Halo!^^ Jangan lupa rate bintang 5 dan komen penyemangat dari kalian, ya! Terima kasih sebelumnya! :)
#WARNING RATE 18 + (MOHON MAAF ATAS KETIDAKNYAMANANNYA!) .............. “Tolong dengarkan saya dulu, Pak Shiraishi!” serunya dengan nada tegas, satu tangan mencengkeram erat lengan pakaian Shouhei, menatap serius. Kemudian, kedua tangan Risa menyilang di dadanya sendiri, menekankan maksud perkataannya dengan pandangan ditundukkan serius, terlihat dramatis. “Secara pribadi, meski saya tidak suka dengan sikap Anda yang pemaksa, saya tidak ada dendam sama sekali! Sungguh! Bahkan, kejadian di acara sambutan itu yang membuat saya tertekan dan mendapat gosip tidak baik, juga tidak sedikit pun membenci Anda! Apalagi dendam, walaupun Anda juga sangat menyebalkan dan aneh!” “Berhenti! Biarkan saya menjelaskan semuanya biar masalah ini sejernih kristal!” potong Risa cepat ketika Shouhei memperlihatkan tanda-tanda ingin membuka mulut lagi, dengan cepat tangan Risa maju untuk menghentikannya, tatapan galak diberikan kepada sang pria. Shouhei mundur secara alami, ingin mendengar apa yang me
Malam hari, Risa Abdullah bergelung di tempat tidur mengingat kebodohannya sekali lagi yang terjerat dengan mudahnya pada pesona bos barunya itu. Apakah dia sungguh seorang manusia, atau peri penggoda? Kenapa sulit sekali menolak pesonanya yang memabukkan dan berbahaya? “Risa Abdullah! Kamu pantas mati! Bagaimana bisa kamu berciuman dengan bosmu sendiri? Kamu juga sudah punya Adnan! Calon suami yang sangat sempurna! Bodoh! Bodoh!” keluhnya dengan nada berbisik kesal kepada diri sendiri. Kedua tangan mengetuk-ngetuk kedua sisi kepalanya, mata dipejamkan kuat-kuat. Sudut-sudut matanya berair oleh air mata kekesalan dan kekecewaan terhadap apa yang telah terjadi berkali-kali dengan bosnya tanpa bisa mengendalikannya untuk berhenti. Pria itu bahkan dengan kejamnya melempar ponselnya hingga rusak demi menciumnya semata! “Itu hanya sebuah ponsel. Tidak perlu marah seperti itu,” ucap Shouhei dingin dengan wajah sinis ketika mereka hendak meninggalkan wedding venue beberapa saat lalu. Ta
Pemandangan indah malam hari yang ditampilkan dinding kaca di ruangan ini, sama sekali tidak ada kesan di hati Shouhei dibandingkan apa yang sedang tersaji di depan matanya. Dia melihat belakang kepala Risa tenggelam terlalu turun ke dalam jacuzzi tersebut. Posisi yang tidak normal untuk berendam bagi seseorang. Adrenalin langsung memicunya, mata semakin memicing hebat, dan bergegas menerjang ke sana dengan gigi digertakkan kuat-kuat. Wajah sangat panik dan mulai pucat. Keringat dingin turun banyak di punggung pria ini. “Sialan! Risa Abdullah!” gerungnya sangat panik di wajah dingin tampannya, berharap suaranya membuat sang wanita segera sadarkan diri. Debaran jantung takut Shouhei menggema naik sampai ke gendang telinganya. Tanpa pikir panjang, dengan wajah kalut mengganas hebat, Shouhei cepat-cepat masuk ke dalam jacuzzi, meraih kedua bahu sang wanita, menegakkan tubuhnya naik dari air agar bisa disandarkan lebih tinggi. Dia mengguncangnya begitu kuat seperti akan merobeknya menj
#WARNING RATE 18 + (MOHON MAAF ATAS KETIDAKNYAMANANNYA!) .............. Risa yang kelelahan mental oleh ulah Shouhei sepanjang hari dengan aksi godaannya, akhirnya terpicu di saat tidak sadar begini. Niat dalam hatinya hanya ingin menggodanya di dunia mimpi sampai membuat pria itu salah tingkah hebat, karena di dunia nyata jelas dia tidak akan berani melakukannya. Bukankah menarik saat melihatnya mendapat balasan, meski hanya di dalam mimpi? Setidaknya, Risa merasa puas! Tawa kemenangan membahana di dalam diri wanita itu. “Bibir ini benar-benar nakal, ya?! Tapi, sangat enak.... Benar-benar sangat enak....” Wajah sang wanita dimajukan seiring kedua tangannya menarik mendekat wajah sang pria. Mata Risa dipejamkan kuat-kuat, sangat menghayati kegiatan nekatnya saat ini. Hatinya langsung berbunga-bunga luar biasa! Di sisi lain, Shouhei syok! Mata terbelalak hebat. Kedua tangannya yang berada di bawah air mengepal dengan erat, gemetar oleh sensasi yang diberikan oleh sang wanita
Risa yang dalam keadaan memalukan barusan, bukankah seharusnya yang menjadi pihak yang marah-marah? Kenapa malah dia yang bersikap tidak masuk akal begini? Apa dia marah lagi gara-gara menciumnya tidak tahu malu di kamar mandi tadi? Mana dia tahu itu bukan mimpi! Ish! sebal! Wanita berkaos putih dan cardigan orange tipis ini memasang wajah datar. “Kenapa memasang muka begitu?” sinis Shouhei menyipitkan mata, dingin dan gelap. “Ti-tidak, Pak...” Buru-buru Risa mengubah ekspresinya, ketahuan menatapnya aneh dalam keadaan setengah melamun. “Shouhei!” bentaknya lagi, memperingatkan Risa. Wajah mendungnya cukup untuk membuat satu negara menyerah. “I-iya... Shou-Shouhei...” ‘Memang kita seakrab itu sampai harus memanggil nama segala?’ batin Risa, menggerutu pelan. “Cepat makan. Setelah itu segera tidur. Besok, kita memiliki jadwal yang padat. Kejadian di kamar mandi, jangan sampai terulang kembali. Mengerti?” Risa menyendok malas-malasan masakan yang tidak jelas dibuat oleh pria
Risa Abdullah terbengong kaget. Sang pria sudah memegangi kedua pundaknya, dia sendiri memeluk kado itu di dadanya, mata saling pandang. “A-ada apa, Pak?” gagap Risa, keringat gelisah. Mata mengerjap bodoh. “Kamu ingin mengembalikan hadiah dariku?” Keningnya mengencang tak suka, terdengar menyindir. “I-ini terlalu berlebihan, Pak!” Sebelah kening Shouhei naik penuh ancaman. Dia tidak mau menerima hadiah kecil begini? Apakah dia hanya mau menerima hadiah bernilai milyaran rupiah darinya yang dia pikirnya dari pria berkacamata itu? Apakah hadiahnya ini terasa kurang di matanya? Ataukah karena bukan dari pria sialan itu, makanya tidak mau menerimanya? “Berlebihan bagaimana? Aku merusak ponselmu dengan sengaja, sudah seharusnya aku menggantinya yang lebih baik, bukan?” Risa Abdullah yang ingin membantah, akhirnya menerima hal itu dengan tidak rela. “Lantas, kenapa Anda mencari saya? Apakah ada hal yang perlu bantuan dari saya?” Risa bergerak tak nyaman selama kedua bahunya dicen
Risa membulatkan mata. Kaget! Memang jelas tertulis di sana keyakinan sang pria benar-benar sama dengan dirinya. Hilih! Dari segi mana pria ini terlihat sebagai pria yang memiliki keyakinan yang sama dengannya? Lihat dia saja sholat tidak pernah! Kalau cuma ucapan salam, dia masih maklum karena beberapa teman non-Islamnya juga sering mengucapkannya karena kebiasaan. Pria itu juga tidak pernah didengarnya mengucapkan kata-kata khas seseorang yang memiliki keyakinan yang sama dengannya selain ucapan salam semata. Sewaktu acara sambutan, dia minim bicara. Hanya mengatakan hal-hal seperlunya, dan Risa pikir, dia hanya mencoba menyesuaikan diri karena para bawahannya sebagian besar adalah penganut utama di negara mereka. Dia tidak menyangka, ternyata bosnya yang keturunan Jepang tulen ini adalah seorang pria berkeyakinan sama dengannya. “Kenapa kamu menatapku begitu lagi? Apa yang ada di otakmu ini?” ledeknya dengan telunjuk mengetuk-ngetuk gemas pada pelipis sang wanita yang masih t
Di luar hotel, wedding venue. Siang hari. Rapat akhir sebelum pengambilan gambar dimulai berjalan cukup ringkas dan padat. Risa Abdullah lagi-lagi tidak memahami apa yang terjadi di meja rapat tersebut dengan banyaknya orang di sana, saling berdebat dan bertukar pikiran dengan penuh semangat. Bahkan, ketika sekarang mereka sudah mulai bekerja, hanya bisa melongo hebat melihat semuanya seperti anak kecil yang polos. Para anggota tim lalu lalang dengan sibuknya di depan mata wanita ini. “Risa, kamu suka yang mana?” Shouhei bertanya kepadanya dengan menunjukkan sebuah buku berisi beberapa konsep pre-wedding. Pria itu berdiri dengan sangat tegap dan gagah dalam balutan kemeja putih dan lengan panjang sudah digulung. Sosok tingginya menutupi sang sekretaris dadakan yang tengah duduk di bawah payung pantai besar. Sedangkan Risa memakai sifon putih lengan panjang dan rok selutut hijau gelap. Lebih cocok untuk berada di kantor. Sebenarnya mereka berdua ke sini kerja apa, sih? Beberapa k