risa dengan wajah memelas tak berdaya. Benar. Shouhei mencoba mengajaknya menikah mendadak. Tapi, bukan menikah dengan cara seperti itu yang dia inginkan. Di negara mereka memang tidak dilarang memiliki lebih dari satu istri. Tapi, yang dilarang itu adalah memiliki suami lebih dari satu. Namun, jika ben
Sabtu keesokan harinya, Risa Abdullah merasa dongkol karena Ayana Diandra Wiratama datang ke kantor mereka dengan wajah sok perhatian dan memelas sedih. Tentu saja karena dia melihat tangan Shouhei yang terluka. “Hei, mereka benar-benar romantis, ya?” puji Vera yang mengintip melalui kaca jendela ruang kerja Shouhei. Risa Abdullah yang duduk di meja sekretaris juga menatap ke arah jendela di mana kedua orang itu terlihat berinteraksi sangat akrab. Mulut Risa dimajukan kesal. Kemarin, dia baru saja melakukan adegan panas di kamar pribadi pria itu yang ada di ruang kerjanya. Tapi, keesokan harinya, dia malah bersama wanita lain? Risa yang sedang memegang polpen di tangan kanan, sadar atau tidak nyaris saja mematahkannya menjadi dua! “Aku dengar kalau pernikahan mereka juga akan diadakan bulan ini. Apa menurutmu semua orang akan diundang?” tanya Vera cepat, melirik Risa penasaran. Sejujurnya, dia ingin melihat reaksi Risa terkait hubungan kedua orang tersebut, tapi ekspresinya malah