Home / Rumah Tangga / Terjebak Dendam dan Gairah / 152. Kamu Istriku (21+)

Share

152. Kamu Istriku (21+)

Author: QueenShe
last update Last Updated: 2025-09-30 16:11:28

Cahaya temaram lampu kamar hotel membuat bayangan lembut menari di dinding, seolah turut menyaksikan dua insan yang kini benar-benar terikat dalam ikatan suci. Damian berdiri di hadapan Riri, matanya tajam sekaligus lembut, penuh rasa memiliki yang tak bisa lagi ia sembunyikan.

Riri menunduk gugup, jarinya meremas ujung gaun yang sudah agak kusut. Meski hatinya berdebar tak karuan, ada kebahagiaan aneh yang menyelinap. Malam ini adalah malam pertama mereka sebagai suami-istri. Tidak ada lagi penghalang, tidak ada lagi ketakutan soal “boleh” atau “tidak”, yang ada hanya cinta yang sah.

Damian mengangkat wajahnya dengan satu sentuhan di dagu, menatap dalam ke mata Riri. “Aku tidak pernah membayangkan seorang wanita bisa membuatku segila ini,” bisiknya, suaranya serak namun sarat kasih.

Riri menelan ludah, pipinya panas. “Jangan bicara begitu, aku makin malu.”

“Malu itu indah, Sayang,” Damian tersenyum tipis, lalu meraih bibirnya sekali lagi. Ciumannya kali ini lebih lama, lebih dalam, h
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Latest chapter

  • Terjebak Dendam dan Gairah   Special Part : Damian POV

    Sore itu, aku duduk di teras rumah, menatap langit yang perlahan berwarna jingga, berlapis-lapis seakan menyimpan cerita. Suara riuh rendah anak-anakku bercampur dengan kicau burung yang kembali ke sarang. Sulungku berlari di halaman sambil tertawa lepas, sedangkan adiknya bergelantung di ayunan kayu, tertawa riang setiap kali tubuh mungilnya terayun maju mundur.Ada momen hening di antara riuh itu, momen ketika aku meneguk napas panjang dan menyadari sesuatu yang tak pernah kupikirkan dulu, aku bahagia. Benar-benar bahagia.Padahal, hidupku dulu tak pernah akrab dengan kata itu. Aku dibesarkan dalam dunia penuh ambisi, dendam, dan luka. Dunia di mana kelembutan dianggap kelemahan, dan cinta tak lebih dari sekadar alat untuk menundukkan orang lain. Aku pernah percaya aku terkutuk, bahwa jalan hidupku hanya akan dipenuhi bayang-bayang gelap.Tapi hari ini, aku duduk di sini, di teras rumah sederhana, dengan tangan yang menggenggam jemari seorang perempuan yang mengubah segalanya.Aluri

  • Terjebak Dendam dan Gairah   Epilog

    Swiss sore itu benar-benar tampak seperti negeri dongeng. Udara dingin menggigit, namun tidak menusuk, karena cahaya matahari senja memeluk kota dengan lembut. Langit perlahan berubah jingga keemasan, menyelimuti pegunungan Alpen yang menjulang angkuh di kejauhan. Salju tipis menempel di atap-atap rumah berarsitektur klasik, membuat kota tua itu seperti lukisan yang bergerak.Jalanan berbatu dipenuhi wisatawan yang berlalu-lalang. Ada pasangan muda yang sibuk berfoto dengan latar bangunan tua berwarna pastel, ada keluarga yang berkerumun di depan toko cokelat khas, sementara suara bahasa asing bercampur jadi satu, menciptakan harmoni ramai tapi indah. Aroma cokelat panas bercampur dengan harum kayu panggang dari kedai roti di sudut jalan, membuat suasana terasa semakin hangat di tengah udara dingin.Damian berdiri di dalam sebuah toko souvenir kayu yang penuh dengan lampu kuning temaram. Dari luar, toko itu terlihat kecil, tapi begitu masuk, suasana hangat menyeruak, lantai kayu berde

  • Terjebak Dendam dan Gairah   154. Akhir cerita

    Pagi itu, sinar matahari menembus tirai kamar rumah baru mereka. Bukan penthouse tinggi yang penuh kaca, tapi sebuah rumah hangat dengan taman kecil di halaman depan, tempat Riri menanam bunga kesukaannya. Burung-burung berkicau, udara segar memenuhi ruangan.Riri berdiri di dekat jendela, mengenakan gaun rumah sederhana. Rambutnya dibiarkan terurai, wajahnya terlihat lebih lembut dari biasanya. Di pelukannya, bayi kecil mereka yang kini berusia hampir satu tahun tertidur pulas, pipinya bulat, napasnya tenang. Ada rasa damai yang dulu terasa asing bagi Riri, kini justru menjadi keseharian.Damian datang dari belakang, masih dengan piyama, lalu melingkarkan lengannya ke pinggang istrinya. Ia menunduk, mencium pelipis Riri. “Pemandangan terindah setiap pagi: istriku dan anak kita.”Riri tertawa kecil, menoleh padanya. “Kamu romantis sekali pagi ini.”“Aku selalu romantis kalau menyangkut kamu,” jawab Damian cepat, membuat Riri makin tersenyum malu.Mereka berdua lalu berjalan ke taman b

  • Terjebak Dendam dan Gairah   153. (21+)

    Paginya ranjang hotel itu benar-benar kacau sekarang, seprai terlepas, bantal berserakan, udara dipenuhi aroma tubuh mereka bercampur parfum lembut. Riri tergeletak lemas di bawah pelukan Damian, matanya terpejam, dadanya naik turun cepat.Damian menatapnya lama, lalu terkekeh rendah. “Kamu sudah pasrah begitu saja? Aku masih lapar akan dirimu, sayang…”Riri membuka mata setengah, wajahnya merah dan lembap keringat. “Damian… aku lelah… tolong…”“Sebentar saja,” Damian mencium bibirnya singkat, tangannya sudah menelusuri lekuk tubuh Riri lagi. “Tubuhmu tidak minta berhenti. Rasakan sendiri kamu masih panas, masih bergetar memanggilku.”Riri menggeliat, berusaha menutup wajah dengan tangan, tapi Damian langsung menahan pergelangannya dan menguncinya lagi di atas kepala. Tatapannya keras, penuh dominasi. “Jangan sembunyi. Malam ini, aku ingin lihat bagaimana wajahmu saat aku buat kamu kehilangan kendali lagi.”Tanpa memberi kesempatan protes, Damian membalik posisi mereka. Kini Riri bera

  • Terjebak Dendam dan Gairah   152. Kamu Istriku (21+)

    Cahaya temaram lampu kamar hotel membuat bayangan lembut menari di dinding, seolah turut menyaksikan dua insan yang kini benar-benar terikat dalam ikatan suci. Damian berdiri di hadapan Riri, matanya tajam sekaligus lembut, penuh rasa memiliki yang tak bisa lagi ia sembunyikan.Riri menunduk gugup, jarinya meremas ujung gaun yang sudah agak kusut. Meski hatinya berdebar tak karuan, ada kebahagiaan aneh yang menyelinap. Malam ini adalah malam pertama mereka sebagai suami-istri. Tidak ada lagi penghalang, tidak ada lagi ketakutan soal “boleh” atau “tidak”, yang ada hanya cinta yang sah.Damian mengangkat wajahnya dengan satu sentuhan di dagu, menatap dalam ke mata Riri. “Aku tidak pernah membayangkan seorang wanita bisa membuatku segila ini,” bisiknya, suaranya serak namun sarat kasih.Riri menelan ludah, pipinya panas. “Jangan bicara begitu, aku makin malu.”“Malu itu indah, Sayang,” Damian tersenyum tipis, lalu meraih bibirnya sekali lagi. Ciumannya kali ini lebih lama, lebih dalam, h

  • Terjebak Dendam dan Gairah   151. Malam pertama sebenarnya

    Balai resepsi dipenuhi cahaya lampu kristal yang berkilauan, memantul di permukaan meja-meja berlapis kain putih. Musik lembut mengalun, mengiringi langkah Damian dan Riri yang baru saja resmi diikat dalam janji suci. Riri tampak bagai bintang malam itu, gaun pengantin yang membalut tubuhnya memancarkan pesona yang sulit dialihkan. Damian, dengan setelan rapi dan sorot mata penuh cinta, tak pernah melepaskan genggaman tangannya. Tatapannya hangat, kokoh, seakan berkata bahwa dunia kini hanya milik mereka berdua. Para tamu berbaris memberi selamat, tawa dan canda berbaur dengan ucapan doa. Beberapa sahabat dekat bahkan menyelipkan gurauan yang membuat Riri terkekeh kecil, meski matanya masih berkilat oleh air bening kebahagiaan. Sesaat, Syima masuk sambil menggendong bayi mungil mereka, menghadirkan sorak sorai manis. Seluruh ruangan seolah berhenti sejenak menyaksikan potret keluarga kecil itu, sebuah kebahagiaan sederhana yang sulit ditukar dengan apapun. “Selamat ya, Riri… akhi

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status