Abigail dan Ashton menginjakkan kaki di apartemen Zachary. Pria itu menyambut mereka dengan senyum terkembang yang lebih banyak diarahkan kepada Abigail. Tak berbeda dengan Sidney. Dia cukup bersemangat dengan adanya makan malam ini. Baginya ini merupakan kesempatan yang baik untuk mendekat pada Ashton sekaligus membuat Zac cemburu. Namun sayang, Ashton tak melepaskan genggaman tangan dari Abigail meski hanya sekejap. Artinya jelas, dia tidak membuka peluang bagi orang lain hadir di antara dirinya dan sang kekasih. Apa yang dilakukan Ashton tentu saja membuat Sidney kesal sekaligus heran. Mengapa Ashton dan Zachary yang sudah memiliki dirinya sebagai kekasih, bahkan sudah merencanakan pernikahan dengannya, begitu terpikat pada Abigail yang terlihat biasa saja di matanya. Tidak. Sesungguhnya dia mengakui kalau gadis itu memang mempunyai pesona luar biasa. Sesuatu yang tak mungkin dia miliki. Meski jika dihitung, dana yang dia keluarkan untuk perawatan tubuh pastilah lebih banyak diba
Zac dan Sidney telah bersiap karena ayah, ibu, dan adiknya akan datang untuk makan malam. Bukan perayaan besar, hanya membahaa tentang kerjasamanya dan Abby sekaligus sedikit percakapan antara ayah dan anak—seperti biasa, menjawab rasa penasaran ayahnya, bagaimana hingga dia bisa menjalin hubungan bisnis dengan perusahaan Abby.Yang Garry ketahui, Abby sangat sulit untuk diajak berkompromi. Tak sedikit dari pemilik perusahaan yang harus kembali dengan tangan kosong ketika bernegosiasi dengan bos wanita salah satu perusahaan multinasional itu.Zac sendiri, antara bangga karena telah sukses secara karir dan pencapaian, tetapi hampa karena makin lama tujuan mendekati Abigail bukanlah lagi perkara bisnis, melainkan cinta. Dan dia sudah menelan kekecewaan atas itu."Aku sangat bangga padamu, Zac. Tidak salah jika Emers Group kuserahkan di bawah pimpinanmu." Senyum bangga terulas di wajah pria berkumis yang tampak telah tergerus usia. Terlihat jelas tubuh tambunnya yang menyusut sehingga le
Abby tepekur sendiri, memikirkan apa yang dikatakan Alice tentang adiknya. Sebegitu sulitkah untuk menemukan pemuda itu? Haruskah dirinya sendiri yang turun tangan dan mencari? Sungguh, dirinya tengah dihajar habis-habisan oleh ujian yang tak kunjung henti. Dia kuat, masih sama seperti sebelumnya. Hanya, kuat saja rasanya tak cukup untuk bisa melalui segalanya. Dia membutuhkan teman yang dapat dia andalkan untuk berbagi. Alice, tentu saja. Namun, Abby tak bisa selalu mengharap Alice untuk datang menemui. Gadis itu harus menjalankan misi yang tidak main-main, mencari keberadaan Gin, yang untuk menemukan keberadaannya sungguh sangat menguras emosi. Dia licin, dan sulit untuk dibekuk. Lalu, bagaimana dengan Ashton? Pria itu memang sahabat sekaligus kekasihnya di masa lalu, hadir kembali dan memberi harapan baru baginya. Namun, dia tak pernah menceritakan secara gamblang tentang kehidupannya.Ashton hanya mengetahui kulit luar kehidupan Abby, tidak
Setelah kegagalan misi menemukan Gin, Alice membuat rencana lain, tentu saja untuk tujuan yang sama. Dia berharap taktik ke sekian kali ini akan membuahkan hasil. Namun, sebelum menjalankan rencana, ada hal yang ingin dia lakukan.Sama seperti Abby, dia pun penasaran mengenai Dokter Gregory. Bagaimana pria itu bisa mengetahui identitas asli Abby? Dia bahkan ingat betul, dirinya sama sekali tidak mengungkit tentangnya selain hanya bertanya mengenai Gin, yang saat itu masih sangat kecil.Bodohnya, dia tidak menaruh curiga pada dokter berwajah tampan itu.Karenanya, hari ini dia memutuskan untuk kembali ke panti rehabilitasi dan bertemu dengan Dokter Gregory. Dia tak mampu lagi menahan, terlebih Abigail merasa dirinya terancam ketika mengetahui bahwa dokter itu seolah tahu banyak tentang keluarga Anderson.Alice sudah bersiap, mengenakan pakaian terbaik, masih sama seperti ketika terakhir kali berkunjung ke sana. Penampilan yang tak tampak seperti sebuah manipulasi. Demi Abby dan keluarg
Alice, dengan berbalut pakaian serba hitam, menyusuri pinggiran kota dan memasuki sebuah gang kecil. Beberapa orang yang dia temui di daerah tempat tinggal Gin—adik Abigail, menginformasikan bahwa pemuda itu sudah berada di sekitar distrik Sommertown, cukup jauh dari Mount Avery.Ini kali ke berepa sudah dia harus menempuh jarak yang lumayan demi mencari Gin. Namun, pemuda itu terlalu licin hingga beberapa kali Alice kembali kehilangan jejak.Dia akan pastikan untuk 'perburuan' kali ini, tak akan lagi terkecoh dengan apa pun, setelah sebelumnya beberapa kali tertipu oleh hal yang tak masuk akal. Entah apa yang membuat pemuda ini seolah begitu ketakutan bertemu dengannya. Seperti ada yang mendoktrin bahwa kedatangannya adalah untuk sesuatu yang membahayakan nyawanya atau semacamnya.Alice menemukan alamat yang dia dapatkan dari seseorang mengenai tempat persembunyian Gin. Meski sudah memilih waktu yang tepat untuk bertemu, tetapi tidak menutup kemungkinan Gin akan kembali melarikan dir
Alice mendatangi kantor Abby setelah sekian lama tak muncul. Dia sudah membaca berita tentang kedatangan seorang pebisnis muda, yang ternyata merupakan kekasih Abigail, Ashton. "Aku tidak menyangka kau sudah memiliki kekasih," komentar Alice, yang membuat Abby tersipu. "Ingatlah, Alice, semua yang dilakukan oleh seorang pebisnis adalah kembali untuk bisnis," tukasnya sembari menuangkan kopi untuk Alice. "Bagaimana kabarmu setelah menghilang sekian lama?" "Oh ... kau pasti bisa melihatnya sendiri. Aku baru saja melakukan misi. Sungguh tak mudah menemukan adikmu. Setiap kali mendapat informasi keberadaannya, dia menghilang begitu aku tiba. Sangat aneh mengingat tak ada seorang pun yang mengenalinya." Abigail tertegun mendengar cerita Alice, tangannya yang sedari tadi menuangkan kopi hanya diam di tempat, menyebabkan kopi meluber kemana-mana. "Hey, Abby, kopimu!" Abigail tersentak mendengar peringatan dari Alice, alhasil teko berisi cairan hitam pekat yang masih panas itu terj