Share

Bab 7

Author: Lusia Sudarti
last update Last Updated: 2024-11-12 11:02:41

7. Terjebak Cinta Terlarang

Bermimpi aneh!

Penulis: Lusia Sudarti

Part 7

*****************

"Sssi-apa ya?" tubuhku gemetar hebat, karena aku memang tak punya teman dekat, teman jauh, boro-boro pacar.

"Ttoo--eeemm, mulutku dibungkam dari belakang.

"Ssssstt jangan teriak Dek, ini Paman," bisiknya di telingaku hingga membuat bulu romaku meremang.

Lalu tubuhku dihadapkan kepadanya, dan kedua tangannya memegang bahuku, tatapan-nya begitu sendu.

Aku begitu ketakutan dengan sikap dan perbuatan-nya.

"Pa-maaan ...? Ma-mau apa?" tanyaku yang merasa sangat ketakutan.

"Jangan takut Dek," lirihnya seraya menundukkan kepala, tatapan-nya seolah ingin menerkamku.

Tubuhku gemetar, jantungku berdetak lebih kencang.

Aku tertunduk, sama sekali tidak berdaya, dan tak ada keberanian unyuk membalas menatapnya.

"Kenapa Paman begini?" desisku. Aku tak mampu bergerak karena tubuhku terkunci kedua tangan-nya.

"Maafin Paman Dek? Paman suka sama Adek," ucapnya lirih.

Aku terperangah mendengar ucapan-nya yang tak pernah kuduga sebelumnya dan entah mendapatkan kekuatan dari mana, aku membalas tatapan-nya dengan tajam.

"Enggak mungkin Paman! gak mungkin ...!" teriakku dengan tangis tertahan, dan Sunardi begitu panik melihatku yang histeris.

"Cup Dek jangan menangis ...!" bujuknya sambil membelai rambutku.

Ssssttt!

Ditariknya tubuhku dalam pelukannya, aku meronta, tetapi apalah daya, kekuatanku tak sekuat Sunardi.

Ia berhasil memeluk tubuhku yang kecil lalu dibelainya rambutku.

"Tenang Dek ...!" bisiknya ditelingaku.

Aku terisak dalam pelukan-nya tetapi tetap dengan pendirianku, tak sudi membalas pelukan-nya.

"Dek tatap mata Paman," ujarnya sembari membingkai wajahku dengan kedua jemarinya.

Aku pun membalas tatapan-nya.

Kedua netranya menembus jantungku, yang berdebar hebat, kualihkan pandangan direrumputan tak kuasa membalas tatapan-nya lagi.

"Oh Tuhan, apa yang terjadi?" lirihku.

"Oh Dek, Paman benar-benar tergila-gila padamu Dek, dari awal melihatmu ...!" desahnya ditelingaku.

Aku bagai terhipnotis.

Kedua bola matanya tajam menusuk direlung hatiku. Aku bingung dengan sikapnya kepadaku, kenapa juga ia bisa mencintaiku yang seharusnya dilindungi.

"Paman," bisikku.

"Dek, kamu membuat Paman gila," ucapnya.

"Perlahan ia mengangkat wajahku, menatap kedua netraku dengan tatapan sayu.

Lalu ia dengan berani mendaratkan k3cupan dibibirku.

"Paman, tolong jangan seperti ini!"

Sunardi tak menghiraukan ucapan Maya, mata hatinya seolah tertutup nafsu ingin memiliki sang keponakannya.

Ia melancarkan aksinya, dengan buas ia memagut bibir Maya.

Sedangkan Maya, berontak pun sia-sia, tenaganya tak sekuat Sunardi, apalagi ia seolah kerasukan.

Maya terpejam menikm4ti setiap s3ntuhan itu mau tak mau, tak dapat menghindar.

Dalam hati Maya berontak, tubuhnya seolah terkunci. Merasa diatas angin, Sunardi semakin berani melakukan perbuatan yang tak seharusnya ia lakukan.

Ketika Sunardi hendak melakukan sesuatu yang diluar batas, Maya entah mendapat kekuatan dari mana mendorong tubuhnya kebelakang, dan dengan segera aku berlari sekencang-kencangnya, karena tak memperhatikan jalan didepanku, kakiku menginjak ranting-ranting kering yang berjatuhan dari pohon.

Tak ayal lagi aku pun tersungkur.

Gedebugh!

'Aaww ...!

Tiba-tiba aku terbangun dengan nafas tersengal-sengal, ternyata aku terjatuh dari tempat tidur. Aku meringis menahan sakit.

'Ya Allah, ternyata aku bermimpi," lirihku sambil mengusap bagian yang sakit.

'Astaghfirrullohal adzim," racauku dalam hati dan mengusap dadaku.

kejadian ini seperti nyata, apa arti dari mimpi yang baru saja aku alami ini?

Tak mungkin Sunardi itu menyukaiku, karena aku keponakannya.

Aku berdiri dan melangkah menuju nakas.

Aku meraih air minum dikemasan botol yang selalu kusiapkan jika bepergian.

Setelah habis tanpa sisa aku menaruh botol diatas nakas lalu kuraih jam diatas nakas masih pukul 02:00 dini hari.

Aku masih bingung bagaikan orang linglung, berfikir keras dan menepis segala dugaan-dugaan yang berseliweran dibenakku tentangnya.

Entah berapa lama aku duduk termenung, dan menatap raut wajah Anjani yang terlelap begitu damai! Aku mengulurkan jemariku untuk membelai buah hatiku itu.

Kemudian perlahan aku mengecup pipinya dengan penuh kasih.

Setelah merasa lelah, akhirnya aku memutuskan untuk kembali merebahkan diri dengan perasaan tak menentu.

'Ah dari pada pusing mending kurebahkan kembali tubuhku yang terasa lelah! Mungkin hanya bunga tidur," aku bermonolog.

Kupeluk buah hatiku mencari kedamaian disana dan berdoa agar mimpi itu tak kembali dan takkan menjadi kenyataan.

Semoga saja ...!

Hari masih subuh ketika aku terbangun mendengar suara adzan yang berkumandang disetiap masjid dan melangkah terseok-seok menuju kamar mandi akan membersihkan diri dan mengambil wudhu untuk melakukan sholat.

Aku berdzikir diatas sajadah mohon pertolongan kepada-Nya.

❣❣❣❣❣

Di pagi harinya kami bersiap untuk melakukan perjalanan kembali pulang kerumah.

Aku telah selesai bersiap sedari pagi, sehabis sholat subuh. Aku pun bersantai sejenak diruang depan bersama keluarga besar kami. Kemudian aku berpamitan untuk berjalan-jalan pagi sejenak sebelum meninggalkan desa ini, desa yang memberikan banyak kenangan. Aku berjalan ditepi saluran irigasi sawah di pinggir jalan.

Angin bertiup semilir dan menyapu wajah serta tubuhku, begitu sejuk kurasakan ... Aku menghirup udara pagi sebanyak-banyaknya untuk memenuhi rongga dada.

Lalu kuhembuskan perlahan.

'Heemm indah dan sejuk suasananya," batinku berucap.

Mentari pagi baru saja menampakkan dirinya, ia mengintip malu-malu dari balik bukit, sinarnya keemasan membuatnya terlihat begitu cantik.

Sungguh ... hatiku begitu damai melihatnya.

'Entah kapan aku bisa kemari lagi."

Para petani berbondong-bondong mengendarai sepeda ontel.

"Selamat pagi Mbak Maya, jalan-jalan pagi ya?" aku menoleh kearah sumber suara.

Ternyata saudara Mbah Herman. Beliau turun dari sepeda tepat disampingku.

"Oh iya Bulek, mau kesawah?" jawabku dengan sopan dan kuulas senyum.

"Saya sebentar lagi mau pulang Bulek, nyuwun pamit njeh(mohon pamit ya)!" ujarku seraya mengulurkan tangan untuk berjabat dengan beliau.

"Oh iya ... hati-hati dijalan, semoga selamat sampai tujuan dan kemari lagi suatu saat nanti!" Jawabnya menyambut uluran tanganku.

"Amin, terimakasih Bulek, kalo begitu saya pamit ya Bulek ...!" pamitku sambil melangkah perlahan.

"Oh iya Mbak," jawabnya dengan mengulas senyum.

Aku segera melangkah meninggalkan jejak kakiku didesa tegal wangi ini.

Ketika sampai semua orang telah siap berangkat menuju kerumah Herman.

"Mama dari mana?" tanya Anjani sambil melangkah mendekatiku.

"Heemm, jalan-jalan pagi sebelum pulang, disana kan gak ada pemandangan kayak disini, yang ada hanya kota pohon," selorohku.

Mereka tergelak mendengar ucapanku, seperti biasa kami menempuh perjalanan kerumah Herman dengan berjalan kaki.

Karena mobil ditaruh disana.

Setelah tiba dirumah Herman, kami berbincang sejenak sebelum berpisah untuk pulang kerumah masing-masing.

***

"Paman kami mau pulang, doakan selamat sampai tujuan," pamit Bapak kepada keluarga besar.

"Iya Dek, terima kasih atas kadatangannya, juga Mbah Uti,

Pak Slamet, Maya dan juga Mas (kakak Maya)."

Kami semua tersenyum dan mengangguk.

"Hai Anjani," sapa Mbah Herman.

"Iya Mbah!" jawabnya.

Sini deket Mbah!" panggil Si Mbah.

Bocilku pun menghampiri.

"Nih buat jajan!" kata Mbah seraya menyodorkan uang.

"Eemm makasih Mbah Uyut," ucap bocilku, senyumnya mengembang.

"Nih buat Maya, dari Mbah Herman juga dari Mbah Ti (Istri Mbah Herman)!" ucapnya sembari menyodorkan uang kepadaku.

"Udah Mbah, kemaren Maya kan jadi artis dadakan," selorohku.

Di sambut gelak tawa dari semua.

"Kamu ini, nyanyi diganti syairnya jadi Mbah Uti nangis," sambung Mbah Uti.

"hehehe," aku terkekeh

"Kerenkan Mbah?" selorohku sembari memeluknya.

"Keren sih keren tapi Mbah jadi sedih," sungutku.

"Iya wes lah Mbah enggak usah sedih, walau itu kan kenyataannya," ucapku lagi.

Terdengar lagi gelak tawa dari semua.

"Dek ..." seru Sunardi, aku menoleh kebelakang dimana ia berada.

"Iiyaa Paman?" sahutku.

"Hati-hati ya?" ucapnya.

"Ok Paman, makasih," jawabku.

Tiba-tiba Sunardi berdiri disampingku.

Entah mengapa, ada perasaan aneh disaat mataku bertemu pandang.

Ku coba menepis, semua ... dia Sunardi Pamanku, lebih muda dariku dan yang pasti bukan tipeku.

Bersambung

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Terjebak Cinta Terlarang   Bab 66

    66. Terjebak Cinta TerlarangAku Menerima Mas Reno Apa Pun Keadaannya.Penulis : Lusia SudartiPart 66"Aminn," ujarku menjawab Mas Reno.Bapak dan Ibu, terdiam mendengar penuturan Mas Reno.Aku berfikir, pasti ada udang di balik bakwan, aku mencurigai seseorang di balik kejadian ini.🌹🌹🌹🌹🌹🌹Alam fikiranku masih menduga-duga, dan feelingku mengatakan bahwa orang masa laluku terlibat atas kejadian ini.Suara deru motor berhenti di halaman rumah. Tak lama beberapa orang terdengar riuh, mereka yang di minta untuk mencari tas Mas Reno yang mungkin tercecer di lokasi kejadian.Yang terdiri dari Mas ku, dan dua orang lainnya."Pak, di lokasi tak ada satu pun yang tercecer," ujar Masku, dan di benarkan oleh perangkat desa yang turut serta dalam pencarian."Ya Allah, apa dosaku hingga aku mengalami hal seperti ini?" Mas Reno tergugu dalam tangis yang terdengar sangat pilu menusuk kalbu.Aku pun tak dapat lagi membendung tangisku yang sedari tadi kutahan.Aku memakai kebaya berwarna hija

  • Terjebak Cinta Terlarang   Bab 65

    65. Terjebak Cinta TerlarangMas Reno Tak Sadarkan Diri, Dia Di Rampok.Penulis : Lusia SudartiPart 65Entahlah ... di desaku, banyak yang membenci, mereka benar-benar tak menyukai aku, mungkin karena aku janda, yang selalu di cap buruk, apalagi sekarang aku akan dilamar seseorang.Mungkin dari mantan Suami dan keluarganya, atau orang yang iri. Aku juga tak tau!🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🕊Dirumah telah berkumpul semua undangan, Pak Kepala desa, ketua RT, ketua RW, dan beberapa warga.Aku dan tamu undangan telah menanti dua jam lamanya.Namun Mas Reno tak kunjung tiba.Aku menunggu dengan cemas dan gelisah, dirumah riuh para tamu undangan, mereka bertanya-tanya satu sama lain."Pak, gimana ini Mas Reno kok belum tiba? Sedangkan saat ini waktu telah menunjukkan jam sembilan malam. Mas coba di samperin, siapa tau ada kendala di jalan!" Titah Pak kepala desa kepada Kakakku."Siap Pak, akan saya coba cari, mungkin benar ucapan Bapak, Reno mengalami kendala!" jawab Kakakku, beliau beranjak lalu

  • Terjebak Cinta Terlarang   Bab 64

    64. Terjebak Cinta TerlarangMas Reno Akan Melamarku.Penulis : Lusia SudartiPart 64"Apa itu Mas?" tanyaku, sembari membalas tatapannya.Tatapan penuh cinta dan kerinduan yang tersirat dari kedua bola matanya.Aku pun begitu merindukan momen-momen berdua dengan nya."Mas boleh kan cium adek!"🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹Keesokan harinya, kami semua bangun pagi.Mas Reno hendak berangkat ke Palembang."Mas berangkat ya dek!" pamitnya kepadaku.Aku mengangguk dan mencoba tersenyum."Pak, Bu, saya pamit dulu, titip adek ya Pak, Bu!" Mas Reno mencium tangan kedua orang tuaku dengan hikmat, kemudian ia menatapku dengan tatapan berat.Aku mencium punggung tangannya lembut, berat sekali rasanya melepas kepergiannya, meskipun siang nanti ia pulang kembali kerumah."Hati-hati ya Mas?" ucapku lirih."Hati-hati di jalan ya Ren, gak usah ngebut."Bapak menasehatinya."Iya Pak, ya sudah, saya berangkat dulu, Bu, Pak, dek!" Mas Reno melangkah perlahan menuju motor ia menoleh sekilas menatapku, kemudia

  • Terjebak Cinta Terlarang   Bab 63

    63. Terjebak Cinta TerlarangMaafkan Mas Dek!Penulis : Lusia SudartiPart 63"Enggak apa-apa Sayang," ujarnya menatapku sambil tersenyum manis.Aku mengalah, aku membantunya menyusun piring yang telah di cuci."Ma ..."🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹Aku dan Mas Reno masih berkutat di dapur untuk mencuci piring dan membereskan meja makan.Sementara Anjani telah selesai makan dan menghapiriku."Apa Sayang!" aku menoleh kearahnya, ketika mendengar suara panggilannya.Ia tersenyum sambil berdiri dibelakang Mas Reno yang sedang asyik mencuci piring."Mas, lihat dibelakang!" ujarku kepada Mas Reno sembari menatap kebelakangnya."Ehh Om, rajin banget sih Om," ucap Anjani sambil cengengesan."Tuh lihat, masa iya ada anak gadis kok, yang cuci piring Om nya," sindirku sambil pura-pura ngambek kepada Anjani."Biarin sih dek, kan gak tiap hari juga," sergah Mas Reno seraya menatapku dan tersenyum kepada Anjani."Mama sewot Om hehehe," tukas Anjani meledekku. Mas Reno terkekeh mendengar ucapan Anjani, seda

  • Terjebak Cinta Terlarang   Bab 62

    62. Terjebak Cinta TerlarangMaafkan Mas Dek, Adek Harus Ikut Mengalami Penderitaan.Penulis : Lusia SudartiPart 62"Saya mau ambil paket dari Jawa Pak," jawab Mas Reno menjelaskan perihal kepergiannya ke Palembang.'Oh, mau ambil paket," lirihku dari balik pintu, menguping pembicaraan mereka.🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹Malam ini Mas Reno berbincang dengan kedua orang tuaku, mereka membahas perihal pertunangan yang akan di laksanakan esok lusa."Pak, Bu, saya betul-betul mencintai adek Maya, dan ingin menjadikannya sebagai Istri saya Pak, Bu," ujar Mas Reno lembut, aku yang duduk di sisi Mas Reno hanya menunduk menahan malu, dan hatiku begitu bahagia mendengar ucapan Mas Reno kepada kami."Ya itu terserah Reno dan Maya, jika kalian saling mencintai, Bapak dan Ibu hanya mampu berdoa buat kalian dan merestui keinginan kalian," ujar Bapak, beliau saling bersitatap dengan Ibu, kemudian tersenyum kepada kami semua.Aku hanya menunduk malu, sesekali melirik Mas Reno.Mas Reno tersenyum mendengar u

  • Terjebak Cinta Terlarang   Bab 61

    61. Terjebak Cinta TerlarangHidupku Kembali Berwarna.Penulis : Lusia SudartiPart 61"Kalo Mas kasih tau ya bukan kejutan donk," katanya, sembari mencubit pipiku, lalu di ciumnya dengan gerakan yang tak terduga sama sekali."Iihh ... Mas Reno mulai nakal," sungutku manja.Aku begitu malu kepadanya, yang dengan tiba-tiba menciumku.🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹Hari menjelang petang, Anjani pulang dari kerja kelompok, ia diantar oleh Rita."Mama udah pulang?" serunya ketika ia melihatku sedang menyetrika pakaian di depan televisi."Iya, kok sore sekali pulangnya," jawabku, dan bertanya balik kepadanya."Hehehe, kan sekalian main Ma! Oh iya, mana Om Reno Ma?"Ia celingukan kesana-kemari mencari keberadaan Mas Reno."Oom sedang istirahat, jangan di ganggu dulu ya, kasihan! Om capek," jawabku sambil merapikan pakaian yang baru selesai aku setrika."Iya Ma, ya udah Anjani mandi dulu, mau ngaji!" ujarnya sambil beranjak dari sampingku."Iya ...""Ehh, Anjani Sayang sudah pulang!" dari kamar tamu

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status