Share

Bab. 6 Buket Bunga

Penulis: Guzel Lili
last update Terakhir Diperbarui: 2024-02-27 10:43:06

  Lelaki yang duduk tak jauh dari pasangan itu hanya memandang dua orang yang sedang berpegangan tangan. Hatinya panas melihat kemesraan mereka, akhirnya dia memutuskan untuk meninggalkan restoran tersebut. Edgar mengepalkan tangan saat berjalan keluar. 

  Lelaki bersetelan jas biru tua tersebut melajukan mobilnya menuju kawasan perumahan Elit di daerah Kelapa Gading, Jakarta Utara. 

  Selang beberapa menit dia telah memasuki komplek perumahan tempat tinggalnya. Edgar memasukkan mobilnya ke dalam garasi kemudian turun dan masuk ke dalam rumah. 

  Lelaki itu berjalan menaiki tangga menuju kamar,  dia berjalan ke kamar mandi sambil melepas pakaiannya dan melemparnya asal. Lima belas menit kemudian lelaki itu telah berganti dengan pakaian tidur. 

  Lelaki bertubuh kekar itu merebahkan tubuh di ranjang king size miliknya sembari menatap langit-langit kamar. Dia mulai memikirkan berbagai rencana untuk bisa memisahkan Andira dari kekasihnya. 

  “Ini tidak bisa dibiarkan. bagaimanapun caranya, Andira harus jadi milikku,” gumamnya. Sebelum akhirnya dia memejamkan mata dan mulai terlelap. 

  Keesokan paginya, Andira terbangun dari tidur  karena suara berisik sang ibu yang memanggil-manggil namanya. Gadis itu mengerjapkan mata sembari melihat jam di dinding kamar. Waktu menunjukkan masih pukul 05.30.

  “Dira, cepat bangun!” teriak Bu Asih dari luar kamar. 

  Gadis itu pun buru-buru turun dari ranjang dan bergegas keluar kamar untuk menghampiri sangat ibu. Memangnya apa yang membuat wanita yang telah melahirkannya itu begitu heboh di pagi hari?  

  “Kenapa Ibu teriak-teriak? Ini masih pagi, memangnya ada apa, Bu?” Tanya Andira pada sangat ibu. 

  “I-itu di luar banyak sekali bunga, Dira. Apa kamu memesan bunga?” Asih mengatur napas karena usai berlari dari teras depan ke kamar putri semata wayangnya itu, wanita paruh baya yang masih tampak cantik di usianya yang sudah menginjak kepala empat tersebut. 

  Gadis itu menautkan alisnya heran dengan perkataan sangat ibu.  Dia bingung dengan hal yang disampaikan ibunya.   Bunga apa? Dan dari mana? Lalu siapa pengirimnya? Pikiran itu seketika berkecamuk memenuhi isi kepala gadis yang rambutnya masih acak-acakan itu. 

  “Bunga apa, sih, Bu? Memangnya siapa yang pesan  bunga?” tanya Andira penasaran. 

  “Ibu juga tidak tahu, coba kamu lihat sendiri di luar,” ujar Asih pada sang putri. 

  ”Eh … tapi kamu cuci muka dulu, biar ngga keliatan muka bantalnya itu. Masa anak gadis keluar rumah penampilannya acak-acakan begitu,” imbuhnya sambil melenggang pergi meninggalkan Andira. 

  Gadis itu begegas masuk ke kamar mencuci muka dan menguncir asal rambutnya, lalu dia berjalan keluar menuju halaman depan rumah. Saat di depan rumah, Andira dibuat terkejut dengan apa yang dilihatnya. Begitu banyak buket dan karangan bunga yang berjejer rapi. 

  Andira tampak berpikir, kira-kira siapa yang mengirim bunga-bunga itu? Apakah Randi kekasihnya? Sepertinya tidak mungkin karena dia bukan tipe laki-laki yang romantis. Lalu siapa? 

  Panggilan dari sang ibu membuyarkan lamunan gadis yang masih memakai baju tidur hello kitty itu. “Dir, ponsel kamu bunyi.” Sang ibu berjalan mendekat dan menyodorkan ponsel yang ada di tangannya. Dira menerima ponsel itu dan melihat nomor yang tertera di layar ponsel. Gadis berkulit putih itu mengernyit bingung karena yang meneleponnya ternyata dari nomor tidak dikenal. Awalnya dia mengabaikan panggilan itu, tetapi ponselnya berdering lagi dan panggilan tersebut tetap dari nomor yang sama. Akhirnya dia menekan tombol hijau untuk menerima panggilan tersebut.

  [“Halo, siapa ini?]” jawab Andira. 

  [“Apa kau sudah melihat semua bunga yang kukirim untukmu, Dira?”] ucap seseorang dari seberang panggilan. 

  Dira tampak berpikir, mencoba mengingat suara siapa yang sedang meneleponnya. Andira merasa tidak asing dengan suara tersebut hingga dia membulatkan mata ketika bisa mengenali suara siapa itu. 

  [“Kau—.”] Belum sempat gadis itu melanjutkan ucapannya, seseorang dari seberang panggilan itu memotong perkataan Andira. 

  [“Apa kau suka dengan bunga yang kukirim?”] tanya seorang lelaki dari seberang panggilan.  

  Gadis itu mendengkus kesal menanggapi pertanyaan dari lelaki  yang ada di seberang panggilan. Sudah cukup, dia tidak ingin Edgar terus mengganggunya seperti ini. 

  [“Sudah cukup. Hentikan semua ini, apa kamu sudah gila mengirim bunga pada wanita yang sudah memiliki kekasih!”] Gadis berkuncir kuda itu menaikkan nada bicaranya. Andira benar-benar kesal dengan tindakan Edgar yang suka seenaknya sendiri.

  [“Ya, aku memang sudah tergila-gila padamu dan aku tidak akan berhenti sebelum bisa mendapatkanmu, Dira.”] ucap Edgar dengan yakin. 

  [“Dasar, gila!”] Andira mulai emosi mendengar perkataan lelaki itu, tanpa menunggu jawaban dari Edgar, dia langsung mematikan sambungan telepon. Gadis itu menggigit bibir bawahnya, dia tidak habis pikir bagaimana mungkin lelaki kaya raya seperti Edgar bisa menyukai gadis miskin seperti dirinya. Apa lelaki itu tidak bisa memilih wanita yang pantas untuknya hingga harus gadis miskin sepertinya yang  dia cintai. 

  Andira tampak enggan menyentuh bunga-bunga itu, dia berbalik berjalan dengan gontai kembali ke kamar. Gadis itu merebahkan tubuhnya di atas ranjang sambil menatap langit-langit kamar. Dia mulai berpikir, apa yang harus dilakukan untuk bisa menghentikan kegilaan yang Edgar lakukan. Ya, dia harus membicarakan masalah rencana pernikahannya dengan Randi pada kedua orang tuanya. Semakin cepat dia menikah, maka semakin cepat pula Edgar berhenti untuk mengganggunya. 

  Gadis itu beranjak dari ranjang dan berjalan ke kamar mandi untuk membersihkan diri. Setelah selesai dengan ritual mandinya, Andira berganti pakaian kemudian keluar kamar berjalan menuju meja makan. Di sana sudah ada ayah dan ibunya yang menunggu untuk sarapan bersama. Dia duduk di kursi seberang ibunya.  Tanpa memedulikan tatapan dari kedua orang tuanya, gadis cantik itu mulai memakan masakan yang dihidangkan oleh sang ibu dengan lahap.  

  Setelah menyelesaikan sarapan, Andira mengatur napas dan mulai berbicara pada kedua orang tuanya. 

  “Bu, Yah, ada yang mau Dira katakan.” Gadis cantik itu tampak gugup saat memulai percakapan. 

  Kedua orang tuanya saling berpandangan sebelum menjawab. “Apa yang ingin kamu katakan, Nak?” tanya sang ayah. 

  “Begini. Sebenarnya Dira sama Randi berencana untuk menikah, tetapi Randi masih belum sempat datang kemari untuk berbicara pada Ayah dan Ibu,” ungkapnya. 

  “Benarkah Randi akan segera menikahimu, Nak? Lalu kapan Randi akan datang kemari dan berbicara dengan kami?” tanya sang ayah dengan wajah sumringah. 

  “Eem … itu Randi masih sibuk dengan pekerjaannya, Yah. Tapi, dia bilang akan secepatnya datang kemari untuk berbicara sama Ayah tentang rencana pernikahan kami,” ucap Andira setelah meneguk air putih. 

   “Baiklah kalau begitu, ayah akan menunggunya datang kemari untuk berbicara dengan ayah.” Danu terlihat begitu bahagia mendengar pernyataan sangat putri. Itulah yang dia harapkan selama ini, bisa melihat putri semata wayangnya menikah dengan lelaki yang dicintainya. 

  Andira tersenyum menanggapi ucapan sang ayah. Akhirnya dia lega setelah mengungkapkan niat Randi pada kedua orang tuanya. 

  “Yah, Dira hari ini libur. Boleh nggak Dira ikut ke toko bantuin Ayah?” tanyanya. 

  “Tentu saja boleh, waktu itu kamu kan, janji mau bantu menawarkan kain-kain ayah ke butik," ucap Danu sambil menaik turunkan alis. 

.

  Gadis itu tertawa melihat kelakuan sang ayah yang suka sekali menggodanya. Namun, tawanya terhenti saat mendengar suara pintu diketuk dari luar rumah. Mereka saling berpandangan seakan saling bertanya siapa kira-kira yang sepagi ini bertamu. Andira berdiri dan berjalan ke depan untuk melihat siapa yang datang. 

  

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Terjebak Cinta Tuan Arogan   Bab. 46 Dua Kejutan

    Edgar berlari menuju meja resepsionis. Lelaki itu terburu-buru menuju rumah sakit saat mendengar kabar Andira pingsan. “Sus, pasien atas nama Andira Hutama ada di mana?” tanya lelaki yang memiliki bibir tipis itu. Dia masih berusaha mengatur napas yang masih memburu setelah berlari. “Tunggu sebentar, Pak.” Suster melihat layar monitor di hadapannya. “Nyonya Andira Hutama masih di ruang IGD, Pak. Silakan lewat sebelah sana,” jelasnya menunjuk ke lorong yang terhubung dengan IGD. Edgar berlari melewati lorong tersebut menuju ke ruang IGD. Dia membuka satu persatu tirai mencari keberadaan sang istri. Saat melihat istrinya terbaring lemah, hatinya terasa sakit. Lelaki itu belum pernah melihat sang istri dalam keadaan selemah itu. Dia berjalan menghampiri wanita yang dicintainya. “Sayang ….” Tanpa terasa air mata menetes di pipi lelaki berambut hitam itu. Edgar menoleh pada asisten rumah tangganya yang saat ini berada di samping brankar sang istri. “Apa yang terjadi, Bi?”

  • Terjebak Cinta Tuan Arogan   Bab. 45 Balasan Untuk Cindy

    Keesokan paginya, Edgar terbangun saat merasakan sentuhan di pipinya. Dia perlahan membuka mata, melihat sang istri menatapnya dengan raut khawatir tampak jelas di wajahnya. “Sudah bangun, Sayang. Apa yang kamu rasakan sekarang? Apa perlu memanggil dokter?” tanya Andira beruntun. Dia takut kalau sang suami masih merasa tidak nyaman pada tubuhnya. Edgar tersenyum melihat kekhawatiran sang istri. Dia tidak menyangka kalau wanita yang sempat membencinya ini bisa sekhawatir itu padanya. “Aku baik-baik saja, Sayang. Jangan terlalu khawatir, suamimu ini sangat kuat. Lihatlah otot yang melekat di perutku ini.” Edgar menarik tangan Andira dan menempelkan di bagian bawah perutnya. Andira membulatkan mata dengan kejahilan sang suami. Bagaimana bisa lelaki di depannya sesantai itu setelah apa yang dialaminya semalam. Andira mencubit otot liat di perut suaminya itu, dia kesal melihat tingkah kekanakan suaminya. Namun, tetap saja wanita cantik itu tidak bisa mengabaikan lelaki di

  • Terjebak Cinta Tuan Arogan   Bab. 44 Bertemu Andro

    “Tuan, para tamu undangan sudah datang. Mereka sedang mencari Anda di luar,” ucap pria bertubuh ceking itu. Pria itu tak lain adalah asisten Roni, sebenarnya dari tadi dia sudah memperhatikan apa yang dilakukan atasannya itu. Akan tetapi, ragu untuk menghentikan tindakan mesum atasannya itu. Namun, saat dia melihat pria bertubuh tambun itu mulai melancarkan aksinya, hati kecilnya menjerit dan menuntunnya untuk menghentikan kelakuan mesum atasannya itu. “Sialan! Mereka mengganggu kesenanganku saja.” Roni menoleh ke arah Cindy. “Tunggu aku cantik, kita akan bersenang-senang nanti,” ucap pria itu sebelum dia pergi meninggalkan wanita cantik di depannya. Roni masih sempat mencuri ciuman di bibir wanita cantik di depannya. Cindy mengepalkan tangan, dia jijik karena sudah disentuh pria tua seperti Roni. Dia sama sekali tidak tertarik dengan pria tua bertubuh gemuk seperti pria mesum itu. Wanita bergidik ngeri membayangkan jika dirinya harus berhubungan intim dengan pria itu. Wani

  • Terjebak Cinta Tuan Arogan   Bab. 43 Jebakan Cindy

    Satu jam sebelum pesta dimulai. Terlihat seorang wanita cantik mengenakan gaun berwarna merah, berjalan masuk ke sebuah rumah mewah di Taman Indah Kapuk daerah Cengkareng, Jakarta Barat. Tempat itu memang terkenal dengan hiburan malamnya yang populer karena terletak di pesisir pantai. Banyak wisatawan yang mengunjungi tempat itu hanya untuk bisa menikmati suasana keindahan langit malam. Akan tetapi, niatnya kali ini bukanlah untuk menikmati keindahan malam di tempat itu, melainkan untuk menjalankan rencana yang sudah disusun dengan matang. Sayangnya, wanita itu tidak menyadari bahwa selama ini gerak-geriknya sudah diawasi. Wanita itu berjalan masuk ke dalam rumah mewah itu tanpa menimbulkan kecurigaan bagi orang-orang yang berlalu-lalang di sana. Dia menghampiri seorang pelayanan yang sedang sendirian dan sibuk meletakkan gelas di meja. “Maaf, apa kami bisa membantuku?” tanya wanita berambut pendek sebahu itu. Dia mengeluarkan sebuah amplop coklat tebal dari dalam tas

  • Terjebak Cinta Tuan Arogan   Bab. 42 Libido yang Menyiksa

    “Aldi, bereskan semua kekacauan ini. Jangan biarkan seorang pun tahu masalah ini,” perintah Edgar pada asistennya. Aldi meminta para pengawal membawa pria yang sudah babak belur di lantai ke markas mereka. Dia yakin ini adalah ulah seseorang yang sengaja ingin merusak reputasi istri atasannya. Hanya satu orang yang saat ini Aldi curigai. “Saya permisi dulu, Tuan. Kami akan menunggu Anda di luar.” Aldi menundukkan badan, kemudian keluar dari tempat itu. “Sayang, ini aku. Buka matamu.” Edgar perlahan menurunkan tangan sang istri dari wajahnya. Dia melihat sang istri masih ketakutan dengan tubuh yang bergetar. Dia tidak akan melepaskan siapa pun yang sudah mengganggu sang istri. Bukan Edgar namanya jika dia tidak bisa menemukan pelaku utama yang mendalangi semua ini. Perlahan Andira membuka mata, melihat sang suami berada di hadapannya. Sontak wanita cantik itu langsung memeluk lelaki di hadapannya. Dia menangis tersedu di pelukan sang suami. “Ede, maaf. Pria jahat itu—,

  • Terjebak Cinta Tuan Arogan   Bab. 41 Jebakan

    Edgar baru saja memasuki sebuah rumah mewah milik Roni Ankara, pemilik Ankara group. Pesta itu diadakan di rumah utama pemilik Ankara group itu. Pesta itu bernuansa outdoor, terletak di taman samping rumah mewah bergaya Eropa. Tampak sudah banyak para tamu undangan yang datang. Roni berjalan menghampiri Edgar yang terlihat baru datang bersama seorang wanita cantik dan asistennya. Lelaki bertubuh tambun itu terpana melihat kecantikan Andira. “Selamat datang Tuan Edgar. Rupanya Anda yang dikenal tidak pernah menjalin hubungan dengan seorang wanita, tiba-tiba bisa tertarik dengan wanita cantik ini.” Roni menjabat tangan Edgar, kemudian beralih pada Andira. Namun, saat tangannya berusaha menyentuh tangan Andira, Edgar buru-buru menepisnya. “Maaf, Tuan Roni. Wanita cantik ini adalah istri saya,” ucap Edgar singkat. Dia melingkarkan lengannya di pinggang Andira, ingin menunjukkan pada semua orang bahwa dirinya sudah memiliki istri. Semua itu dia lakukan agar para rekan bisnisn

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status