Beranda / Romansa / Terjebak Gairah Paman Billionaire / Bab 1 : Wanita Pemuas Nafsu

Share

Terjebak Gairah Paman Billionaire
Terjebak Gairah Paman Billionaire
Penulis: Adinasya Mahila

Bab 1 : Wanita Pemuas Nafsu

Penulis: Adinasya Mahila
last update Terakhir Diperbarui: 2023-10-11 13:41:29

"Om, Jangan! Ini sakit!"

Shanaya bingung dengan apa yang terjadi padanya. Saat ini gadis itu sedang terbaring di atas ranjang kamar sebuah hotel sambil menahan dada seorang pria agar tidak mencium bibirnya.

“Om, lepaskan!”

Pria itu lagi-lagi berhasil mencumbu ceruk leher Shanaya, meninggalkan tanda merah keunguan yang kentara. Kepala Shanaya terasa berat, dia tahu ini salah tapi tubuhnya malah menggeliat seolah menikmati sentuhan pria itu.

Dengan sisa kewarasan yang dimiliki, Shanaya berusaha menolak. Ia menggeleng, tapi tangannya malah memegang erat lengan pria asing itu.

"Aku sudah membayarmu mahal! Seharusnya kamu tidak mabuk atau mengonsumsi stimulant seperti ini.”

“Membayar mahal?” Kata-kata itu terlukis jelas di kepala Shanaya. Ia menggeleng kemudian memohon untuk yang kesekian kali,” Om, aku … “

Bibir Shanaya terbungkam oleh ciuman yang sedikit kasar dari pria itu. Untuk beberapa saat mata mereka bersirobok. Meski pandangan Shanaya sedikit kabur, tapi dia sadar tidak seumuran dengan pria yang sedang berada di atas tubuhnya.

"Aku mohon lepaskan!" Pinta Shanaya di sisa harapan agar malam itu masih bisa menjaga kehormatannya.

“Apa ini salah satu trik yang diajari mamimu? Bertingkah sok polos?”

Pria itu malah menganggap Shanaya sedang berakting. Dia memulas seringai, kabut birahi sudah menghilangkan akal sehat.

Pria itu lagi-lagi mengumpat karena tingkah Shanaya semakin membuat gairahnya naik sampai ke ubun. Dia tak peduli. Lagi pula dirinya sudah membayar mahal untuk menikmati tubuh seorang perawan seperti apa yang diinginkan.

"Banyak wanita yang ingin tidur denganku, jadi jangan menolak dan nikmati saja! Kamu pasti tidak akan melupakan malam ini, tidak akan ada pelangganmu nantinya yang sehebat permainanku."

Pria itu mengecup dada, sehingga tanpa sadar Shanaya mendesah. Shanaya lengah, setelah sentuhan itu dia memekik tertahan dengan buliran kristal bening yang mengalir di sudut mata.

Sementara dirinya merasa sakit, pria yang sudah merenggut kesuciannya tampak sangat puas, sudah lama dia tidak mendapatkan wanita malam dengan status perawan seperti ini.

Pria matang itu tampak tersenyum bangga mendapati gadis yang tengah dia tiduri mulai hilang kendali. Jika saja Oriaga tidak ingat memiliki status sosial yang tinggi, dia berminat menjadikan Shanaya sugar baby.

“Cantik,” pelan Oriaga berkata melihat wanita yang berada di bawahnya. Dia terpesona dengan wanita itu.

Oriaga memeluk tubuh Shanaya. Mencium kembali bibir dengan rakus lantas tersenyum bangga. Pria berumur 41 tahun itu masih terus berusaha menuntaskan gairah, bahkan tidak puas hanya sekali menikmati.

Shanaya sendiri terus bertanya-tanya di sisa kesadaran yang dimiliki. Mimpikah ini semua? Namun, dia bisa merasakan dengan jelas gerakan tubuh pria di atasnya.

Shanaya masih menganggap apa yang terjadi padanya hanyalah mimpi, sampai saat dia terbangun di pagi hari dengan sekujur tubuh yang terasa tidak nyaman. Shanaya menarik selimut, bercak merah di sprei membuatnya sadar kejadian semalam adalah kenyataan.

Gadis itu menangis memeluk lutut, berada di posisi yang sama sampai lelah dan merasa tangisannya sia-sia.

Setelah mampu meredam sesak di dadanya, Shanaya pun bangkit dari ranjang untuk mengumpulkan baju yang berceceran di lantai. Dia melihat tasnya berada di atas meja kopi dan mendekat. Di sana, Shana, biasa orang-orang memanggilnya, mendapati segepok uang yang ditinggalkan Oriaga.

"Aku bukan pelacur,”gumamnya.

Shanaya kembali menangis, merasa jijik dengan diri sendiri. Dia datang ke hotel itu kemarin untuk menghadiri ulangtahun teman kuliahnya, tapi setelah menenggak minuman yang disajikan tiba-tiba Shanaya kehilangan setengah kesadaran. Dia diantar masuk ke dalam lift oleh temannya dan malah berakhir mengalami nasib buruk dinodai pria tak dikenal.

Di sisi lain, Oriaga datang ke kantor dengan wajah sumringah. Ia pernah menikah, tetapi bercerai, namun ia belum pernah merasakan perasaan senikmat ini selama pernikahannya dulu.

"Kenapa mukamu masam seperti itu? Apa kamu sudah bosan menjadi sekretarisku? Kalau iya bilang saja, aku akan minta dicarikan sekretaris baru.” Presiden direktur Pradipta Grup itu menatap dingin pada sang lawan bicara.

Aston menggeleng cepat. Ia menggaruk belakang kepalanya, Aston bukan bosan menjadi sekretaris atasannya ini, tetapi ia hanya bingung. Pekerjaannya adalah sekretaris, tetapi Oriaga gemar memberi pekerjaan aneh di luar tugas pokoknya sebagai sekretaris.

Aston baru sadar, pantas tidak ada yang betah menjadi sekretaris presdirnya ini lebih dari tiga bulan, karena ternyata selain mengatur jadwal dan pekerjaan, sebagai sekrertaris juga harus mengurus kebutuhan lainnya.

Aston juga merasakan hal itu kemarin ketika Oriaga meminta dicarikan wanita malam yang masih perawan.

"Pak, em ... anu — "

"Apa?"

Oriaga bertanya tanpa menoleh. Ia melepas jas lantas menggantungnya di tempat biasa, bibirnya tiba-tiba memulas senyum manis memikirkan percintaan panasnya semalam.

Oriaga menyerongkan tubuh kemudian berkata,” Oh ya, kamu ternyata pandai melakukan tugas mencarikanku kupu-kupu malam. Aku merasa sangat terhibur. Jadi hari ini aku akan membiarkanmu pulang lebih awal."

"Apa, Pak?"

Aston terperanjat mendengar ucapan Oriaga. Padahal baru saja dia ingin meminta maaf dan menjelaskan kalau wanita malam yang sudah dia pesan tidak bisa dihubungi, bahkan memblokir nomornya setelah diberi duit pangkal.

“Tapi jika dipikir miris sekali. Zaman sekarang gadis semuda itu sudah memilih pekerjaan menjadi pelacur,” ucap Oriaga.

"Pak, maaf! Sebenarnya semalam saya sudah menghubungi Anda, tapi Anda tidak menerima panggilan itu. Saya ingin memberitahu kalau wanita yang sudah saya booking untuk Anda memblokir nomor setelah diberi DP," papar Aston lalu menunduk ketakutan.

"Apa kamu bilang?"

Tentu perkataan Aston membuat Oriaga terperanjat. Semalam wanita bayaran itu jelas-jelas datang ke kamar yang memang dikhususkan untuknya di hotel. Mereka bahkan bercinta sampai pagi.

"Jangan bercanda! Wanita itu datang bahkan sudah menungguku di depan pin .... "

Oriaga melebarkan manik mata. Dia seketika panik mengingat bagaimana tingkah Shanaya yang memang berbeda dari wanita-wanita malam yang biasa dia tiduri.

“Tunggu! Apa kamu punya foto gadis yang sudah memblokir nomormu itu?” Tanya Oriaga. Ia menarik napas mencoba untuk tenang meski terasa sedikit sulit.

Aston bergegas mendekat untuk menyodorkan ponsel. Tak lama sekretaris berkacamata minus itu tersentak mundur karena kaget mendengar sang atasan mengumpat. Oriaga tampak bingung lalu melempar ponsel Aston ke meja.

“Bawakan aku rekaman kamera pengawas King hotel semalam! Aku harus mengecek siapa gadis yang tidur denganku!”

Kepala Oriaga mendadak pening. Ia seketika malas bekerja, bahkan sekadar membubuhkan tanda tangan di berkas yang sudah diperiksa pun enggan.

Pria itu hanya duduk menunggu Aston sambil mengingat malam menggairahkan yang dilaluinya bersama Shanaya. Ia terlalu nafsu sampai tidak curiga kenapa seorang wanita bayaran mabuk dan menenggak obat perangsang saat melayani pelanggan

Satu jam kemudian Aston datang membawa rekaman yang dia minta.

Tanpa menyuruh si sekretaris, Oriaga menyalakan laptop dan menghubungkan flash disk ke lubang USB. Tangan kanannya mulai sibuk menggeser kursor untuk membuka data rekaman, sedangkan tangan kirinya mengetuk-ngetuk meja untuk meredam kegelisahan.

“Gadis ini … “

Oriaga sampai mendekatkan wajah ke layar untuk memastikan. Ia melihat rekaman yang menunjukkan Shanaya berjalan dari lobi menuju area kolam renang beberapa jam sebelum dirinya datang.

“Gadis itu sepertinya menghadiri pesta yang diadakan keponakan Anda,” ucap Aston.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Terjebak Gairah Paman Billionaire   Extra Part 20 : END

    Hari itu mungkin menjadi hari yang paling ditunggu oleh semua orang. Sebuah pesta pernikahan digelar megah, senyum serta canda tampak kentara di wajah keluarga terutama dua pasang mempelai yang kini sedang berdansa. Oriaga melihat Shanaya yang tersenyum, lantas mendekatkan bibir ke telinga istrinya itu kemudian berbisik, “Apa kamu ingin pesta pernikahan seperti ini?” Shanaya semakin melebarkan senyum lantas menoleh suaminya. “Bukankah sudah terlambat kalau kita membuat pesta?” tanya balik Shanaya. Oriaga menanggapi ucapan Shanaya dengan senyuman karena apa yang dikatakan memang benar. Pesta pernikahan Andra, Mauri, Elkan, dan Kirana berlangsung hari itu. Shanaya menatap ke para pengantin baru itu, setelah semua yang dilalui, kini semua orang mendapat kebahagiaan tak terkecuali. “Mereka sangat bahagia,” ucap Shanaya ke Oriaga. “Kita juga,” balas pria itu sambil menggenggam erat tangan Shanaya. Shanaya melebarkan senyum lantas menyandarkan kepala di pundak Oriaga.

  • Terjebak Gairah Paman Billionaire   Extra Part 19 : Kebutuhan Bayi

    Pagi itu selepas Oriaga berangkat ke kantor, Shanaya tampak duduk di taman bersama Pak Wira yang punya tugas tambahan mengawasinya satu kali dua puluh empat jam.Pak Wira terlihat membawa buku catatan dan pulpen di tangannya. Pria tua itu membenarkan letak kacamata yang bertengger di hidung sebelum berkata,“Saya sudah membuat daftar barang yang harus disiapkan sebelum Anda melahirkan.”Ternyata diam-diam Pak Wira memiliki catatan barang apa saja yang harus disiapkan Shanaya untuk menyambut kelahiran anaknya.Shanaya pun memperhatikan Pak Wira yang memegang buku catatan itu, hingga mulai membaca apa saja yang tertulis di sana.“Baju new born lima lusin, baju tidur tiga lusin, selimut sepuluh, sepatu sepuluh, lalu--” Belum juga Pak Wira selesai menyebutkan semua barang yang dicatat, Shanaya sudah menghentikan pria itu.“Kenapa banyak sekali, Pak? Bayi tidak perlu baju sebanyak itu, lagipula yang Pak Wira sebutkan itu baju, bukan popok sekali pakai,” ucap Shanaya.“Memangnya Pak Wira men

  • Terjebak Gairah Paman Billionaire   Side Story : Andra (11)

    “Kenapa mendadak seperti ini? Sebenarnya tidak perlu dijemput tidak apa-apa, aku bisa pergi ke sana sendiri,” ucap Mauri. Dia terkejut karena Andra tiba-tiba menghubungi.“Itu Kirana sudah di bawah, tidak masalah! Pergi saja bersama dengannya,” ucap Andra dari seberang panggilan.Mauri benar-benar tak percaya mendengar ucapan Andra, tapi karena tak ingin Kirana lama menunggu, Mauri pun buru-buru menyambar tasnya menuju lobi.Hari itu secara mendadak Andra memberitahu bahwa Kirana akan datang untuk mengajak Mauri pergi ke butik.Mauri yang merasa belum mengenal dekat Kirana jelas merasa sungkan, apalagi saat sampai di lobi Kirana sudah berdiri di sana lantas menghampirinya.“Apak amu sudah siap?” tanya Kirana saat bertemu sang calon kakak ipar. Mauri kaget sekaligus senang mendapati sikap ramah Kirana. Namun, masih ada sedikit rasa sungkan di hatinya, hingga Mauri hanya mengangguk membalas pertanyaan Kirana.Tak menunggu lama Kirana pun mengajak Mauri masuk ke mobilnya yang masih terp

  • Terjebak Gairah Paman Billionaire   Extra Part 18 : Selepas Dari Rumah Mauri

    Baru saja masuk kamar, tapi Oriaga langsung ditodong pertanyaan dari Shanaya yang ternyata menunggu dirinya pulang. Shanaya yang sedang bersantai duduk di atas ranjang seketika menegakkan badan. Wanita itu antusias bertanya,“Bagaimana tadi pertemuan dengan orang tuanya Mauri?” “Lancar dan tentu saja Ayah Mauri langsung merestui,” jawab Oriaga. Oriaga berjalan mendekat ke Shanaya yang sejak tadi ternyata sedang membaca buku. Oriaga naik ke ranjang, lantas tanpa permisi mengambil buku Shanaya kemudian berbaring terlentang untuk membaca buku itu. “Kenapa bacanya sambil berbaring? Baca sambil duduk, nanti matamu sakit kalau membaca dengan posisi seperti itu,” ucap Shanaya sambil menatap Oriaga. “Aku memang sudah 43 tahun, tapi mataku ini masih bisa melihat dengan jelas. Kamu tenang saja,” balas Oriaga dengan santainya tanpa mengganti posisi. “Sombong, awas saja nanti kalau kamu mengeluh matamu gatal atau berair.” Shanaya bicara dengan nada candaan, dia menggeser dudu

  • Terjebak Gairah Paman Billionaire   Side Story : Andra (10)

    Malam harinya Andra pun pergi ke rumah orang tua Mauri bersama Oriaga dan Masayu. Andra tak bisa bersikap tenang, dia terlihat sangat gugup saat baru saja turun dari mobil.“Jangan gugup, tarik napas panjang lalu embuskan perlahan,” ucap Masayu sambil merapikan kemeja Andra. Dia memulas senyum, menyadari bahwa sang putra mungkin sedang tidak baik-baik saja.Andra menatap sang mama, dia mengangguk kemudian melakukan apa yang dikatakan oleh Masayu.Masayu kemudian menggandeng tangan Andra, bersama Oriaga berjalan menuju pintu rumah Abraham.Saat sampai di depan rumah, ibu Mauri menyambut mereka dengan ramah meski wanita itu terlihat pucat dan tubuhnya masih kurang bugar.“Apa Anda baik-baik saja? Jika masih kurang sehat, seharusnya tak perlu menyambut kami di depan,” ucap Masayu berpindah menggandeng tangan ibu Mauri.Ibu Mauri pun mengajak semuanya masuk sambil digandeng Masayu. Meski baru pertama kali bertemu, tapi mereka tampak dekat.“Apa kondisi Anda sudah membaik?” tanya Masayu ka

  • Terjebak Gairah Paman Billionaire   Side Story : Andra (9)

    Andra sudah sangat panik hingga memutuskan membuang status sebagai atasan dan bawahan lalu mencoba menghubungi nomor pamannya sendiri. “Ada apa?” Suara Oriaga terdengar dari seberang panggilan. Detak jantung Andra seketika mulai normal kembali, dia terlihat sangat lega karena panggilannya dijawab oleh Oriaga. “Paman ada di mana?” tanya Andra dengan suara yang masih panik. “Aku sedang ada urusan di luar,” jawab Oriaga, “ada apa?” tanya pria itu lagi. “Bagini Paman, ayah Mauri memintaku membawa Paman ke rumahnya nanti malam." Andra memberitahu Oriaga tanpa ada lagi basa-basi. “Sudah kuduga karena hal itu kamu menghubungi dengan suara panik seperti ini,” ucap Oriaga dari seberang panggilan. “Bagaimana aku tidak panik, aku ke ruangan Paman dan di sana sepi, bagaimana jika tiba-tiba saja Paman ke luar kota,” balas Andra. “Tenang saja, aku akan datang dan memastikan kalau kamu akan menikah dengan Mauri,” ucap Oriaga mencoba menenangkan Andra. Andra pun bernapas dengan

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status