Share

Tugas keluar kota

Hari ini di kantor benar-benar sangat sibuk. Shelvy sangat bersyukur akan hal itu, karena dia tak perlu repot-repot untuk menghindari Zion.

Namun sialnya dia lupa akan satu hal, yaitu perjalanan bisnis keluar kota yang dibahas setelah rapat pagi tadi.

Walaupun perjalanan ini dilakukan oleh beberapa orang dari divisi mereka, tapi dia merasa cemas jika kejadian di novel benar-benar akan terjadi.

Jika menurut novel, dari lima orang yang berangkat mereka akan memiliki kamar masing-masing dan sayangnya harus berbeda lantai.

Tapi nanti secara ajaib Zion dan Shelvy akan berada di lantai yang sama. Tentu setelah itu sudah dipastikan apa yang akan terjadi.

"Ah sialan. Bagaimana aku harus menghindarinya?" Monolognya saat berada di tempat coffee break.

"Eit, kamu kenapa marah-marah sendiri, Shel? Sedang ada masalah?" Tanya seorang laki-laki dengan nada merayu. Laki-laki ini merupakan teman satu divisi Shelvy.

Shelvy melirik kartu identitas yang tergantung di leher si laki-laki.

'Oh.. jadi ini yang namanya Fendi.' Terkanya dalam hati. Shelvy ingat Fendi pernah disebutkan sekali dalam cerita.

Laki-laki ini sangat menyukai Shelvy. Tentu saja suka dalam kontek yang buruk, karena Fendi hanya tertarik dengan tubuh dan kecantikan wanita saja.

Bahkan saat nama ini disebut dalam novel, hal yang dia lakukan adalah dengan melecehkan Shelvy. Sepertinya dia harus menjaga jarak dengan laki-laki ini. Semakin jauh semakin bagus.

"Bukan apa-apa," balasnya kemudian meninggalkan tempat coffee break.

Fendi terlihat seperti ingin menahan tangan Shelvy, tapi buru-buru Shelvy pindahkan tangan ke bagian depan tubuhnya.

Bagus hari ini dia memilih bawahan celana, jadi kaki jenjangnya bisa melangkah leluasa dan kabur dengan mudahnya.

Setelah ini mari menyusun rencana pelarian dari hal tak senonoh yang akan terjadi.

***

Sesampainya di salah satu hotel Surabaya, mereka akhirnya check-in pada hotel yang sudah dipesan. Sesuai perkiraan Shelvy, dia dan Zion berada di lantai persis seperti yang tertulis dalam narasi novel.

Kelima pegawai kantor memasuki lift bersamaan, namun keluar pada lantai yang berbeda. Karena lantai kamar milik Zion dan Shelvy berada paling atas, jadi sisa mereka berdua yang tertinggal di dalam lift.

"Setelah ini kamu harus menjelaskan kata-katamu tadi pagi." Bisik Zion di dekat ceruk leher Shelvy, membuat si pemilik bergidik geli.

Zion yang berdiri tepat di belakangnya memang sangat mudah untuk melakukan hal itu. Shelvy merubah posisi dengan miring sedikit untuk memberi jarak pada keduanya.

Dalam hati Shelvy terus berdoa agar ada seseorang yang masuk ke dalam lift, tapi sayangnya tak ada seorangpun yang datang.

Dia terus memainkan ponselnya untuk menghindari percakapan dengan Zion.

"Masih tak mau berbicara, em?" Zion membalikkan tubuh Shelvy dan mendorong tubuhnya sampai terpojok.

Wajah pria ini perlahan mendekat menghapus jarak antara keduanya, sampai-sampai Shelvy bisa merasakan helaan nafas dari mulut Zion. Melihat dengan jelas rahang tegas yang tertutup bulu tipis.

Kalau dilihat-lihat, tokoh protagonis pria ini juga tak kalah mempesona dari tokoh antagonis wanitanya. Sepertinya novel ini memang bertabur visual berlian.

Karena asik melamun, Shelvy sampai tak sadar bahwa bibir mereka hampir saja bersentuhan jika bukan suara 'ding' pintu lift terbuka membuatnya tersadar.

Melihat ada seseorang orang yang akan masuk, Shelvy buru-buru mendorong tubuh Zion menjauh darinya. Dia bergegas keluar dari dalam lift yang telah berhenti di lantai kamar mereka berada.

***

Setelah selesai membuka koper dan mandi, rasanya benar-benar lega. Mandi di kamar hotel jauh lebih nyaman daripada mandi di rumahnya sendiri yang terdapat banyak cermin.

Shelvy memeriksa pesannya sebentar. Lagi-lagi adiknya mengirimkan banyak pesan dan juga menelepon beberapa kali saat dia mandi tadi.

Tapi dia hanya masa bodoh dan kembali meletakkan iPhone miliknya di atas meja nakas.

Saat sibuk memilih baju yang akan dia kenakan, tiba-tiba seseorang memeluk tubuh Shelvy dari belakang.

"Hah!" Pekiknya terkejut.

"Mencoba untuk kabur, eh?" Balas suara Zion yang berbisik di ceruk lehernya berhasil membuat mata Shelvy terbelalak tak percaya.

Padahal Shelvy sudah meminta bertukar kamar dengan teman kantornya yang berada di lantai paling bawah. Shelvy beranggapan jika melakukan hal itu, dia bisa terbebas dari Zion.

Namun apa yang terjadi sekarang bahkan lebih parah. Bagaimana bisa Zion masuk ke dalam kamarnya?

"Bagaimana bisa kamu masuk ke dalam sini?"

"Hanya dengan beberapa trik murahan untuk mengelabui staf hotel. Lagipula ini bukan hotel besar yang ketat pada peraturan."

Zion memperlihatkan chat palsu yang dia buat sendiri di ponselnya. Tentu dengan tangan yang masih memeluknya dari belakang.

"Lihat ini, mereka benar-benar percaya dengan chat palsu yang aku buat."

Zion tertawa di akhir kalimatnya. Sedangkan Shelvy masih bersusah payah untuk lepas dari kungkungan lengan besar Zion.

Zion melempar iPhone miliknya ke atas tempat tidur agar tangannya lebih leluasa berada di tubuh Shelvy.

"Lepaskan.. aku.."

"Tidak akan." Bisiknya sebelum akhirnya membalikkan tubuh Shelvy dan melumat bibir wanita itu secara seksual.

Sial! Pria ini baru saja merebut sensasi ciuman pertama Ocha. Yah.. walaupun bibir ini bukan miliknya, tapi perasaan ini sepenuhnya sadar. Dan yang membuat Ocha kesal adalah rasanya benar-benar luar biasa.

Tentu saja. Dia sedang berciuman dengan pria yang ahli dalam bidangnya.

Perlahan Zion menuntun tubuh keduanya mendekat ke arah tempat tidur. Ditengah ciumannya tangan besar itu tak hanya diam, tapi juga menyelinap dibalik jubah mandi dan bergerilya di sepanjang tubuh Shelvy.

Tangan besar yang terasa dingin itu membuatnya tersadar akan hal memabukkan yang baru saja dia terima. Rasa malu Shelvy telah menolong keperawanannya.

Dia merasa malu karena di balik jubah mandinya, Shelvy tak memakai apapun selain pakaian dalam. Tangan Zion benar-benar terasa nyata saat menyentuhnya tadi.

Entah mendapat tenaga dari mana, Shelvy mendorong kasar tubuh Zion sampai terpental di atas tempat tidur.

Zion yang terkejut dengan tindakan kasar Shelvy ingin melakukan protes. Hingga suara ketukan pintu mengalihkan keduanya.

Tok.. tok.. tok..

Alis Zion terangkat sebelah menebak siapa orang yang berani datang ke kamar ini. Dia lebih dulu beranjak dari tempat tidur dan mengintip dari lubang pintu.

"Shel, ini aku. Aku dengar kamu tukar kamar dengan Putri ya? Aku baru tahu kamu takut berada di ruangan sempit seperti lift. Apa sekarang kamu baik-baik saja?"

'Itu suara Fendi.' Tebak Shelvy.

Zion menjauh dari pintu saat sudah mengetahui siapa tamu tak diundang ini.

"Kamu takut naik lift? Lelucon yang benar-benar gila," ucap Zion dengan nada kesal.

Awalnya Zion merasa kesal dengan keputusan Shelvy yang ingin putus, kedua dia lebih kesal lagi dengan penolakan ciuman mereka tadi dan sekarang ditambah dengan kedatangan Fendi. Suasana hati Zion benar-benar berantakan.

Tok.. tok.. tok..

"Shel?"

Fendi kembali mengetuk pintu kamar Shelvy, membuat si pemilik kamar panik dan tak tahu harus berbuat apa.

"Kamu tidak ingin membuka pintu? Atau aku saja yang membukakan pintu untukmu?" Tawar Zion.

Saat Zion kembali mendekat ke arah pintu, buru-buru Shelvy menahan tangannya. Dia menggeleng cepat agar Zion tak membuka pintu itu.

Shelvy tak tahu bagaimana menjelaskan hal ini pada Fendi nanti. Pasti rumor buruk tentang mereka akan menyebar cepat di kantor.

"Apa kamu gila? Kamu mau cepat bercerai dengan istrimu, hah?" Bisik Shelvy lirih.

"Tidak juga. Jadi.. kamu mau aku membuka pintu ini atau tidak?"

Tring. Bunyi pesan masuk terdengar dari arah iPhone milik Shelvy. Bersamaan dengan itu terdengar langkah kaki yang mulai menjauh. Sepertinya Fendi menyerah untuk mengetuk pintu lagi.

Hembusan nafas lega akhirnya Shelvy hembuskan. Tak berselang lama dengan cepat dia membuka pintu kamarnya dan mendorong Zion untuk pergi.

Saking cepatnya bahkan Zion tak bisa bereaksi dan hanya berdiri linglung setelahnya.

Zion tak habis pikir. Sebenarnya siapa wanita yang ada di kamar ini? Apa benar wanita itu sama dengan wanita yang selama ini dicintainya? Bagaimana dia menjadi sangat bertenaga dan selalu berusaha untuk mendorongnya?

***

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status