Share

Adik Tak Tahu Diri

Akhirnya Shelvy selamat dari adegan tak senonoh dalam cerita novel. Yah.. walaupun pada akhirnya saat pulang tadi wajah Zion bertambah semakin menakutkan dari sebelumnya.

Mau bagaimana lagi. Dia hanya gadis berusia 20 tahun yang terjebak dalam tubuh wanita berusia 30 tahunan.

Kehidupan percintaan keduanya berbanding terbalik. Ocha yang belum pernah merasakan cinta pertama, sudah harus menghadapi dunia pernikahan dan perselingkuhan penuh gairah seperti sekarang.

Shelvy mencoba meraih kunci apartemen dari dalam tas. Namun belum sempat dia mendapatkan kuncinya, seseorang lebih dulu mendorong tubuhnya menempel pada dinding dengan pisau yang diarahkan ke lehernya.

Tubuh Shelvy menjadi kaku saat dinginnya pisau terasa di kulit lehernya. Bulu tubuhnya merinding ketakutan dengan serangan dadakan yang dia terima.

Belum lagi tenaga besar yang diberikan dari si penyerang semakin membuat Shelvy tak berdaya.

Astaga apa yang sedang terjadi? Apa sekarang dia sedang dirampok?

"Sekarang jalang sialan ini berani mengabaikan pesanku, heh?!" Murkanya.

Mendengar ucapan si perampok membuat Shelvy sadar ternyata laki-laki ini adalah adiknya sendiri. Adik macam apa yang ingin menggorok leher kakaknya.

Di dalam novel tak pernah sekalipun kejadian ini terjadi. Makanya Shelvy tak mengira bahwa adiknya akan berbuat senekat ini hanya demi uang.

Jika tahu hal ini akan terjadi pasti dia tak akan berani menghiraukan pesan sang adik.

Padahal Ocha sudah berusaha sangat keras untuk menjauh dari takdir meregang nyawa di tangan Monica, namun nyatanya semua ini berakhir lebih parah.

Bagaimana jika cerita ini akan berakhir lebih cepat dengan dirinya yang terbunuh ditangan adik kandungnya sendiri?

Shelvy yang ketakutan tak tahu harus berbuat apa. Mau berteriak pun dia tak memiliki keberanian. Salah-salah bisa saja pisau itu lebih dulu mengiris lehernya bahkan sebelum mendapatkan bantuan.

Sekarang hal terbaik yang bisa dia lakukan hanyalah pasrah dan berdoa. Air matanya pun perlahan turun dari sudut matanya.

Pikirannya jadi kemana-mana. Dia jadi merasa bersalah pada mamanya. Selama ini selalu saja membantah jika diberi tahu.

Apakah setelah mati di dunia ini Ocha bisa kembali kedunianya? Atau malah sebaliknya dia mungkin tak bisa pulang dan berakhir menghilang.

"Cepat berikan uangnya. Dimana kamu menyimpan uangnya?!"

"Di-di dalam tas," ucap Shelvy terbata.

Belum sempat tas itu dirampas, tiba-tiba saja tubuh adiknya ditarik dan wajahnya ditonjok sampai tersungkur di lantai.

"Brengsek! Si-" belum sempat dia menyelesaikan kalimatnya, kerah bajunya sudah ditarik hingga dia berdiri lagi.

Adik itu berusaha melepaskan cengkraman tangan Zion di kerah lehernya. Namun sayangnya dia kalah kuat dan tak bisa lolos dengan mudah.

"Siapa kau bedebah sialan! Jangan campuri urusanku!"

"Bedebah? Bukannya kamu yang bedebah? Dasar adik tak tahu diri."

Senyum simpul terlihat di wajah sang adik. Ternyata bajingan ini mengenalnya. Pasti dia salah satu laki-laki jutawan kenalan sang kakak. Atau lebih tepatnya salah satu sumber uangnya.

"Ohh.. ternyata kau salah satu anjing dari jalang sialan ini."

Satu pukulan berhasil mendarat di wajahnya lagi, "jaga mulut kotormu itu!" Geram Zion.

Adiknya melirik ke arah sang kakak sambil tersenyum. Tak peduli dengan rasa perih akibat luka di sudut bibirnya.

"Ternyata jalang sepertimu hidup lebih baik dari apa yang aku pikirkan."

Dia menegakkan tubuhnya, "untuk kali ini aku akan membiarkanmu. Lain kali jika uang itu tak segera kau siapkan, jangan harap kau bisa selamat untuk kedua kalinya." Kemudian dia pergi.

Sebenarnya Zion ingin mengejarnya untuk diserahkan kepada polisi, namun tampaknya ada yang lebih penting dari itu sekarang.

Zion langsung membantu menopang tubuh Shelvy berdiri. Tubuhnya masih gemetar ketakutan. Dia hampir saja menangis sambil memanggil mamanya jika saja Zion tak datang menolong.

"Kamu nggak pa-pa, kan?"

Shelvy menggeleng pelan sambil menahan isak tangisnya.

"Tidak apa-apa. Sekarang kamu sudah selamat. Semuanya akan baik-baik saja." Zion memeluk Shelvy sejenak sebelum akhirnya membawanya masuk ke dalam apartemen.

***

Malam ini Shelvy membiarkan Zion menginap. Bahkan dia merasa sangat bersyukur Zion mau menginap.

'Maafkan aku Monica, tapi untuk kali ini saja aku akan meminjam suamimu sebentar.' Sesalnya dalam hati.

Dia merasa sangat bersalah pada Monica karena tak mengusir Zion pergi. Apakah yang dilakukannya sekarang juga terhitung sebagai berselingkuh?

Masalahnya kejadian tadi membuat trauma yang cukup hebat bagi Shelvy. Dia tak tahu harus meminta pertolongan pada siapa lagi saat berada di dunia ini.

Dia tak habis pikir dengan kehidupan Shelvy. Kedua orang tuanya sudah meninggal dan meninggalkan adik laki-laki yang sangat bermasalah.

Bisa dikatakan bahwa Shelvy ini hidup sebatang kara. Dengan ditambah beban yang bahkan bisa membuat hidupnya berakhir kapan saja.

Tiba-tiba saja dia jadi teringat Chio, adiknya di dunia lain. Mereka selalu saja bertengkar, dia jadi merasa takut jika Chio bisa saja berubah menjadi manusia menakutkan seperti adik Shelvy.

"Makan dulu."

Zion membawa mangkuk yang sudah berisi makanan dan juga segelas air putih di depan Shelvy. Diluar dugaan Zion tak mengungkit lagi masalah putusnya hubungan mereka.

Yang ada dia malah merawat Shelvy dengan sangat baik. Pantas saja Shelvy yang begitu cantik rela menjadi pelakor dan mencoba merebut Zion dari istrinya sampai harus meregang nyawa.

Mungkin karena itulah cara yang Shelvy tahu untuk bisa mendapatkan pria yang bisa menjaganya. Merebutnya dari orang lain. Meskipun begitu, Ocha tak membenarkan apa yang sudah Shelvy perbuat. Tidak seharusnya dia merampas kebahagiaan orang lain demi kebahagiaan dirinya sendiri.

"Makasih."

Shelvy menerima mangkuk dari Zion dan perlahan mulai menyendok masuk ke dalam mulutnya.

Karena rasa takut belum hilang sepenuhnya, tangan Shelvy masih bergetar saat memegang sendok. Melihat hal itu dengan sigap Zion mengambil alih untuk menyuapi Shelvy.

"Mas Zion nggak makan?" Tanyanya setelah menerima suapan pertama dari Zion..

"Nanti. Kamu habiskan dulu makananmu."

Shelvy mengangguk mengerti.

Sebenarnya di novel tak pernah dijelaskan secara gamblang bagaimana perasaan Shelvy pada Zion. Apakah wanita ini benar-benar mencintainya atau hanya sekedar memanfaatkannya.

Yang selalu penulis jelaskan hanyalah bagaimana Shelvy sangat merasa bersyukur memiliki Zion yang selalu ada disampingnya. Karena Zion selalu menjaga dan melindunginya.

Sesekali Shelvy menatap penjuru ruang apartemen miliknya. Rumah ini saja juga dibelikan oleh Zion. Tentu saja Zion membeli bangunan ini secara tunai tanpa perantara bank.

Dia tak sebodoh itu untuk meninggalkan jejak yang bisa membuat istrinya curiga.

Shelvy tersenyum kecil. Pemilik rumah ini sebenarnya adalah Zion walaupun di dalam surat tercantum namanya. Tapi bisa-bisanya dia pernah mengusir Zion dari sini.

Yang lebih lucu lagi adalah, Zion tak pernah membelikan hal mewah apapun kepada istrinya. Dan dia malah membelikan selingkuhannya sebuah apartemen mewah.

"Kenapa? Apa ada yang lucu?" Tanya Zion penasaran saat melihat Shelvy tersenyum.

Shelvy menggeleng kecil, "tidak, tidak ada yang lucu."

"Mas, aku sepertinya ingin melaporkan Ello ke polisi. Bagaimana menurutmu?"

Zion tampak terkejut mendengar ucapan Shelvy. Karena sudah berkali-kali dia menyarankan hal ini tapi berujung selalu mendapatkan penolakan darinya.

Shelvy selalu bersikeras bahwa Ello adalah keluarga satu-satunya yang dia miliki. Jadi dia merasa tak sanggup menjebloskan keluarga satu-satunya yang dia punya ke dalam penjara.

Bagus kalau sekarang Shelvy sudah sadar bahwa sesekali adiknya itu perlu diberi pelajaran dan dihukum secara pidana.

"Tentu saja kamu bisa melakukannya. Aku akan mendukung dan membantu mengurus prosesnya."

"Terimakasih, Mas."

"Sama-sama."

Zion pun kembali menyuapi Shelvy sampai makanan itu tak bersisa.

***

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status