Setelah mandi dan bersih-bersih, aku keluar dari kamar mandi dan menghampiri Noni di tempat tidur. Noni sudah berbaring dan menyelimuti tubuhnya. Aku mengenakan pakaian dan kain sarung untuk menutupi tubuhku sembari berbaring disisi Noni.
Karena ukuran tempat tidur Noni tidak terlalu lebar, mau tak mau aku pun rela bersempit-sempit disisi Noni. Toh aku tidak semalaman menemani Noni, setelah Noni tertidur aku akan keluar dari kamarnya. Seperti itulah biasanya, tapi kali ini Noni ingin aku menemaninya sampai pagi. “Papa keberatan temani Noni?” Bisik Noni ditelingaku. “Bukan keberatan Non.. rasanya kurang pantas kalau Papa harus temani kamu sampai pagi.” Aku jawab seperti itu agar dia mengerti. Tapi, rupanya Noni salah faham, dia membalikkan badannya dan memunggungiku. Aku peluk Noni dari belakang, aku bisikkan di telinganya, “Sayang.. kamu jangan salah faham, apa yang Papa lakukan ini demi kebaikan kita berdua.” BisiSaat sarapan pagi aku katakan pada Noni dan Nenek, bahwa aku harus kembali bertemu Ningsih. Dari raut wajahnya Noni terlihat masih menyimpan kesal terhadapku. Pagi itu dia agak hemat bersuara, biasanya dia malah banyak bertanya. Bahkan dia tidak merespon sama sekali apa yang aku katakan saat itu.Nenek bertanya padaku, “Malam ini kamu masih nginap di sini Danu? Atau hari ini pulang ke Jakarta?” tanya Nenek. Noni memandang ke arah nenek tanpa menoleh kepadaku. “In Shaa Allah masih nek, karena kemungkinan sampai sore masih sibuk di Bandung.” Jawabku sembari menatap nenek dan Noni.Akhirnya Noni pun bicara, “Papa ke kantor dulu atau langsung ketemu tante Ningsih?” tanya Noni. “Papa harus temani anak Papa yang cantik dulu dong ke kantor.” Aku katakan itu sembari menebar senyum pada Noni. Noni membalas senyumku, dia begitu senang aku puji.Selesai sarapan pagi setelah pamit pada nenek, aku dan Noni bergegas
“Jadi gini mas Danu.. setahu saya Noni bukanlah anak biologis mas Danu, karena saat Widarti pulang kampung dalam keadaan hamil, sampai di kampung dia keguguran. Itu cerita Widarti pada saya waktu itu.” Jelas Ningsih. Aku tidak yakin dengan apa yang dikatakan Ningsih, karena usia Noni saat ini sama dengan waktu kehamilan Widarti.“Tapi, Usia Noni itu sekarang 20 tahun Ningsih? Itu sama dengan waktu Widarti sedang hamil?” Aku jelaskan pada Ningsih.Ningsih ceritakan saat Widarti kembali ke Bandung dalam keadaan sudah menikah dan membawa Noni yang masih bayi. Tapi, suami Widarti tersebut bukanlah bapak biologis Noni. Sebelum menikah Widarti dalam keadaan hamil, tapi bukan kehamilan yang disebabkan aku.Aku merasa apa yang diceritakan Ningsih sangat rumit dan aku tidak bisa mempercayainya begitu saja. “Saya rasa memang harus Widarti yang menceritakannya Ningsih, kita perlu dengar seperti apa pengakuan Widarti.” Aku kat
Sampai di Jakarta aku langsung ke kantor, karena aku harus hubungi kontak organisasi TKI di Hong Kong. Dari satu organisasi TKI yang dianggap valid yang aku hubungi, ada beberapa nomor kontak atas nama Widarti. Untuk itu aku harus menghubunginya satu persatu dengan berbagai kendala yang aku hadapi.Ada satu nomor kontak atas nama Widarti yang menurutku adalah benar nomor kontak Widarti Mamanya Noni. Tapi, begitu aku sebutkan namaku Danu sambungan teleponnya langsung di putus. Dari situlah aku semakin yakin kalau nomor tersebut adalah nomor kontak Widarti.Berkali-kali aku ulangi menghubungi nomor Widarti selalu reject, seakan-akan dia memang tidak ingin berkomunikasi denganku. Satu-satunya jalan yang sangat mungkin hanyalah meminta Noni yang menghubungi nomor tersebut. Aku telepon Noni agar dia bisa hubungi langsung Mamanya.“Hallo Non.. Papa sudah dapat kontak Mama, tapi Mama menolak berkomunikasi dengan Papa.” Aku sampaikan itu pada Non
“Kamu bilang apa sama Mama Non?” tanyaku ingin tahu. “Boro-boro Pa.. aku baru bilang, Ma.. Ini Noni, Mama langsung menutup sambungan teleponnya.” Jawab Noni.Padahal aku berharap kalau Noni yang telepon Widarti mau menerima dan mau bicara sama Noni, karena Noni anak yang ditinggalkannya begitu saja. Setidaknya dia bisa minta maaf pada Noni. Tapi, pada kenyataannya mau bicara sama Noni pun tidak.“Yaudah sayang.. kamu jangan putus asa, kalau ada waktu kamu harus terus usaha untuk komunikasi dengan Mama.” Aku sarankan seperti itu pada Noni.“Mama kebangetan Pa.. masak sih gak ada rasa kangen sama sekali?” Noni katakan itu disela isak tangisnya. Aku bisa membayangkan betapa sedihnya Noni, dia berharap dengan memperoleh nomor kontak Widarti dia bisa berkomunikasi layaknya anak dan Mamanya.Aku tidak ingin Noni tambah bersedih, aku sudah dahulu pembicaraanku dengan Noni. Aku kasih alasan mau meeti
“Mas Danu.. saat ini Widarti masih menutup komunikasi dulu, dia minta maaf. Tapi, dia tidak belum jelaskan apa sebabnya.” Jawab Ningsih dengan lirih.Ternyata aku dan Noni masih harus bersabar, entah apa penyebabnya Widarti masih menutup diri untuk berkomunikasi. Menurut Ningsih, Widarti akan mengabarinya kalau dia sudah memungkinkan untuk berkomunikasi.Aku tanyakan pada Ningsih, “Waktu pertama tersambung dengan Widarti gimana reaksinya? Apakah dia senang bisa bicara sama kamu?” tanyaku pada Ningsih.“Dia gak surprise sama sekali mas, nada bicaranya datar aja. Dia seperti orang yang sedang was-was gitu mas.” Jawab Ningsih. Aku merasa kalau Widarti masih merahasiakan sesuatu pada suaminya. Sehingga dia tidak leluasa terima telepon dari Indonesia.Aku katakan pada Ningsih, sebetulnya aku dan Noni cuma ingin tahu kondisi kehidupannya di sana. Apakah hidupnya bahagia atau tidak. Sehingga Noni juga bisa tena
Keesokan paginya saat dalam perjalanan menuju ke kantor Adriana telepon aku. Dia mau memberikan kejutan padaku, ada oleh-oleh spesial untuk aku katanya.“Sorry Dri.. tapi gak bisa sekarang ketemuannya, paling entar pas jam makan siang.” Aku jelaskan pada Adriana. Adriana maklum dengan apa yang aku katakan.“Nanti gini om.. aku check in duluan, terus om menyusul.. bisa gak?” tanya Adriana di telepon. Aku sarankan pada Adriana untuk check in setelah ada kepastian dari aku, karena aku belum memastikan bisa atau gaknya.Adriana menyetujui saran yang aku berikan dan dia mengakhiri pembicaraan. Aku tidak tahu Adriana mau kasih aku kejutan apa, yang jelas dia ingin memberikanku oleh-oleh sebagai buah tangan setelah pulang dari Singapura dengan pak Anggoro.Aku pikir dia pasti dapat uang tips yang lumayan dari hasil menemani pak Anggoro ke Singapura. Sehingga dia memberikanku oleh-oleh sebagai tanda terima kasihnya. Adriana memang menjadi sangat dekat den
Masih tersisa waktu 1 jam dan Adriana ingin bermanja-manja denganku, dia ingin aku peluk dan disayang layaknya aku memperlakukan Noni. Entah apa yang ada dibenak Adriana sehingga dia begitu terobsesi untuk diperhatikan dan diperlakukan seperti Noni.“Aku merasa nyaman om perlakukan seperti ini.. “ Ucap Adriana yang ada dipelukanku. Dia katakan itu dengan menatap bola mataku. Matanya yang begitu bening dan indah membuatku hanyut dalam berbagai imajinasi tentang dirinya.“Kenapa kamu merasa nyaman Dri? Kan ini sesuatu yang biasa aja sih menurut om?” Aku katakan itu sembari melabuhkan kecupan di bibirnya.“Mungkin om melakukannya dengan tulus dan penuh kasih sayang, aku sangat merasakannya om.” Balas Adriana.Sulit rasanya aku untuk menahan diri dalam posisi kami masih sama-sama dibaluti sehelai kain pun. Kadang Adriana menyilangkan kakinya dipahaku, kadang dia mengelus dada polosku yang tanpa sehelai rambu
Saat sampai di kantor, aku dipanggil pak Anggoro. Kami ngobrol di ruang kerjanya. Tadinya aku pikir ada hal yang serius ingin disampaikan pak Anggoro, ternyata dia hanya ingin cerita pengalamannya dengan Adriana.“Pak Danu mau dengar cerita saya gak? Pak Danu harus tahu nih..” pak Anggoro katakan itu dengan penuh keceriaan.“Wah boleh juga sih pak.. pasti seru ya ceritanya?” Aku malah balik bertanya.Pak Anggoro katakan kalau Adriana sangat membuatnya senang, tidak menuntut macam-macam dan sangat menghibur dirinya yang penat dengan berbagai problem perusahaan. Selama di Singapura Adriana melayani pak Anggoro sepenuh hati, sehingga membuatnya tidak segan-segan memberikan bonus pada Adriana.Aku tidak katakan pada pak Anggoro kalau aku diberikan hadiah jam tangan oleh Adriana, aku tidak ingin beliau punya pikiran yang tidak-tidak denganku.“Di Singapura saya sempat belikan pak Danu jam tangan, Adriana