Secara fisik Adriana memang lebih dibandingkan Noni. Tapi, Noni memiliki daya tarik yang khas dan tidak dimiliki gadis lainnya. Entahlah mungkin karena dia darah dagingku. Sehingga dia menjadi godaan bagiku sangat mendambakan gairah anak gadis seusianya. Itulah yang membuat aku terperosok dalam jebakan ABG seperti Noni.
Di bawah selimut aku peluk Adriana layaknya aku memeluk Noni. Adriana sangat menikmatinya dan dia merasakan elusan kasih sayang yang menyusuri tubuhnya yang polos tanpa dibaluti sehelai kain pun. Aku merasakan dan mendengar desah nafasnya yang mulai menggelora. Kadang tubuhnya menggeliat menikmati setiap telusur tanganku menyusuri lekuk lembah dan bukitnya yang menantang. Adriana membalikkan tubuhnya membelakangiku, aku mencumbu punggung lehernya yang jenjang dan menyusuri bahu dan punggungnya. Aku tidak sampai hati memanjakan Adriana dengan membayangkan Noni yang ada di dalam pelukanku, seperti yang diinginkan Adriana. Aku hanya mempAku sangat hapal karakter isteriku yang instinknya sangat kuat, kalau aku melakukan perselingkuhan melampaui batas dia selalu mencecarnya. Saat aku sampai rumah, Sri isteriku bertanya, “Mas.. kamu gak punya mantan di Bandung kan?” Tanya Sri tiba-tiba sembari mengeluarkan pakaian kotorku dari tas ransel.Dengan sikap biasa-biasa saja aku jawab pertanyaan Sri, “Itu kan 20 tahun lalu Sri, kalau pun ada dia udah jadi nenek-nenek.” Aku jawab pertanyaan Sri dengan guyonan. “Tapi perempuan sekarang umur lima puluhan masih bahenol lho mas..” Sri mulai menyelidiki juga dengan guyonan.“Kalau aku mau.. jelas aku akan pilih yang muda-muda Sri. Masalahnya mas mu ini udah gak mau Sri.” Seketika aku merasa takut akan ucapan aku sendiri. Biasanya kalau aku katakan gak mau melakukan, yang terjadi malah aku lakukan.Inilah yang kadang-kadang tanpa aku sadari, mudah mengatakan sesuatu seakan tidak sadar bahwa manusia itu
Saat sarapan pagi, aku seperti menghadapi sebuah mahkamah peradilan. Anakku Rani bertanya, “Pa.. kapan kita bisa quality time? Kok jarang sekali kita sarapan pagi bersama?” Tanya Rani anakku yang paling tua. Melihat Rani, aku jadi teringat dengan Grace sahabatnya yang aku kencani.“Mungkin suatu saat nanti kita akan bisa quality time, tidak lama lagi Papa pensiun.” Jawabku. Anakku yang paling kecil Priska tidak bisa menerima jawabanku, “Kok harus tunggu pensiun dulu? Emang gak bisa Papa cuti satu atau dua hari?” Pertanyaan Priska sangat menohok.Isteriku menimpali, “Kalau mas bisa meluangkan waktu untuk orang lain, harusnya mas juga bisa meluangkan waktu untuk keluarga.” Timpal isteriku. Ucapan isteriku serasa menampar wajahku, aku merasa kalau isteriku sudah tahu apa yang aku lakukan di luar rumah. Hanya saja dia masih menunggu aku menceritakannya.Selera makanku tiba-tiba hilang, namun aku tetap paksakan untuk menghabisi sisa makanan yang ada dipiringku.
Kadang perilaku baik dan buruk dalam diri manusia itu hanya setipis kulit ari. Terlebih lagi kalau tidak berpegang teguh pada keimanan. Tapi, keimanan juga tidak cukup kalau tidak mempunyai niat baik. Menjadi labil karena memang tidak memiliki pegangan, sehingga mudah terombang ambing keadaan.Aku mungkin tergolong manusia yang seperti itu. Apa yang lepas di mulut tidak sesuai dengan tindakan. Ucapan tujuannya baik, tapi yang dilakukan lagi-lagi kesalahan. Baru tadi pagi aku berniat untuk meninggalkan perbuatan burukku, sekarang aku sudah dihadapi berbagai godaan.Setelah sekian lama aku tidak bertemu Ita, sejak pak Anggoro memintanya untuk sebagai sugar baby-nya. Aku tidak pernah lagi tahu gimana kabar Ita, hari ini tiba-tiba dia mengajakku untuk bertemu. Setelah sambungan telepon dengan Noni terputus, ada panggilan masuk dari Ita.Ita mengatakan padaku, “Om.. hari ini ada waktu gak?” tanya Ita lewat sambungan telepon. “Ada apa Ita
Ita menganggap pertemuan itu sebagai perjamuannya yang terakhir, karena besok dia sudah harus pulang kampung. Bagi Ita mungkin terbiasa dengan bercinta ala cepat saji. Tapi, bagi aku tidak bisa menikmatinya. Waktu yang sangat terbatas kami manfaatkan semaksimal mungkin.2 jam sewa Room Karaoke plus makanan dan minumannya, setara dengan sewa kamar hotel. “Om gak menikmati ya suasana seperti ini?” tanya Ita sembari terus menggodaku. “Om gak terbiasa dengan bercinta cepat saji Ta, jadi gak tahu gimana sensasinya.” Jawabku.Ita cerita kalau apa yang dialami ibunya saat ini adalah yang kedua kalinya. Sebelumnya sudah pernah terjadi dan Ita pun turun tangan untuk mengatasi hutang ibunya. Memang saat Ita yang melayani pengunjung warung kopi ibunya, banyak tamu yang datang. Bahkan sampai viral di media sosial dan media daring.Itulah yang membuatnya sekarang ingin meninggalkan karir yang sudah dirintisnya di sinetron. Karena banyak pe
Tiga hari kemudianAku dapat kabar dari Noni kalau dia sudah mulai masuk kerja di kantor cabang perusahaan pak Anggoro di Bandung. Dia cerita kalau diposisikan oleh kepala cabang di bagian resepsionis. Aku sangat senang menerima kabar dari Noni, karena usahaku untuk membantu Noni sudah terwujud.Pak Supriatna sendiri juga memberi tahu aku kalau Noni sudah diposisikan sebagai resepsionis. Itu artinya posisiku di perusahaan itu cukup dihormati, baik oleh pak Anggoro maupun pak Supriatna. Proses penerimaan Noni itu sangat cepat sekali, hanya dalam waktu tiga hari setelah aku masukkan lamarannya.Pak Supriatna seorang duda yang ditinggal mati oleh isterinya dua tahun yang lalu. Usianya sendiri barulah 35 tahun. Padahal saat aku seumur itu masih jadi pegawai biasa, sementara Pak Supriatna nsudah menjadi kepala cabang. Itu sebuah prestasi dan karir yang sangat bagus.Aku berpesan pada Noni saat dia telepon, “Non.. tolong jaga nama baik P
Aku menepati janjiku dengan pak Anggoro untuk memperkenalkannya pada Adriana. Pak Anggoro mengatur pertemuan di sebuah Restoran yang mempunyai privat Room, di ruangan itulah aku dan pak Anggoro menunggu Adriana.Sebetulnya aku sangat tidak nyaman dengan situasi seperti itu, dimana aku merasa posisiku seperti mucikari yang menjajakan PSK pada calon pelanggannya. Tapi, aku tidak bisa menghindari sudah kandung janji. 15 menit setelah kami menunggu, Adriana datang dengan diantar pelayanan Restoran.Pertama menatap Adriana, pak Anggoro begitu takjub. Itu aku ketahui dari cara dia menatap Adriana, yang sangat berbeda dibandingkan saat aku kenalkan Grace dan Ita. Aku perkenalkan pak Anggoro pada Adriana, “Adriana.. ini pak Anggoro atasan saya.” Adriana tersenyum semringah menyambut tangan pak Anggoro, “Adriana pak..” ucap AdrianaPak Anggoro sangat aktif bicara, tidak seperti biasanya saat berhadapan dengan Grace dan Ita. “Prof
Keesokan harinya aku kembali mendapat tugas ke Bandung.Pak Anggoro melihat kepentingan aku di Bandung mencari info keberadaan Widarti Mamanya Noni, karena aku pernah cerita pada beliau. Keluarga aku sendiri tidak mempermasalahan kepergian ku ke Bandung.Sampai di Bandung aku langsung ke kantor untuk melapor ke kantor cabang bahwa aku sudah sampai. Noni sangat kaget melihat kedatanganku, “Papa jahat.. gak kasih tahu Noni kalau mau ke Bandung.” Ucap Noni sembari memelukku.“Papa sih gak ada rencana sebetulnya, pak Anggoro tiba-tiba perintah Papa ke Bandung.” Aku jelaskan pada Noni. Noni masih tidak percaya kalau aku ada di kantor saat itu. “Berapa hari Pa tugasnya? Lama gak?”tanya Noni. Aku ceritakan pada Noni kalau aku mau cari info tentang Mamanya.Noni sangat terharu mendengar misi aku untuk mencari info tentang Mamanya, “Ya Allah Pa.. mimpi apa aku semalam? Kok Papa kepikiran untuk mencari Mama?
Pulang kerja Noni cerita padaku tentang perlakukan dan perhatian pak Supriatna terhadapnya. Noni menganggap kalau pak Supriatna sangat kebapakan dalam membimbing dia bekerja. Awalnya Noni menganggap itu sebagai perhatian seorang atasan terhadap bawahannya.Noni baru tahu apa yang ada di hati pak Supriatna justeru saat makan siang tadi. “Noni kaget lho Pa.. gak nyangka kalau pak Supriatna selugas itu mengungkapkan perasaannya.” Ucap Noni. Aku katakan pada Noni, “Sebaiknya kamu jangan punya prasangka yang lebih jauh dulu, bisa saja dia butuh kamu sekadar untuk menemaninya.”Aku jelaskan itu pada Noni, agar dia tidak terlalu berharap lebih jauh. Anggap saja semua itu sebagai pendekatan seorang bawahan terhadap atasannya. Soal nantinya seperti apa, biarlah itu menjadi urusan Tuhan.Aku alihkan pembicaraan, “Non.. mungkin besok Papa seharian akan melacak keberadaan Mama kamu, jadi kemungkinan tidak ke kantor.” Aku jelaskan it