Início / Rumah Tangga / Terjebak Dendam dan Gairah / S3 - Kamu Memang Bukan Anakku

Compartilhar

S3 - Kamu Memang Bukan Anakku

Autor: QueenShe
last update Última atualização: 2025-10-25 12:40:35

Aldrich. Rayzen, sebutan yang kembali digunakan setelah mendarat di Bandara Internasional Ngurah Rai, Bali, dengan perasaan campur aduk antara amarah dan kebutuhan emosional yang mendesak. Dia tidak peduli dengan pemandangan pantai atau hiruk pikuk turis. Tujuan satu-satunya adalah Candra.

Begitu keluar dari gerbang kedatangan, dia langsung melihat sosok yang dikenalnya, Nobel. Pria tegap dengan tatapan mata dingin, yang dulunya adalah tangan kanan Candra dan pernah menjadi mentornya dalam pertarungan.

"Tuan Rayzen," sapa Nobel, membungkuk dalam-dalam, sebuah gestur penghormatan yang sudah lama Aldrich tidak terima.

Mendengar nama Rayzen lagi, Aldrich merasakan lonjakan adrenalin yang memabukkan. Itu adalah identitas yang penuh kekuasaan, bebas dari tuntutan emosional dan trauma keluarga .

"Di mana Papi?" tanya Aldrich, nadanya kembali ke nada komando yang tegas.

"Sudah kami siapkan di Rumah Sakit Internasional, Tuan. Hanya Anda yang boleh masuk. Tuan Candra sudah memberi perinta
Continue a ler este livro gratuitamente
Escaneie o código para baixar o App
Capítulo bloqueado

Último capítulo

  • Terjebak Dendam dan Gairah   S3 - Kenikmatan Baru (21+)

    Aldrich membalikkan posisi, kini dia yang berada di atas Pevita. Dia menatap gadis itu yang berbaring di bawahnya, rambut tergerai di bantal, napas terengah-engah, mata penuh kepercayaan."Kali ini," bisik Aldrich, tangannya menyingkirkan sisa gaun tidur Pevita, "kita akan menyatu. Seperti di Bali, tetapi kali ini kamu sudah tahu apa yang akan terjadi."Pevita mengangguk, tangannya melingkar di leher Aldrich. "Saya siap, Tuan."Aldrich memposisikan dirinya, kemudian perlahan, sangat perlahan, memasuki Pevita. Kali ini tidak ada hambatan seperti malam pertama, tetapi tubuh Pevita masih belum sepenuhnya terbiasa. Dia merasakan gadis itu menegang, menahan napas."Bernapas," perintah Aldrich lembut, tidak bergerak sampai tubuh Pevita rileks. "Bernapas, Pevita."Pevita menarik napas panjang, dan saat tubuhnya mulai menerima, Aldrich melanjutkan sampai mereka sepenuhnya menyatu."Tuan..." bisik Pevita, tangannya mencengkeram punggung pria itu.Aldrich mulai bergerak, perlahan pada awalnya,

  • Terjebak Dendam dan Gairah   S3 - Melayani Tuan (21+)

    Pevita duduk di tepi ranjang besar Aldrich, tangannya berkeringat. Kamar tidur utama ini sangat luas, dengan dinding kaca yang menghadap ke pemandangan kota Jakarta yang berkelap-kelip. Ranjang king size dengan seprai sutra berwarna abu-abu gelap mendominasi ruangan.Dia sudah mengganti pakaiannya dengan gaun tidur sederhana berwarna putih yang ditemukannya di lemari, kemungkinan sudah disiapkan oleh Aldrich sebelumnya. Gaun itu tipis, hampir tembus pandang, membuat Pevita merasa sangat rentan.Pintu kamar terbuka. Aldrich masuk dengan langkah tenang, sudah berganti pakaian tidur hitam dengan kemejanya terbuka dua kancing atas, memperlihatkan sebagian dadanya yang berotot.Matanya langsung tertuju pada Pevita yang duduk kaku di tepi ranjang."Kamu menungguku," kata Aldrich, bukan sebagai pertanyaan, tetapi sebagai pernyataan puas."Ya, Tuan," jawab Pevita pelan, tangannya meremas ujung gaun tidurnya.Aldrich berjalan mendekat, langkahnya pelan dan penuh perhitungan. Dia berhenti tepat

  • Terjebak Dendam dan Gairah   S3 - Sangkar Emas

    Pevita menunggu di lobi mansion hingga mendapat isyarat dari Lasmi bahwa Tuan Aldrich telah pergi. Kemudian, sesuai instruksi, ia memanggil taksi dan pergi ke penthouse sendirian, membawa sebuah tas kecil berisi barang-barang pribadinya. Penthouse Aldrich terletak di puncak salah satu gedung pencakar langit tertinggi di Jakarta. Ketika Pevita tiba, ia disambut oleh petugas keamanan yang segera mengarahkan ke lift pribadi yang hanya bisa diakses dengan kartu khusus. Jantung Pevita berdebar kencang. Ini bukan lagi rumah keluarga besar yang hangat seperti mansion. Ini adalah sarang pribadi seorang penguasa. Ketika pintu lift terbuka, Pevita melangkah masuk ke dalam ruang tamu yang luar biasa luas, diterangi oleh cahaya rembulan yang masuk melalui dinding kaca dari lantai ke langit-langit. Pemandangan kota yang berkelip-kelip terbentang di bawahnya, tampak kecil dan jauh. Aldrich sedang berdiri di tepi jendela, mengenakan kemeja yang longgar, menatap pemandangan kota. Dia tidak berbal

  • Terjebak Dendam dan Gairah   S3 - Tuan dan Pelayan

    Pagi itu, Pevita terbangun dalam pelukan Aldrich. Rasa sakit di tubuhnya, noda darah di seprai, dan wajah damai Aldrich di sebelahnya, semua menegaskan kenyataan malam itu. Rasa malu langsung menyerbu Pevita. Dia ingat segalanya, tawaran telanjangnya, kelembutan Aldrich, dan bagaimana dia menyerahkan dirinya sebagai pembayaran hutang. Dia berusaha melonggarkan pelukan Aldrich, ingin melarikan diri ke kamar mandi. Saat Pevita bergerak, Aldrich menggumam pelan. Pelukannya semakin erat. "Jangan bergerak," bisik Aldrich, suaranya serak. Matanya masih tertutup. Pevita membeku. "Tuan... saya harus mandi." Aldrich membuka mata perlahan. Mata cokelatnya yang tajam kini tampak mengantuk dan lembut. Dia menatap Pevita, senyum kecil tersungging di bibirnya. "Selamat pagi," kata Aldrich, nadanya dalam. Pevita merasa ingin menghilang. "Selamat pagi, Tuan," bisik Pevita segera menunduk. Aldrich tersenyum kecil. Entah kenapa hatinya suka saat Pevita memanggilnya 'Tuan'. Ada rasa dominasi

  • Terjebak Dendam dan Gairah   S3 - Bukan Hutang (21+)

    Aldrich berdiri terpaku, napasnya memberat. Rayzen, sisi gelapnya yang selalu menuntut, selalu mengambil alih dan berteriak di dalam kepalanya. Namun ada sesuatu yang berbeda malam ini. Sesuatu yang membuatnya melangkah maju bukan dengan keganasan Rayzen, melainkan dengan kehati-hatian Aldrich yang sesungguhnya. "Pevita..." bisiknya, suaranya serak. Dia melangkah mendekati gadis itu, tangannya terangkat perlahan. Jari-jarinya menyentuh pipi Pevita yang basah, ternyata gadis itu menangis tanpa suara. Air mata mengalir di wajah yang berusaha keras terlihat berani. "Kamu tidak harus melakukan ini," kata Aldrich pelan, ibu jarinya menghapus air mata di pipi Pevita. "Kamu tidak berhutang apa-apa padaku dengan cara ini." "Tapi saya mau, Tuan," bisik Pevita, suaranya bergetar. "Saya... saya mau memberikan ini pada Anda. Karena Anda satu-satunya orang yang pernah melindungi saya. Jika bukan Anda, saya sudah mati atau... lebih buruk dari itu." Aldrich menarik napas panjang. Rayzen mendes

  • Terjebak Dendam dan Gairah   S3 - Penyerahan diri

    Aldrich duduk di hadapan Pevita, di kamar vila tersembunyi Bali. Dia telah menyelesaikan urusannya dengan Ayah Pevita dan Gatot. Amarahnya mereda, digantikan oleh kepuasan yang dingin dan rencana yang cermat. "Sudah selesai," kata Aldrich, matanya tegas. "Ayahmu sudah pergi, dia memilih uang tunai daripada kalian. Gatot dan kelompoknya tidak akan lagi mengganggu siapa pun." Pevita hanya bisa mengangguk, isakan di tenggorokannya tertahan. "Terima kasih, Aldrich. Saya tidak tahu bagaimana saya bisa membalas semua ini." "Jangan berterima kasih," potong Aldrich. "Aku melakukan ini karena kamu adalah tanggung jawabku. Dan kamu hampir membuatku gagal membersihkan kotoran yang ditinggalkan Candra." Aldrich menghela napas. "Leo sudah di rumah sakit, dia akan menjalani rehabilitasi. Ibumu akan dirawat sampai stabil. Kalian aman, Pevita." "Lalu... apa yang harus saya lakukan, Tuan?" tanya Pevita, takut akan pengusiran. Aldrich menatapnya. Dia memikirkan betapa mudahnya ia terbiasa dengan

Mais capítulos
Explore e leia bons romances gratuitamente
Acesso gratuito a um vasto número de bons romances no app GoodNovel. Baixe os livros que você gosta e leia em qualquer lugar e a qualquer hora.
Leia livros gratuitamente no app
ESCANEIE O CÓDIGO PARA LER NO APP
DMCA.com Protection Status