Share

2. Ayah Vida murka

Penulis: Kerry Pu
last update Terakhir Diperbarui: 2023-10-30 11:23:48

"Aku harap Davin dan Vida dapat membuat cicit yang lucu dan menggemaskan untukku," ucap nenek Rumi tanpa rasa bersalah.

Di sofa ruang tamu, perempuan sepuh yang rambutnya mulai memutih tampak duduk dengan tenang. Tapi tiba-tiba ujung bibirnya terangkat, menunjukkan senyum penuh arti yang begitu sumringah. Hal tersebut mengundang pelayan yang bernama Naya juga ikut tersenyum ketika melihatnya.

Naya yang merupakan orang kepercayaan nyonya tua, tak bisa menyembunyikan pertanyaan yang hinggap di benaknya. "Nyonya besar Rumi, apakah tidak terburu-buru membawa gadis ke kamar mas Davin?"

Nenek Rumi segera menyunggingkan tawa renyah. "Tentu saja tidak, Nay. Tidak ada kesempatan yang lebih berharga, dari pada saat ini. Aku yakin, ini akan menjadi hadiah ulang tahun terindah untuk Davin. Aku harap setelah ini, Davin bisa melupakan gadis yang selalu menggantungkan cintanya."

Naya kembali tersenyum, dia bisa memaklumi kenekatan sang majikan, hingga terpaksa membuat trik yang sangat memalukan. Usianya yang senja dan sering sakit-sakitan, membuatnya tidak bisa menunda cucu semata wayangnya untuk memiliki seorang istri sebelum dia meninggal.

Davindra Wijaya, cucu dari Arumi Wijaya memang sudah memiliki kekasih, hanya saja kekasihnya selalu menolak jika diajak menikah, bahkan dia malah pergi ke Amerika untuk melebarkan sayap di dunia model, saat nenek Rumi mendesaknya agar segera menikah dengan Davin. Itu membuat nenek Rumi sangat kecewa.

Naya masih tersenyum, namun ada kekhawatiran di raut wajahnya, hingga dia kembali bertanya. "Tapi Nyonya, ini sama sekali tidak ada persekutuan dari dua belah pihak. Bagaimana jika mas Davin marah ketika melihat mbak Vida?"

Nenek Rumi tersenyum, dan menjawab. "Jangan khawatir. Marah pun tak ada gunanya, ketika gadis itu tertidur lelap di ranjangnya. Bukankah aku sudah menyuruhmu memberi obat tidur di minuman Vida?" 

"Iya Nyonya, saya sudah melakukannya saat mengantar salep pendingin untuk mbak Vida."

Nenek Rumi terkekeh dan berkata. "Bagus."

"Tapi, Nyonya. Bagaimana jika mas Davin menolak? Mengingat ... mas Davin juga sudah mempunyai kekasih."

Nenek Rumi kembali tergelak ringan, kemudian berucap santai, "Selalu ada bumbu untuk memicunya, Naya. Aku sangat senang ketika melihat Davin makan malam dengan lahap malam ini. Sekarang ambilkan aku telepon, aku ingin menghubungi Danu agar dia tidak khawatir."

Naya mengangguk dan segera mematuhi titah sang majikan tua.

Nenek Rumi mulai berdusta agar Danu mengizinkan Vida menginap di rumahnya. Dia mengatakan jika ban motor Vida bocor dan hujan juga sangat lebat. Dia menyarankan Danu untuk menjemput Vida keesokan harinya saat hujan sudah reda. Begitu gigih nenek Rumi menyakinkan Danu, hingga laki-laki paruh baya tersebut tak mampu menolak, meski sedikit ragu.

***

"Saya mau menjemput putri saya, yang kemarin mengantar kue," ucap Danu sopan pada asisten yang membukakan pintu untuknya saat pagi menyingsing.

"Oh, iya silahkan masuk. Sepertinya mbak Vida belum bangun." Asisten tersebut tampak tersenyum ramah.

Danu langsung menampakan wajah kecut, hatinya pun berbisik dongkol, namun dia segera menutupi dengan senyuman dan kembali berucap. "Mbak, bisa tolong bangunkan Vida, bilang kalau ayahnya menjemput."

"Maaf, Pak Danu. Saya tidak berani membangunkan, bagaimana jika Pak Danu saja yang melakukannya? Kamarnya ada di lantai dua sebelah kanan paling ujung." Sang asisten mengarahkan jarinya tepat pada ruangan yang harus dituju.

Danu terlihat mengangguk, kemudian bergegas menaiki tangga tanpa ragu. Segera Danu memegang kenop pintu dan membukanya dengan semangat.

Jedaaar!

Bagaikan petir menyambar. Seketika binar wajah dongkol yang terbit saat mendengar putrinya belum bangun, kini terlihat semakin kentara, bahkan sekarang dibalut dengan rona kemarahan yang sangat kental. Hingga kilat mata yang tadi tampak jernih, seketika melotot tajam mendapati putrinya tidak tidur sendirian.

"Vida! Apa-apaan kamu ini?"

Hardikan tajam Danu menggelegar, mengejutkan dua insan yang masih tertidur di atas ranjang yang sama dengan posisi berpelukan. Davin dan Vida langsung tersentak dan membuka mata. Dua pasang bola mata langsung terarah pada Danu yang berdiri dengan raut wajah merah penuh emosi.

"Vida, jadi begini kelakuanmu, sampai tadi malam tidak pulang?"

Vida yang tadinya tidur dengan memeluk tubuh Davin segera melonjak dan terduduk, dia sendiri juga bingung, kenapa bisa tidur dengan seorang pria. Panik, takut, dan juga bingung malah membuat Vida tidak bisa berkata-kata, wajahnya pias dan linglung, dia benar-benar tidak mengerti apa yang terjadi dengannya saat ini. Secara bergantian, dia terus menatap ayahnya dan laki-laki bertelanjang dada yang sama sekali tidak dia kenal.

Davin yang baru saja menegakkan tubuhnya untuk duduk, juga bertanya bingung. "Bapak siapa? Kenapa masuk ke kamar orang tanpa permisi?"

"Kamu mau tahu aku siapa? Aku adalah ayah dari anak gadis yang telah kamu tiduri!"

Bam!

Pukulan keras mendarat di wajah tampan Davin tanpa ampun, dan sukses membuat Vida menjerit, dilanjutkan dengan membekap mulutnya untuk beberapa saat.

Di tengah rasa paniknya Vida segera mendekati sang ayah dan mencoba untuk menenangkan. "Ayah, jangan marah dulu, mungkin ini hanya salah paham."

"Salah paham bagaimana? Lihat keadaan kalian! Dimana pakaianmu? Aku sungguh sangat kecewa padamu, Vida!"

Vida terbengong beberapa detik mendengar pertanyaan ayahnya. Dia baru menyadari jika dia belum berpakaian dan masih mengenakan bathrobe kebesaran yang tampak acak-acakan di tubuhnya. Dalam kebingungan Vida menatap laki-laki yang sedang memegangi salah satu sudut bibirnya yang sedikit robek dan berdarah.

Melihat kondisi pria yang bertelanjang dada, Vida pun mulai gemetaran, perasaan sedih, menyesal, dan juga bodoh, menuntun tangannya untuk bergerak merapatkan bathrobe longgar yang ia kenakan.

"Ada apa ini?" Suara berat yang mempunyai unsur kelembutan terdengar cukup lantang hingga membuat semua orang menoleh.

Melihat nenek Rumi tiba diikuti Naya dan beberapa pelayan di belakangnya, Danu tak bisa lagi menyembunyikan kekecewaan pada perempuan tua yang telah ia percaya sebelumnya. 

"Nyonya Rumi, saya sungguh percaya bahwa keluarga Wijaya sangat terhormat, hingga saya yakin membiarkan Vida bermalam di sini. Tapi lihat apa yang terjadi, anak muda ini telah merusak anak gadis saya!"

Nenek Rumi mengela napas panjang dan juga tenang, raut wajahnya serius dan menunjukan kewibawaan, ia pun berucap sopan tanpa mengurangi rasa hormat pada Danu selaku ayah dari gadis yang ia inginkan.

"Pak Danu, saya mengerti kekecewaan Anda, tapi karena semuanya sudah terjadi, sebagai orang tua, mari kita bicarakan baik-baik."

Nenek Rumi melambaikan tangan untuk mempersilahkan Danu keluar dari dalam kamar, guna membicarakan masalah anak-anak mereka dengan bijak. Danu tidak punya pilihan lain, bagaimanapun juga putrinya lah yang akan memiliki bekas, tanpa berkata lagi ia segera keluar mengikuti nenek Rumi.

"Pak Danu, saya sungguh menyesal dengan kejadian ini. Saya minta maaf, ini sepenuhnya kesalahan saya, tapi sebagai keluarga Wijaya, kami tidak akan lari dari tanggung jawab. Apa yang dilakukan putra-putri kita adalah aib yang tidak bisa dihindari, tapi kita bisa mencegah sesuatu yang tidak diinginkan dengan mengambil keputusan cepat," tutur nenek Rumi perlahan dan juga tenang, tidak meninggalkan kesan wibawa pada paras senja yang terawat miliknya.

Danu terlihat membuang napas kasar, kejadian itu memang membuatnya syok, namun ia mencoba bersikap bijak sebagai orang tua.

"Mereka harus menikah," ucap Danu pelan.

Senyum indah segera terbit dari bibir nenek Rumi, hatinya pun bersorak karena semua berjalan sesuai dengan keinginannya.

"Benar Pak Danu, saya pun juga berpikir demikian. Maka dari itu saya ingin menebus kesalahan saya, yang tidak bisa mendidik cucu saya dengan baik. Biarkan saya mengatur semua keperluan pernikahan mereka, Pak Danu cukup memberikan restu saja." Nenek Rumi terlihat sangat bahagia.

Dari sofa terlihat Davin tengah berjalan menuruni tangga dengan wajah datar dan juga dingin, membuat nenek Rumi sedikit mengangkat dagu dan berbicara setelah Davin tiba di hadapannya.

"Davin, karena kamu sudah mengambil keuntungan dari putri pak Danu, maka kami sudah memutuskan, bahwa kalian harus menikah malam ini."

Mata Davin melebar, dia tertegun ....

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Terjebak Di Ranjang Tuan Muda    130. Jahatnya Vida

    Matahari sudah condong ke barat kala Vida kembali ke rumah sakit. Hari yang sangat melelahkan, tapi juga dengan cepat terselesaikan meski dibumbui dengan kekerasan fisik. Paras cantik Vida menunjukan kelegaan saat sinar lampu menerpa wajah ayunya yang tak menunjukan senyuman.Dia berjalan menyusuri koridor rumah sakit dengan ekspresi datar, namun masih memperlihatkan keanggunan. Diikuti Mee Noi dan Pam di belakangnya yang berjalan tanpa berucap. Senyum baru tercipta kala Nia mengatakan jika Davin sudah dipindahkan ke ruang rawat inap, dan sekarang dia sudah sadar.Vida sangat tidak sabar untuk menemui suaminya, detak jantung yang tadinya tenang, tiba-tiba saja menunjukan lonjakan, mungkin karena rasa senang yang meluap dari dasar hati. Vida segera masuk ke ruang rawat inap suaminya, dan menemukan laki-laki tersebut setengah berbaring dengan bantal yang tinggi, saat wajah tampan itu tersenyum lemah kepadanya.Sungguh tak ingin menangis, tapi tetap saja air mata bahagia itu bertumpuk mem

  • Terjebak Di Ranjang Tuan Muda    129. Anting yang Bagus

    "Sebenarnya apa yang kamu inginkan, ha? Sedari tadi kamu hanya membuang-buang waktuku, membuatku semakin muak melihatmu. Seharusnya yang mati hari ini adalah kamu, bukan Davin!" Seru Fani sembari mencengkeram kerah pakaian Vida.Vida kembali menyeringai sengit mengejek Pam dengan bertanya santai. "Jadi benar-benar kamu pelakunya?""Memangnya kalau iya kenapa, ha? Apa yang bisa kamu lakukan? Lagipula orang yang ku suruh untuk menembak mu juga sudah mati, dia tidak akan bisa bersaksi bahwa aku memang yang merencanakan pembunuhan ini," timpal Fani dengan geram dan melotot ke arah Vida, tangannya masih mencekeram pakaian Vida.Seketika terdengar suara tawa Vida yang renyah, dilanjutkan perkataan Vida yang santai. "Jadi setelah gagal membunuhku, kamu malah membunuh orang yang kamu suruh, begitu?"Fani sungguh tak suka melihat tawa Vida yang terdengar mengejek. Dia pun tak bisa mengendalikan tangan untuk menampar Vida dengan keras, hingga wajah Vida menoleh ke samping dengan paksa. Tapi kali

  • Terjebak Di Ranjang Tuan Muda    128. Aku Tidak Akan Melepaskan Mu

    Hari masih terang, matahari juga bersinar indah, hanya sedikit mendung yang terlihat bergelombang menghiasi langit biru yang tampak cerah. Seorang wanita cantik berlenggang santai di koridor hotel sembari menarik koper di tangannya.Setelah mengotori tangan dengan melenyapkan seseorang, Fani tidak mungkin akan tetap berdiam diri di tempat. Dia harus kembali ke Indonesia untuk menyelamatkan diri. Terlebih Fani juga tak ingin kepulangannya ke tanah air dengan menyandang gelar narapidana tindak pembunuhan, apabila tertangkap oleh polisi setempat, itu hanya akan mencoreng nama baiknya saja. Bagaimana pun dia harus tetap menjadi peri cantik yang baik hati.Sungguh ironi, setelah melakukan kejahatan yang tak terampuni, wajah cantik itu sama sekali tidak menunjukan ketakutan atau tertekan layaknya orang yang baru saja menghilangkan nyawa seseorang. Dia masih terlihat santai kala berjalan keluar dari dalam hotel dan menunggu taksi pesanannya tiba.Bahkan dia sempat tersenyum kala mengingat pe

  • Terjebak Di Ranjang Tuan Muda    127. Pahami Pak Davin, Nyonya ....

    Koridor rumah sakit masih terlihat senyap di depan ruang emergency. Empat orang yang masih menunggu terdiam menikmati aroma disinfektan yang terasa tebal menyentuh indera penciuman. Tak satupun yang membuka mulut untuk berucap, menciptakan keheningan yang penuh kecemasan.Pipi Vida tak lagi basah, meski manik hitam itu masih berkaca-kaca memandang udara kosong yang diliputi kehampaan. Ingatannya merujuk pada ucapan Davin sebelum dia ambruk setelah berusaha menyelamatkannya.'Sudah aku bilang, aku akan menjadi perisaimu.' Kata tulus itu terngiang dan terasa dalam menyentuh hati, hingga tanpa sadar bulir kristal kembali mengalir dengan pelan membasahi pipi Vida tanpa suara.Selama ini Vida masih menganggap Davin laki-laki arogan yang penuh rayuan, dia tidak pernah berpikir jika dia benar-benar akan membuktikan ucapannya untuk menjadi perisai. Tanpa sadar Vida menyentuh perutnya dan membatin. 'Bagaimana ibu bisa meragukan ayahmu?'Sesaat kemudian seorang perawat tiba memecah keheningan. "

  • Terjebak Di Ranjang Tuan Muda    126. Salah Sasaran

    Dor!Suara tembakan melengking jauh menghentikan waktu yang berputar. Vida pun sudah jatuh dalam pelukan Davin saat mendengar suara tembakan yang memekakkan telinga. Dia terdiam cukup lama dalam keheningan dan hangatnya dekapan sang suami, belum mengerti apa yang sedang terjadi, sampai dia mendongak dan mendapati senyuman manis dari seorang Davin."Aku sudah mengatakan, aku akan menjadi perisaimu."Bruk!Davin jatuh berdebum di parkiran, bersamaan dengan mengalirnya cairan berwarna merah dan menebar aroma amis khas darah pada jajaran paving blok. Menghadirkan jeritan panjang Vida yang melaung di udara, kala sadar tembakan telah mengenai punggung suaminya.***Brankar yang didorong tergesa-gesa mengiringi derai tangis Vida yang berjalan setengah berlari sembari terus menggenggam tangan Davin yang hampir kehilangan kesadaran akibat banyak mengeluarkan darah."Tolong, tunggu disini. Kami akan segera melakukan upaya penyelamatan." Seorang perawat menghentikan Vida sesampainya di depan pint

  • Terjebak Di Ranjang Tuan Muda    125. Tembakan Menghentikan Waktu

    Lenguhan malas terdengar di pagi hari saat Vida masih enggan membuka mata. Tapi ketika ingatannya menunjukan dimana dia berada, dia pun mau tidak mau membuka mata dengan segera. Terlihat mata kelam yang berkilat indah menyambut, begitu jernih layaknya embun yang menetes di dedaunan. Vida yakin suaminya sudah bangun sejak tadi, karena tak sedikitpun dia menangkap kemalasan pada binar wajah yang tersenyum.Tangan Vida bergerak malas menyentuh pipi Davin dan berucap. "Sudah lama bangun?""Uhum ...." Suara yang tercipta dari bibir yang terkatup itu terdengar sangat seksi."Kamu sudah lebih baik?" Kali ini pertanyaan Vida membuat Davin tak bisa menyembunyikan lengkungan senyum dari bibirnya.Namun, Davin segera kembali mengeluarkan suara samar untuk menjawab pertanyaan Vida. "Uhum ....""Baguslah kalau begitu." Hanya tiga kata bernada datar yang keluar dari mulut Vida dan terdengar acuh tak acuh, saat dia kembali menarik tangan dari pipi Davin. Dan itu lebih baik bagi Davin, dari pada Vida

  • Terjebak Di Ranjang Tuan Muda    124. Pembohong Cerdik

    Sementara Davin terlihat memiringkan tubuhnya membelakangi Vida. Dan mendadak bibirnya melengkung indah, menunjukan senyum penuh arti saat matanya terbuka lebar.Sejak awal dia memang tidak kehilangan kesadaran, dia memang sengaja berakting untuk melancarkan rencananya, juga demi memicu kemarahan Vida setelah tahu dia sedang dijebak. Sebelum Davin keluar dari restoran, dia sempat bertemu dengan ibu mertuanya."Davin, kamu mau kemana?" Nia yang baru saja ingin mengambil list dari pelanggan dari atas meja mulai bertanya kala melihat Davin lewat.Segera Davin mengerutkan alis dan membatin, 'bukankah ibu yang menyuruhku mengantar pesanan ini? Bagaimana dia tidak tahu aku akan pergi kemana?'"Oh, mau mengantar pesanan ya? Ya sudah, hati-hati di jalan," ucap Nia santai setelah melihat box makanan ukuran sedang di tangan Davin, kemudian dia pergi begitu saja tanpa menunggu jawaban Davin, setelah mengambil list tersebut.Davin masih berpikir positif, sampai dia bertemu dengan Vida di meja kas

  • Terjebak Di Ranjang Tuan Muda    123. Kalah Telak

    Dengan susah payah Fani membawa Davin ke ranjangnya. Sedikit kesal, dia sudah sering menggunakan obat perangsang tapi tidak seperti ini reaksinya, seharusnya Davin menyerangnya dengan bertubi-tubi, bukannya malah memejamkan mata seperti ini.Fani melihat Davin menggeliat, sembari menggumamkan sesuatu. "Vida ...."Membuat Fani semakin kesal mendengar nama itu, tapi tak lama kemudian bibirnya kembali melengkung, lantas merangkak di tempat tidur dan menjatuhkan diri di atas tubuh Davin yang terkulai di atas kasur. Tak lupa dia mengecup pipi Davin dan berbisik lembut. "Kamu boleh berfantasi dengan istrimu. Tapi malam ini kamu adalah milikku, Davin. Aku akan memuaskan mu."Perlahan Fani kembali menegakkan tubuhnya untuk duduk, jari-jemarinya mulai bergerak lembut membuka setiap kancing kemeja yang dikenakan Davin, kadang dia juga mengelus lembut otot liat yang begitu padat pada dada bidang yang berkulit putih.Fani masih mendengar Davin yang bergumam samar menyebut nama Vida, tapi dia sungg

  • Terjebak Di Ranjang Tuan Muda    122. Kamu Tidak Pantas untuk Ku

    "Vida, sejak kapan kamu berdiri di situ?" sedikit gugup tapi Pam menutupinya dengan senyuman.Tatapan Vida belum beralih, dan itu terlihat begitu tajam dan dingin, sampai suara samar nan menusuk terdengar dari celah kedua bibir tipis yang tampak bergerak samar. "Kemana kamu menyuruh kak Davin pergi?"Pam terkesiap mendengar pertanyaan Vida, tapi dia masih berusaha menguasai diri dan berlagak tidak mengerti dengan terus tersenyum hangat. "Aku? Kenapa aku menyuruhnya pergi? Berbicara dengannya saja aku enggan. Sudah, ayo kita masuk."Pam segera merangkul Vida dengan santai, tapi langsung mendapat tepisan kasar dari Vida. Kini Pam mulai mendapati kemarahan di wajah cantik yang semakin kentara."Vida ...." Pam menunjukan raut wajah sayu dan sedih melihat kemarahan Vida, bukan dibuat-buat, dia memang sedih melihat Vida seperti itu kepadanya."Aku tanya sekali lagi. Kamu menyuruh kak Davin kemana?" Suara pelan dan dingin Vida kembali membekukan udara yang Pam hirup. Membuatnya sedikit menah

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status