Share

Menjadi peran antagonis

Shelvy mengerjapkan matanya beberapa kali. Rasa lengket di sekujur tubuh benar-benar kentara. Membuatnya tak nyaman dan ingin bergegas untuk pergi mandi.

Dia bertanya pada dirinya sendiri, sebenarnya apa yang membuat badannya lengket seperti sekarang? Padahal mandi merupakan rutinitas penting yang selalu dilakukannya sebelum tidur. Jadi tidak mungkin rasa lengket ini berasal dari keringat.

Diturunkannya tangan kanan ke bawah selimut untuk merasakan beberapa bagian tubuhnya yang terasa lengket.

Matanya terbuka lebar saat menyadari tak ada baju yang melekat pada tubuhnya. Perlahan dengan wajah ketakutan diintipnya dari balik selimut dan benar saja, dia memang tengah telanjang bulat.

Refleks kedua tangannya menarik selimut sampai batas leher. Bagaimana bisa dia tidur dengan keadaan telanjang seperti ini?

"Sayang.. jam berapa sekarang?"

Suara parau seorang pria membuat Shelvy semakin bergidik ngeri. Siapa pria tampan ini? Bisa-bisanya dia baru sadar bahwa ada orang lain yang berbaring di tempat tidurnya. Apalagi orang itu adalahpria setampan ini.

Sebenarnya apa yang terjadi? Bukannya terakhir kali yang Shelvy ingat, dia masih baik-baik saja di kamarnya sambil bermain gadget.

Mata Shelvy memandang sekeliling kamar. Ini bukan kamarnya. Kamar ini jauh lebih luas dan mewah puluhan kali lipat jika dibandingkan dengan miliknya.

Tak kunjung mendapat jawaban, akhirnya pria itu menatap ke arah Shelvy yang tampak ketakutan dan kebingungan.

"Kamu kenapa, Sayang? Kamu habis mimpi buruk, em?"

Pria itu beranjak. Tangan besarnya mulai mendekat untuk meraih tubuh Shelvy ke dalam dekapannya.

"Jangan mendekat!" Sentak Shelvy kemudian, membuat dahi si pria mengerut tak mengerti.

Tidak peduli seberapa tampan pria di depannya, tetap saja mereka tidak seharusnya bersama di atas tempat tidur. Apalagi dengan keadaan Shelvy yang telanjang bulat.

"Kamu kenapa?" Tanya si pria semakin khawatir.

"Pokoknya jangan mendekat!" Tegas Shelvy sambil menarik semua selimut untuk dirinya sendiri. Dia tak ingin berbagi selimut dengan orang lain. Apalagi dengan seorang pria.

Namun sial ulahnya itu malah membuatnya semakin menyesal. Kenapa dia sempat berpikiran bahwa yang telanjang disini hanyalah dirinya.

"Oh astaga!!" Pekik Shelvy sambil menutup wajahnya.

"Sayang kamu kenapa sih? Jangan buat aku ketakutan begini."

"Jangan mendekaaaaaat… Sudah kubilang jangan mendekat!" Teriak Shelvy lagi semakin brutal saat pria itu kembali mendekatinya.

"Cepat pakai bajumu!" Sentaknya lagi.

Pria itu tersenyum simpul saat tahu kenapa alasan pacarnya ini bertindak aneh.

"Kenapa kamu harus malu melihatku telanjang?" Dengan tenaga ekstra, tubuh Shelvy tiba-tiba saja ditarik lebih dekat ke arah si pria.

"Agh! Kamu mau apa?!" Paniknya.

"Bukannya semalam kita sudah merasakan satu sama lain? Kenapa tiba-tiba saja kamu menjadi pemalu seperti ini? Kamu sedang akting menjadi remaja perawan, em?" Bisik suara itu pada telinga Shelvy. Membuat sekujur tubuh telanjangnya bergidik ngeri.

Tak kuat lagi menahan semua hal yang berbau vulgar yang terjadi. Tangan kecil Shelvy mendorong tubuh yang dua kali lipat lebih besar darinya itu hingga jatuh terguling dari atas tempat tidur.

"Yang, sakit.." rintih si pria. Tubuh polosnya terjerembab di lantai dengan posisi tak senonoh. Shelvy yang tak ingin melihat pemandangan perusak mata, langsung membuang muka dan tak ada niatan untuk membantu.

Bahkan diambilnya kesempatan ini untuk turun dari tempat tidur, tentu masih dengan selimut yang membungkus seluruh tubuhnya.

Shelvy memungut semua baju si pria dan kemudian melempar ke arahnya yang masih tersungkur di lantai.

"Kamu.. keluar sekarang juga!"

"Sayangku Shelvy, kamu marah sama aku? Aku ada salah, ya?"

"Nggak ada sayang-sayangan, cepat pergi!"

Tunggu dulu, Shelvy? Buru-buru dia berlari ke arah cermin. Sebenernya kamar ini sendiri dikelilingi banyak cermin, jadi dia bisa pergi ke arah manapun untuk bercermin.

Dan benar saja. Bayangan yang dipantulkan cermin bukanlah wajah asli Ocha. Sebenarnya apa yang sudah terjadi? Bagaimana bisa wajahnya berubah? Bahkan namanya pun juga berubah.

Shelvy berbalik saat mendapati si pria yang berjalan ke arahnya. Pakaiannya kini sudah dia kenakan.

Mari kita lihat, tinggi pria ini sekitar 180 cm lebih. Bahunya tegap dengan tubuh berotot. Wajahnya tegas dengan bulu tipis dia sebagian area bawah wajahnya.

"Zi-Zion..?" Tanya Shelvy memastikan.

"Ya? Ada apa?" Tatapan Shelvy disalah artikan oleh Zion. "Baik, oke. Aku akan segera pergi dari sini. Telepon aku kalau kamu sudah merasa lebih baik." Balas Zion yang sepertinya salah paham.

Padahal tadi Ocha, yang kini berada di tubuh Shelvy hanya ingin memastikan siapa nama pria yang bersamanya.

Zion mendekat dan mengecup kening Shelvy sayang. Sedangkan yang dicium hanya bisa berdiam diri syok dengan apa yang baru saja terjadi.

Bahkan setelah terdengar suara pintu tertutup, mata Shelvy masih saja menatap kosong. Tubuhnya jatuh ke lantai.

Sebenarnya apa yang sedang terjadi. Shelvy? Zion? Bagaimana bisa dia masuk ke dalam novel dan menjadi Shelvy?

Jangan-jangan ini yang dimaksud penulis dengan menulis ulang akhir cerita. Mungkin saja ini karma yang harus Ocha terima karena berkata kasar pada penulis.

Bukankah ini terlalu berlebihan? Sebenarnya penulis ini penyihir atau apa? Bagaimana bisa dia membuat Ocha menjadi salah satu tokoh dalam ceritanya?

Sebentar, dia menjadi Shelvy? Lalu.. berarti nanti dia akan berakhir terbunuh di tangan Monica secara tragis.

Astaga Tuhan.. bagaimana ini? Ocha masih merasa sangat muda untuk mati secara tragis.

Tubuhnya menggigil ketakutan. Kenapa juga dia harus menanggung dosa yang bukan dia perbuat?

Ocha bahkan tak ingin berselingkuh sama sekali. Dia juga sangat membenci Shelvy setengah mati dan mengagumi sosok Monica sebagai wanita mandiri.

Bagaimana bisa Ocha harus mati ditangan tokoh yang dia kagumi?

Shelvy akhirnya meraung sambil menangis, merasa tak adil dengan semua ini. Dia merasa tak pantas harus menerima hukuman dari dosa yang bahkan tidak dia perbuat.

Dimasukkan ke dalam cerita dan diberikan peran sebagai antagonis. Sebenarnya apa dosa yang telah dia perbuat sampai dia harus menerima ini semua?

Sialan! Sekarang bagaimana caranya dia bisa keluar dari dunia novel ini dan menyelamatkan nyawanya.

Dia harus segera mencari cara untuk menyelamatkan diri dari rencana pembunuhan Monica. Padahal dia hanya ingin sedikit merubah akhir cerita. Ocha hanya ingin mencari keadilan untuk Monica. Kenapa malah berakhir dengan dia yang sengsara?

Tapi tunggu, bagaimana kalau Ocha merubah alur ceritanya? Dia mungkin bisa saja membuat Shelvy berteman dengan Monica. Sepertinya sekarang belum terlambat baginya untuk mendapat pengampunan dosa.

Jika itu berhasil, siapa tahu dia juga akan selamat.

Shelvy bangkit dan mencari secarik kertas dan juga pulpen. Dia menulis apa-apa cara agar terhindar dari kemalangan yang akan menimpanya.

Cara untuk bertahan hidup :

1. Memutuskan Zion

2. Mencoba berteman dengan Monica

3. Mencari cara keluar dari cerita ini

Benar. Yang paling penting adalah dia harus segera keluar dari cerita ini. Namun sebelum itu, tentu saja dia harus bertahan hidup terlebih dahulu.

Tanpa sadar sedari tadi Shelvy sudah meninggalkan selimutnya di lantai.

Membuatnya bisa melihat dengan jelas lekukan tubuh indah yang kini menjadi miliknya itu.

Shelvy berlenggak-lenggok di depan cermin besar seukuran tubuhnya. Dia juga meraba pada bagian dada. Bagaimana bisa pinggang sekecil ini, tapi bisa memiliki dada besar dan penuh.

Belum lagi tubuh bagian bawahnya. Astaga.. penulis benar-benar membuat sosok peran antagonis ini begitu indah.

Pantas saja Zion sampai tergila-gila dan mau membalas dendam kepada istrinya sendiri setelah Shelvy terbunuh.

Shelvy menggeleng kencang. Jangan aneh-aneh. Pokoknya tetap berada di tim istri sah, titik.

***

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status