Home / Romansa / Terjebak Dua Hati / BAB 4 - Rencana yang Gagal

Share

BAB 4 - Rencana yang Gagal

Author: Irma Sofia
last update Last Updated: 2022-06-11 23:02:35

Mata Alana terbelalak. Gerakannya terhenti karena terkejut.

Berdiri tidak jauh dari tempatnya berdiri adalah Samuel, yang tanpa gadis itu ketahui ternyata menginap di rumah mereka. Bagaimana mungkin lelaki sialan itu menginap di rumah calon mempelainya di malam pernikahan mereka? Alana benar-benar tidak habis pikir.

“Mengapa kamu membawa koper malam-malam begini? Kamu mau kabur?” tanya Samuel menyelidik.

Setelah kesadarannya kembali, Alana bergegas keluar dari rumah. Namun baru sampai teras depan, Samuel sudah berhasil meraih sikunya. Dengan paksa lelaki itu menarik Alana kembali masuk ke dalam rumah.

“Lepaskan ... Lepas ...” Alana meronta-ronta berusaha melepaskan cengkraman tangan Samuel, tetapi percuma saja. Koper yang tadi dia pegang bahkan kini sudah tidak ada di tangannya.

“Ku bilang lepaskan ...”

“Diam kamu!” Bentak Samuel.

Alana takut mamanya terbangun karena keributan itu sehingga kemungkinan dia bisa kabur akan semakin mustahil. Dia berusaha menginjak kaki Samuel atau menyikutnya untuk melepaskan diri namun tidak berhasil.

“Claudia ... ! Claudia, bangun!” Samuel berteriak memanggil-manggil mama Alana. “Claudia ...”

Mama Alana yang mendengar keributan itu bergegas keluar kamar. Wanita itu terlihat lelah dan mengantuk, tetapi matanya langsung terbuka lebar saat mengetahui calon suami dan anaknyalah yang membuat keributan.

“Lihat ini, anak kamu berusaha kabur.”

Samuel mengempaskan Alana hingga gadis itu nyaris tersungkur ke lantai. Untuk mendukung ucapannya, Samuel mengambil koper yang tadi dijatuhkan Alana di ruang depan dan meletakkan benda itu di hadapan Claudia.

“Kabur? Kamu mau kabur? Mau kabur ke mana kamu, hah? Jawab, Lana! Berani-beraninya kamu mau kabur dari Mama!”

Claudia menjambak rambut panjang Alana yang saat itu hanya bisa menangis.

“Sam, ambil tas dan kopernya!”

“Jangan, Ma. Lana mohon, jangan ... ” Alana berusaha menarik tas selempang yang kini berusaha direnggut darinya. Dengan tidak berdaya Alana melihat Claudia menumpahkan isi tasnya tersebut ke atas meja.

Ingin rasanya Alana melawan, tetapi tidak bisa karena kini Samuel kembali memegangi kedua lengannya dengan erat. Di tas itu Alana hanya menyimpan beberapa barang terpenting.

Dompet yang berisi sedikit uang dan kartu tanda pengenal, handphone, dan tentunya benda paling penting yang saat ini tengah dipegangi oleh Claudia.

Ya, di antara barang-barangnya tersebut Claudia berhasil menemukan tiket pesawat yang telah dibeli Alana tempo hari secara diam-diam.

Claudia memastikan lokasi tujuan Alana sebelum akhirnya amarahnya benar-benar meledak. Selama bertahun-tahun dia telah berhasil menjauhkan putrinya dari mantan suaminya, tetapi sekarang gadis itu malah hendak berlari ke sana.

“Apa-apaan ini, Lana? Kamu mau kabur dan pergi menemui papa kamu?”

Alana hanya terdiam sambil menangis sesenggukan.

“Kamu tahu kan, dia sudah menikah lagi? Dan kamu dengan tidak tahu malunya mau menemui mereka? Di mana harga diri kamu? Mama tidak membesarkan kamu untuk mempermalukan Mama!” ujar Claudia murka.

“Aaahh!” Alana memegangi rambutnya yang kembali dijambak oleh Claudia. “Ampun, Ma. Sakit ... ”

“Papa kamu itu udah membuang kamu. Dan kalau kamu menemui dia sekarang, dia dan istri barunya akan kembali membuang kamu. Tempat kamu itu di sini, sama Mama. Ngerti kamu?” Claudia sudah seperti orang kesetanan dan tidak mempedulikan putrinya yang memohon ampun.

“Claudia, sudah cukup. Aku rasa Alana sudah menyesal.” Samuel berusaha menenangkan calon istrinya dan melepaskan cengkraman Claudia pada rambut Alana yang semakin berteriak kesakitan.

Akhirnya Claudia melepaskan Alana dan mendorong tubuh gadis itu hingga jatuh terduduk di lantai.

“Jangan pernah berani-berani kamu kabur lagi. Karena Mama tidak akan segan buat hukum kamu!” Ancam Claudia.

Alana tersentak melihat Claudia yang berniat merobek tiketnya.

“Jangan, Ma ... Lana mohon jangan dirobek,”

Alana berusaha bangkit dan menggapai tangan Claudia, tetapi terlambat. Kini kertas tersebut sudah berubah menjadi serpihan-serpihan kecil.

Seolah ingin lebih menyakiti Alana, Claudia melemparkan potongan-potongan kertas tersebut tepat ke muka sang putri. Alana tidak bisa merasakan kakinya, dia merasa seakan tubuhnya melayang. Kini harapannya hancur.

“Sekarang, kamu tidak akan bisa kabur lagi. Sekali lagi kamu kabur, Mama akan potong kaki kamu!” Claudia menyeret Alana kembali ke kamar dan mengunci pintunya dari luar.

Kali ini Alana bahkan tidak berusaha melawan lagi karena tahu itu percuma. Koper dan tasnya diambil oleh Claudia dan entah akan disembunyikan di mana.

Alana berdiri di kamarnya yang gelap. Hatinya begitu sakit hingga mati rasa. Dia merasa teraniaya di rumahnya sendiri. Diperlakukan kasar dan semena-mena, bahkan kini dia diperlakukan layaknya seorang tahanan.

Haknya untuk bertemu dengan sang ayah pun telah direnggut darinya. Lagi-lagi Alana hanya bisa menangis, karena hanya hal itu yang bisa dilakukannya saat ini.

Sungguh makhluk lemah tidak berguna. Bodoh ...  Air matamu tidak bisa menolongmu, Alana, maki Alana dalam hati.

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (1)
goodnovel comment avatar
Nha Ra Ins
haiishh,,Alana memang bodoh. knp kabur hrs lewat pintu utama...‍♀️hadeeuuhh...kl mo kabur ya lwt jendela atuh sayyy...
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Terjebak Dua Hati   BAB 122 – Dusta dan Pengkhianatan

    Adrian hanya bisa terdiam, saat mendapati bukti-bukti perselingkuhan kekasihnya. Namun, meski semua bukti itu terpampang nyata, pemuda itu masih menolak untuk memercayainya. Dia harus memastikan hal itu secara langsung. Dia harus menemui Greta.Pemuda itu mencari Greta di tempat kerjanya, dan mendapati bahwa gadis itu sedang libur. Dari sini, perasaan Adrian sudah berubah tidak nyaman. Kemudian Adrian pergi menuju rumah gadis itu, berharap dia akan bertemu Greta di sana.Dan betapa hancur hati Adrian, saat mendapati kekasihnya tengah bersama seorang laki-laki yang dilihatnya dalam foto. “A-Adrian!” Greta terkejut dengan kedatangan pemuda itu yang tiba-tiba.“Kau tidak bekerja?” tanya Adrian, masih mencoba untuk berpikir positif.“Aku baru saja pulang,” jawab gadis itu.“Benarkah? Aku baru saja dari tempat kerjamu. Dan mereka bilang hari ini kau sedang libur.”“Ah, i-itu..” Greta menjawab dengan gugup. “Aku—““Siapa kau? Ada perlu apa kau dengan kekasihku?” pria di samping Greta berta

  • Terjebak Dua Hati   121 – Menjadi Detektif

    Alana dan Braden mampir ke sebuah tempat yang menjadi pusat street food sebelum pulang. Meski Alana bilang sedang ingin diet, nyatanya mata gadis itu seketika melebar saat melihat aneka jajanan serta mengendus aroma makanan yang menguar di udara sekitar mereka.“Waah, semuanya terlihat enak.” Alana menatap sekelilingnya dengan mata berbinar.“Bukankah tadi kau bilang sedang ingin diet?” Sindir Braden.“Kita kan sudah terlanjur sampai di sini. Jadi, ayo kita keliling,” Alana berjalan di depan dengan diikuti Braden yang membawakan bonekanya.Alana bingung menentukan pilihan, karena semua makanan terlihat sama enaknya. Setelah berkeliling dan melihat sana-sini, akhirnya gadis itu menjatuhkan pilihan pada corndog isi sosis dan keju berukuran besar, souffle cake mini dengan aneka toping, dan segelas boba cokelat.Mereka berjalan sambil menyesap minuman dingin, sedang mencari tempat duduk untuk makan. “Sepertinya itu Kak Greta. Apa aku salah lihat?” Alana berhenti untuk memperhatikan seoran

  • Terjebak Dua Hati   BAB 120 – Musuh Bebuyutan

    “Alana―” Braden menyaksikan mata Alana berkilat saat gadis itu menatap Leona dengan tajam. Leona mendongak, menatap Alana tidak kalah sengit. Melihat itu Braden buru-buru berdiri dan menempatkan dirinya di antara kedua gadis itu. “Lana, ayo kita pergi saja. Aku baru ingat ada kedai es krim yang lebih enak.” Alana menepis tangan Braden yang tengah memegangi lengannya. “Kenapa kita harus pergi? Kita duluan yang menempati meja ini. Kalau ada yang harus pergi, itu adalah dia!” Alana menunjuk Leona. “Bagaimana kalau aku tidak mau pergi?” Leona menyialngkan kaki dan mengibaskan rambutnya yang kini pendek sebahu. “Ayo kita cari meja lain.” Braden membujuk. “TIDAK!” Kata Alana tegas, masih sambil menatap Leona tanpa berkedip. Will menyadari ketegangan yang mulai terbentuk. “Leona, ayo kita kembali ke meja kita.” “Meja kita sudah ditempati oleh orang lain. Lagi pula aku lebih suka duduk di sini.” Leona berbicara tanpa repot-repot menoleh pada Will. Alana tersenyum miring. “Baiklah kala

  • Terjebak Dua Hati   BAB 119 – Benar-benar Cemburu

    Braden sangat kesal ketika melihat Alana yang terus saja tersipu saat mereka makan bersama malam itu. Gadis itu mengaduk-aduk makanan di piringnya dengan pandangan mata menerawang, dengan senyum samar yang terus saja tersungging di wajahnya.“Lana, jangan mainkan makananmu.” Tegur Sherly, membuat Lana bergegas menghabiskan sisa makanannya.‘Apa yang sudah dilakukan bajingan tengik itu? Dia pasti sudah mencekoki Alana dengan omong kosongnya!’ Braden membatin dengan kesal.Saat akhirnya kembali ke kamarnya, Braden menjadi makin kesal. Senyum konyol Alana benar-benar mengganggunya. “Argh, sialan!” Braden mengacak rambutnya. Dia benar-benar ingin menghajar Eric.Dia keluar dan pergi ke kamar Alana. Dia masuk begitu saja tanpa mengetuk pintu. Didapatinya gadis itu mendongak terkejut dengan kedatangannya. “Kenapa kau tidak mengetuk pintu? Benar-benar kebiasan!” Alana tengah duduk di meja belajarnya sambil memangku boneka beruang bertuksedo pemberian Eric.Braden melirik boneka itu dengan ke

  • Terjebak Dua Hati   BAB 118 – Tersipu Malu

    “Kenapa kau terus memandangiku?” tanya Alana, karena Eric berkali-kali mencuri pandang ke arahnya.Pemuda itu hanya tersenyum. “Aku hanya senang karena akhirnya bisa pergi denganmu.”Alana jadi salah tingkah. “Fokuslah mengemudi. Kau harus memperhatikan jalan dengan baik.”Akhirnya Eric menuruti apa kata Alana. Alana memperhatikan Eric yang sedikit tegang, berbeda dari biasanya. “Eric, apa kau baik-baik saja? Kau tampak tegang.”“Hahaha. Aku baik-baik saja.” Eric melirik Alana kembali. “Emm, Lana. Bisakah kau bukakan laci itu untukku?” Eric menunjuk laci dashboard yang berada tepat di depan Alana.“Yang ini?” Alana menunjuk.“Ya, benar. Yang itu. Bukalah.”Alana membukanya, dan menemukan sebatang cokelat dengan hiasan pita pink. Alana menatap Eric dengan pandangan bertanya. “Itu untukmu.” Ucap Eric, tanpa berani menatap Alana kali ini.Seketika Alana merasakan panas yang menjalar di leher dan wajahnya. Dia merasa kepanasan, padahal AC tengah menyala. ‘Astaga, ini cuma cokelat. Ada apa

  • Terjebak Dua Hati   BAB 117 – Cemburu

    Saat sampai di rumah, Alana menumpahkan kekesalannya pada boneka beruang pemberian Adrian. Alana memukul-mukul kepala beruang malang itu, kemudian menutupnya dengan kantong keresek agar mukanya yang imut itu tidak terlihat oleh pandangan matanya.“Kau memang menyebalkan! Mudah sekali kau meminta maaf. Kau pikir aku bisa melupakannya begitu saja?” Alana meninju beruang itu beberapa kali lagi hingga dia merasa puas. Sebenarnya dia merasa kasihan pada si beruang, tetapi benda itu selalu saja mengingatkannya pada Adrian.Seperti yang dijanjikan pemuda itu, keesokan harinya Greta benar-benar datang ke rumah dan meminta maaf pada Alana. “Maafkan aku, Lana. Aku menyesal, sungguh.” Permintaan maaf Greta tampak tulus, tetapi kini Alana tidak akan tertipu lagi.“Bisakah kita memulai semua kembali dari awal? Sebagai sahabat?” Greta tersenyum manis, seakan mereka berdua benar-benar bisa menjadi sahabat.‘Apa? Sahabat? Cuiih...’ Batin Alana. Dia menduga-duga, pasti Adrian harus menyuap Greta denga

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status