Beranda / Romansa / Terjebak Cinta Tuan Arogan / Bab. 5 Ajakan Menikah

Share

Bab. 5 Ajakan Menikah

Penulis: Guzel Lili
last update Terakhir Diperbarui: 2024-02-22 22:19:10

“Sial …!” umpatnya sambil memukul setir kemudi. Kenapa dirinya harus melihat sang papa bersama wanita itu lagi? Wanita yang telah merenggut kebahagiaannya, wanita penyebab kematian mamanya.

Edgar memejamkan mata dan mengembuskan napas berat, dia berusaha menenangkan hatinya. Setelah merasa lebih baik dia kembali melajukan mobilnya.

Andira yang merasakan keanehan pada Edgar pun menautkan kedua alis, “Kamu kenapa?” tanya Andira heran dengan perubahan sikap lelaki di sebelahnya itu.

“Bukan urusanmu,” ketus Edgar.

Andira yang mendapat jawaban ketus dari Edgar hanya bisa diam, dia memalingkan wajah dan melihat keluar jendela mobil. Gadis itu memandangi orang yang sedang berlalu lalang di jalanan.

Perjalanan yang mereka tempuh tidak terlalu lama karena jarak rumah Andira dan kafe tempatnya bekerja cukup dekat. Mobil berhenti di depan kafe dan Andira pun turun. Tanpa menunggu Andira berpamitan padanya, Edgar langsung melajukan mobilnya. Andira yang melihat itu hanya diam dan mulai berjalan masuk ke dalam kafe.

Edgar melajukan mobilnya dengan cukup kencang menuju kantor. sesampainya di depan kantor, dia menyerahkan kunci mobil pada satpam untuk memarkirkannya. Dia mulai melangkah masuk berjalan menuju lift lalu menekan tombol lantai 15 dan lift pun mulai naik. Pintu lift terbuka dan dia mulai melangkahkan kaki menuju ruangannya.

Edgar masuk ke dalam dan duduk di kursi kebesarannya. Dia mengambil telepon di meja dan menghubungi Aldi sang asisten.

“Ke ruangan saya, sekarang!” Tanpa menunggu jawaban dari orang yang berada di seberang telepon, Edgar mematikan dan meletakkan kembali gagang telepon tersebut.

Tak berselang lama terdengar pintu diketuk dari luar. “Masuk,” sahut Edgar dari dalam ruangan.

Pintu terbuka dan tampaklah sang asisten masuk ke dalam kemudian menutup pintunya.

“Anda memanggil saya, Tuan?” Tanyanya pada sang bos.

“Saya ingin kamu melakukan sesuatu pada seseorang,” ujarnya pada sang asisten.

“Apa itu, Tuan?” tanya sang asisten penasaran.

Edgar menyeringai dan mulai menceritakan apa yang dia lihat saat di jalan tadi pada sang asisten. Lelaki berjas hitam itu mengatakan apa rencananya pada sang asisten agar melakukan sesuai yang dia inginkan. Kali ini dia tidak bisa hanya tinggal diam melihat wanita ular itu terus menggerogoti harta kekayaan keluarganya. Sedikit kejutan mungkin akan sangat berguna untuk memberi pelajaran pada wanita itu , pikirnya.

Sementara sore ini, Andira sedang sangat sibuk melayani pelanggan yang datang ke kafe tempatnya bekerja. Entah kenapa tiba-tiba kafe mendadak jadi sangat ramai hingga membuatnya kewalahan melayani para pelanggan.

Saat dia sedang membawa piring dan gelas kotor tiba-tiba ponselnya berbunyi, gadis itu merogoh saku celana dan mengeluarkan ponsel. Dilihatnya nomor Randi tertera disana, dia segera menjawab panggilan tersebut.

“Halo,”

“Hai, Sayang. Eem … malam ini selesai kerja kamu sibuk, nggak?” tanya Randi dari seberang panggilan.

“Eem … sepertinya enggak, kenapa?”

“Aku mau ngajakin kamu makan malam, kamu bisa kan, Sayang? Nanti aku jemput,” ujar Randi.

“Makan malam dalam rangka apa?” tanyanya menyelidik, pasalnya selama ini Randi jarang sekali mengajaknya jalan-jalan apalagi makan malam. Bisa dihitung jari berapa kali mereka keluar jalan berdua, makan malam atau berkencan layaknya pasangan pada umumnya. Sesuatu yang sangat langka jika Randi tiba-tiba mengajaknya makan malam.

“Masa, mau ngajak malam harus ada perayaan dulu?” jawab Randi.

“Enggak juga sih,” ucap Andira sambil tertawa.

“Ya sudah, pokoknya nanti aku jemput,” imbuhnya sambil memutuskan panggilannya.

Andira pun melanjutkan pekerjaannya lalu kemudian, dia berjalan keluar dari dapur. Akan tetapi, langkahnya terhenti ketika matanya tak sengaja melihat seorang lelaki yang sangat dikenalnya.

“Dir, dicariin Pak Bos ganteng, tuh. Aku layani nggak mau, maunya dilayani sama kamu tuh, katanya,” Amel berkata sembari berjalan melewati Andira dengan membawa beberapa gelas kotor di tangannya untuk dibawa ke dapur.

Gadis itu mengembuskan napas berat mendengar perkataan temannya. “Ini orang kenapa menguji kesabaranku sekali, sih,” keluhnya kesal karena lelaki yang sedang menatapnya selalu mengganggu kehidupannya.

Akhirnya gadis itu pun melangkahkan kaki menuju meja tempat lelaki itu berada, dia behenti di sebelah lelaki itu.

“Apa yang ingin Anda pesan, Tuan?” tanyanya pada lelaki di sebelahnya.

Lelaki itu pun menoleh, dia tersenyum sumringah melihat Andira dan mulai mengatakan apa yang ingin dipesan pada gadis cantik di sebelahnya.

“Ada lagi?” tanyanya lagi pada lelaki di sebelahnya.

“Sepertinya cukup itu saja,” jawab lelaki itu.

Andira berbalik dan melangkahkan kakinya menuju dapur untuk menyiapkan pesanan. Tak berselang lama dia keluar dari dapur dan membawa pesanan ke meja tempat lelaki itu berada.

Dia sampai di meja tempat lelaki itu dan mulai menghidangkan pesanan sesuai pesanan Edgar.

“Selamat menikmati,” ucapnya ramah. Meskipun sekarang perasaannya sedang kesal pada lelaki di depannya, tetapi dia berusaha untuk tetap ramah pada pelanggan kafe karena tuntutan pekerjaan.

Baru saja gadis itu berbalik dan ingin pergi ke meja tempat Amel berasal, dia merasakan ada yang mencekal tangannya.

“Apa kau mau menemaniku makan?” tanya lelaki berparas tampan tersebut.

“Maaf, Tuan. Pekerjaan saya masih belum selesai, jadi saya tidak bisa menemani Anda,” Andira melepaskan cekalan lelaki itu dan dia berjalan menghampiri Amel.

Lelaki itu hanya bisa memandangi punggung Andira yang mulai menjauh hingga akhirnya dia memutuskan menyelesaikan makan dan pergi dari sana.

Langit malam ini tampak terang karena sinar rembulan. Waktu sudah menunjukkan pukul 21.00 jam kerja pun telah usai. Andira mulai membersihkan meja dan bersiap-siap untuk pulang.

“Aku duluan ya, Mel.” Andira melangkahkan kakinya keluar dari kafe. Dilihatnya Randi sudah menunggunya di luar, dia berjalan menghampiri kekasihnya itu.

“Sudah lama nunggunya?” tanya Andira pada sang kekasih.

Randi pun tersenyum sembari menggamit tangan Andira kemudian mengajaknya masuk ke mobil. Dia mulai menjalankan mobilnya menjauh dari kafe tempat Andira bekerja.

“Kita mau kemana?” tanyanya pada Randi.

“Kau akan segera mengetahuinya.”

Hingga berselang 50 menit mereka menyusuri jalanan ibukota, akhirnya mereka sampai di sebuah Restoran yang cukup terkenal di ibukota. Randi memarkirkan mobilnya dan mereka pun turun lalu berjalan masuk ke dalam restoran tersebut.

“Meja atas nama Randi Bramasta,” ujarnya pada seorang pelayan yang berdiri di samping pintu.

Pelayan itu pun menuntun mereka ke meja yang telah dia pesan. Mereka berdua pun duduk di tempat yang sudah ditunjukkan oleh pelayan tersebut sembari menunggu makanan dihidangkan. Andira nampak terkagum-kagum memandang ke sekeliling restoran tersebut karena baru kali ini Randi mengajaknya ke sebuah restoran yang cukup mewah. Nuansa di restoran tersebut sangat elegan hingga membuatnya menyadari memakai pakaian yang tidak cocok dengan situasi di tempat itu.

“Ran, kenapa kamu bawa aku ke restoran semewah ini tanpa berganti pakaian dulu?” bisiknya.

Randi pun tersenyum. “Tidak apa-apa, kamu santai saja, Sayang,” ucapnya menenangkan sang kekasih.

Tak berselang lama makanan pun datang. “Ayo kita makan dulu, setelah ini ada yang mau aku bicarakan sama kamu,” ujarnya pada Andira.

Mereka makan dengan tenang. Tidak butuh waktu lama, mereka telah menyelesaikan acara makan malam mereka.

“Dir, ayo kita menikah,” ucapnya pada sang kekasih.

Andira hampir saja tersedak oleh minumannya saat mendengar perkataan Randi.

“Ka-kamu bilang apa?” Andira membulatkan matanya mendengar perkataan Randi.

“Aku ingin kita menikah, Sayang. Sudah lama aku memikirkan hal ini hingga sampai akhirnya aku memutuskan untuk segera meminangmu,” terangnya.

"Apa ini tidak terlalu cepat?”

“Apalagi yang kamu tunggu, Sayang. Kita sudah pacaran selama empat tahun, lalu apalagi yang kamu tunggu?” seakan mengerti keraguan gadis di depannya, Randi berusaha meyakinkan Andira kalau dirinya benar-benar ingin menikahinya.

“Baiklah, kalau begitu aku akan bicarakan ini dengan Ibu dan Ayah,” ujarnya menerima keinginan sang kekasih. Karena ini jugalah yang diinginkan kedua orang tuanya agar dia segera menikah.

Tanpa mereka berdua sadari ternyata ada sepasang mata yang dari tadi mengawasi mereka.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Terjebak Cinta Tuan Arogan   Bab. 46 Dua Kejutan

    Edgar berlari menuju meja resepsionis. Lelaki itu terburu-buru menuju rumah sakit saat mendengar kabar Andira pingsan. “Sus, pasien atas nama Andira Hutama ada di mana?” tanya lelaki yang memiliki bibir tipis itu. Dia masih berusaha mengatur napas yang masih memburu setelah berlari. “Tunggu sebentar, Pak.” Suster melihat layar monitor di hadapannya. “Nyonya Andira Hutama masih di ruang IGD, Pak. Silakan lewat sebelah sana,” jelasnya menunjuk ke lorong yang terhubung dengan IGD. Edgar berlari melewati lorong tersebut menuju ke ruang IGD. Dia membuka satu persatu tirai mencari keberadaan sang istri. Saat melihat istrinya terbaring lemah, hatinya terasa sakit. Lelaki itu belum pernah melihat sang istri dalam keadaan selemah itu. Dia berjalan menghampiri wanita yang dicintainya. “Sayang ….” Tanpa terasa air mata menetes di pipi lelaki berambut hitam itu. Edgar menoleh pada asisten rumah tangganya yang saat ini berada di samping brankar sang istri. “Apa yang terjadi, Bi?”

  • Terjebak Cinta Tuan Arogan   Bab. 45 Balasan Untuk Cindy

    Keesokan paginya, Edgar terbangun saat merasakan sentuhan di pipinya. Dia perlahan membuka mata, melihat sang istri menatapnya dengan raut khawatir tampak jelas di wajahnya. “Sudah bangun, Sayang. Apa yang kamu rasakan sekarang? Apa perlu memanggil dokter?” tanya Andira beruntun. Dia takut kalau sang suami masih merasa tidak nyaman pada tubuhnya. Edgar tersenyum melihat kekhawatiran sang istri. Dia tidak menyangka kalau wanita yang sempat membencinya ini bisa sekhawatir itu padanya. “Aku baik-baik saja, Sayang. Jangan terlalu khawatir, suamimu ini sangat kuat. Lihatlah otot yang melekat di perutku ini.” Edgar menarik tangan Andira dan menempelkan di bagian bawah perutnya. Andira membulatkan mata dengan kejahilan sang suami. Bagaimana bisa lelaki di depannya sesantai itu setelah apa yang dialaminya semalam. Andira mencubit otot liat di perut suaminya itu, dia kesal melihat tingkah kekanakan suaminya. Namun, tetap saja wanita cantik itu tidak bisa mengabaikan lelaki di

  • Terjebak Cinta Tuan Arogan   Bab. 44 Bertemu Andro

    “Tuan, para tamu undangan sudah datang. Mereka sedang mencari Anda di luar,” ucap pria bertubuh ceking itu. Pria itu tak lain adalah asisten Roni, sebenarnya dari tadi dia sudah memperhatikan apa yang dilakukan atasannya itu. Akan tetapi, ragu untuk menghentikan tindakan mesum atasannya itu. Namun, saat dia melihat pria bertubuh tambun itu mulai melancarkan aksinya, hati kecilnya menjerit dan menuntunnya untuk menghentikan kelakuan mesum atasannya itu. “Sialan! Mereka mengganggu kesenanganku saja.” Roni menoleh ke arah Cindy. “Tunggu aku cantik, kita akan bersenang-senang nanti,” ucap pria itu sebelum dia pergi meninggalkan wanita cantik di depannya. Roni masih sempat mencuri ciuman di bibir wanita cantik di depannya. Cindy mengepalkan tangan, dia jijik karena sudah disentuh pria tua seperti Roni. Dia sama sekali tidak tertarik dengan pria tua bertubuh gemuk seperti pria mesum itu. Wanita bergidik ngeri membayangkan jika dirinya harus berhubungan intim dengan pria itu. Wani

  • Terjebak Cinta Tuan Arogan   Bab. 43 Jebakan Cindy

    Satu jam sebelum pesta dimulai. Terlihat seorang wanita cantik mengenakan gaun berwarna merah, berjalan masuk ke sebuah rumah mewah di Taman Indah Kapuk daerah Cengkareng, Jakarta Barat. Tempat itu memang terkenal dengan hiburan malamnya yang populer karena terletak di pesisir pantai. Banyak wisatawan yang mengunjungi tempat itu hanya untuk bisa menikmati suasana keindahan langit malam. Akan tetapi, niatnya kali ini bukanlah untuk menikmati keindahan malam di tempat itu, melainkan untuk menjalankan rencana yang sudah disusun dengan matang. Sayangnya, wanita itu tidak menyadari bahwa selama ini gerak-geriknya sudah diawasi. Wanita itu berjalan masuk ke dalam rumah mewah itu tanpa menimbulkan kecurigaan bagi orang-orang yang berlalu-lalang di sana. Dia menghampiri seorang pelayanan yang sedang sendirian dan sibuk meletakkan gelas di meja. “Maaf, apa kami bisa membantuku?” tanya wanita berambut pendek sebahu itu. Dia mengeluarkan sebuah amplop coklat tebal dari dalam tas

  • Terjebak Cinta Tuan Arogan   Bab. 42 Libido yang Menyiksa

    “Aldi, bereskan semua kekacauan ini. Jangan biarkan seorang pun tahu masalah ini,” perintah Edgar pada asistennya. Aldi meminta para pengawal membawa pria yang sudah babak belur di lantai ke markas mereka. Dia yakin ini adalah ulah seseorang yang sengaja ingin merusak reputasi istri atasannya. Hanya satu orang yang saat ini Aldi curigai. “Saya permisi dulu, Tuan. Kami akan menunggu Anda di luar.” Aldi menundukkan badan, kemudian keluar dari tempat itu. “Sayang, ini aku. Buka matamu.” Edgar perlahan menurunkan tangan sang istri dari wajahnya. Dia melihat sang istri masih ketakutan dengan tubuh yang bergetar. Dia tidak akan melepaskan siapa pun yang sudah mengganggu sang istri. Bukan Edgar namanya jika dia tidak bisa menemukan pelaku utama yang mendalangi semua ini. Perlahan Andira membuka mata, melihat sang suami berada di hadapannya. Sontak wanita cantik itu langsung memeluk lelaki di hadapannya. Dia menangis tersedu di pelukan sang suami. “Ede, maaf. Pria jahat itu—,

  • Terjebak Cinta Tuan Arogan   Bab. 41 Jebakan

    Edgar baru saja memasuki sebuah rumah mewah milik Roni Ankara, pemilik Ankara group. Pesta itu diadakan di rumah utama pemilik Ankara group itu. Pesta itu bernuansa outdoor, terletak di taman samping rumah mewah bergaya Eropa. Tampak sudah banyak para tamu undangan yang datang. Roni berjalan menghampiri Edgar yang terlihat baru datang bersama seorang wanita cantik dan asistennya. Lelaki bertubuh tambun itu terpana melihat kecantikan Andira. “Selamat datang Tuan Edgar. Rupanya Anda yang dikenal tidak pernah menjalin hubungan dengan seorang wanita, tiba-tiba bisa tertarik dengan wanita cantik ini.” Roni menjabat tangan Edgar, kemudian beralih pada Andira. Namun, saat tangannya berusaha menyentuh tangan Andira, Edgar buru-buru menepisnya. “Maaf, Tuan Roni. Wanita cantik ini adalah istri saya,” ucap Edgar singkat. Dia melingkarkan lengannya di pinggang Andira, ingin menunjukkan pada semua orang bahwa dirinya sudah memiliki istri. Semua itu dia lakukan agar para rekan bisnisn

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status