Share

Terjebak Di Ranjang Tuan Muda
Terjebak Di Ranjang Tuan Muda
Author: Kerry Pu

1. Digiring Ke Ranjang Tuan Muda

“Ah! Panas!”

Teriakan gadis malang yang malam itu tengah memenuhi permintaan ayahnya untuk mengantarkan kue ke kediaman Wijaya. Semua orang langsung terlihat panik, tak terkecuali bagi pelayan yang tidak sengaja menumpahkan teh panas di tubuhnya, pelayan tersebut buru-buru minta maaf dan mengelap teh panas yang mengguyur tubuh Vida.

"Naya, kamu ini apa-apaan? Lihat, bajunya jadi basah, bagaimana jika tubuhnya juga melepuh?" hardik sang nyonya rumah, wajahnya juga terlihat cemas.

"Maaf Nyonya, maaf, saya tidak sengaja. Mbak, maafkan saya, saya tidak sengaja, izinkan saya melihat apakah kamu terluka? Biar saya bisa segera mengobati."

Vida yang masih tampak syok dan kepanasan membiarkan saja ketika pelayan yang bernama Naya membuka kancing kemeja kotak-kotak yang ia kenakan.

"Untung tidak melepuh, tapi ini rasanya pasti sangat panas, sebaiknya Mbak Vida melepas baju, agar saya dapat memeriksa mana saja yang terluka." Naya berucap panik ketika melihat kulit pundak dan dada Vida memerah.

"Tidak perlu, lebih baik saya pulang saja, baju saya sudah terlanjur basah, biar saya sekalian hujan-hujanan," tolak Vida kembali menutup tubuh bagian atas yang terbuka.

Bibir nyonya rumah terlihat mengerucut, memperlihatkan ketidaksetujuan, dan kembali berucap dengan sedikit memaksa juga dibumbui rasa khawatir. "Jangan menolak, aku sungguh sangat tersinggung. Bagaimana aku bisa membiarkanmu pulang dengan keadaan kacau? Biarkan pelayan mengeringkan bajumu, dan mengoleskan salep pendingin di tubuhmu."

Mendengar ucapan perempuan sepuh yang menatap dengan kilat mata dalam, Vida pun terdiam dan mengangguk pelan.

Kilat mata jernih nyonya tua beralih pada Naya, dan berucap. "Naya, antar Vida ke kamar sisi kanan lantai dua, agar dia bisa membersihkan diri disana."

Naya langsung mendongak dengan kelopak mata melebar, 'kamar sisi kanan lantai dua? Bukankah itu kamar tuan muda? Apakah nyonya besar ingin menggiring gadis ini ke ranjang cucunya?'

Meski sedikit bingung, tapi Naya segera mengantar Vida pada kamar yang disebut nyonya rumah.

Melalui pantulan cermin kamar mandi yang sangat luas dan juga mewah, Vida menatap pundak dan dada sebelah kanan yang tampak merah dan memprihatinkan.

Dia berdecak kesal beberapa kali, merutuki nasib sialnya hari ini. Seharian belum istirahat, hujan malah turun dengan begitu deras hingga dia tidak bisa segera pulang, dan sekarang dia malah terguyur teh panas, menciptakan rona suram di wajah cantik, yang biasanya selalu menampakan binar keceriaan.

"Tau begini, aku pasti sudah menolak mengantar kue ke kediaman Wijaya," gerutu Vida kesal.

Vida mulai menarik bathrobe warna putih yang sangat kebesaran di tubuh rampingnya, guna menutupi pundak dan dada yang memerah. Ketika Vida berjalan keluar dari dalam kamar mandi, wanita itu terkejut kala melihat sang pelayan yang menunggunya dengan salep di tangannya.

Seusai pelayan itu membantunya mengoleskan salep di tempat Vida terkena air panas dan pergi, kilat mata Vida mulai mengedar memindai kamar yang ditata dengan sangat simpel dan juga sederhana, namun Vida tidak menaruh kecurigaan sama sekali jika pemilik kamar tersebut adalah seorang laki-laki.

Tiba-tiba, Vida merasakan kering di tenggorokannya, dia sangat haus. Hingga saat melihat gelas kaca yang teronggok bisu di atas nakas, dia tak bisa menahan diri untuk meneguk cairan bening dari dalam gelas sampai tandas.

Bibirnya melengkung puas karena dahaganya terobati. Namun, entah mengapa, wanita itu justru merasakan kelopak matanya memberat, sehingga Vida menjatuhkan dirinya ke kasur empuk di belakangnya. 

‘Mengapa … aku mengantuk sekali?’ batinnya, tepat beberapa detik sebelum dirinya terlelap.

***

“Selamat ulang tahun, Davin!” 

Confetti meledak begitu saja ketika seorang laki-laki berpostur tinggi yang memiliki paras tampan di garis wajahnya yang tegas membuka pintu. Ucapan selamat ulang tahun bersahut-sahutan menggema dari mulut para asisten, tukang kebun, dan juga nenek Wijaya. Menciptakan lengkungan senyum pada bibir tipis yang sangat manis.

Begitu lucu, di usianya ke-27 tahun, dia masih mendapatkan kejutan ala anak TK. Tapi demi menyenangkan hati sang nenek dia pura-pura bahagia, karena hanya nenek Rumi satu-satunya keluarga yang dimiliki.

Usai melakukan ritual acara ulang tahun sederhana yang begitu menggelikan, Nenek Rumi bergegas menggiring cucunya menuju ruang makan. Berbagai macam hidangan yang sudah dipersiapkan, terlihat memenuhi meja makan dan masih tampak hangat.

Pria tampan tersebut segera melepas jas dan juga dasi yang ia kenakan agar lebih santai. Tangannya juga menyingsingkan lengan kemeja putih yang ia kenakan, kemudian meraih piring dan mulai bersantap malam.

"Davin, nenek sudah menyiapkan hadiah untukmu di kamar, aku harap kamu tidak terlalu lelah malam ini, karena besok akan menjadi hari yang sibuk untukmu," ucap sang nenek seusai makan malam dilakukan.

Davin terlihat menaikan alis, ada getaran aneh yang tersirat dari ucapan sang nenek, ia juga bisa menangkap senyum Naya yang begitu rumit, namun ia terlalu lelah untuk berpikir lebih, jadi dia menjawab. "Terima kasih, Nek. Aku akan beristirahat. Selamat malam."

Dari sisi ruangan, terlihat pintu kokoh yang terbuka, menampakkan sang pemilik kamar tengah berjalan santai sembari melepas kancing kemeja putih yang terlihat mahal dan juga rapi. Davin segera melempar kemeja putihnya di sofa, dan berbalik menuju ke ranjang membiarkan otot liat yang tidak berbenang miliknya terbuka. Tapi matanya mulai memicing mendapati ada seseorang yang menguasai ranjangnya.

Perlahan ia mendekat, menyaksikan rambut hitam panjang tampak terurai berantakan dari wanita yang masih tak sadarkan diri tersebut. Tubuhnya yang mungil dan sangat ramping, membuat garis leher bathrobe kebesaran yang ia kenakan tak mampu menutupi pundak dan juga dada bagian atas, dimana ada rona kemerahan di sela kulit putih nan mulus. Dan tentu saja Davin juga tahu, jika bathrobe yang perempuan itu kenakan adalah miliknya.

Tubuh Davin yang sedari tadi tidak nyaman karena rasa panas yang tiba-tiba hadir setelah makan malam, kini malah semakin menjadi, namun pikirannya masih waras dan dilingkupi rasa penasaran pada sosok yang terbaring di ranjang.

'Jadi kamu, hadiah ulang tahunku?'

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status