Gemelutuk gigi Elvaro terdengar menakutkan, begitu pun dengan tatapannya yang membuat Melissa takut. Ferdinan sang ayah mencoba menenangkan sang anak agar tidak emosi. Ferdinan pun meminta Melissa untuk ke luar dari ruangan dan mencoba bicara pada Elevaro. “Mungkin ada benarnya yang di katakan Melissa. Lebih baik kamu pikirkan dengan matang rumah tangga kalian. Jangan ada perpisahan,” uajr Ferdinan. Pria itu menepuk pundak sang anak lalu duduk di kursinya. Tak mau menjawab pertanyaan sang ayah, Elvaro pun memilih ke luar dari ruangan kembali ke tempatnya. Apa pun yang mereka katakan, Elvaro tidak akan mundur menikahi Bella.“Shit! Mereka semua tidak bisa menyetir aku.” Elvaro pun kembali membuka beberapa berkas dan mencoba untuk menyelesaikan semua pekerjaan yang tertunda. Pintu terketuk, David—salah satu kaki tangan Elvaro datang membawakan beberapa berkas dan tentunya berita. “Pak, ini berkas yang harus di tanda tangani.”“Pak? Sejak kapan manggil terlalu resmi?” tanya E
Wajah Melanie sudah memerah, ia tak tahan dengan apa yang di katakan oleh Elvaro. Pria di hadapannya dulu sangat mencintainya dan tergila-gila padanya. Namun, kini sudah berubah sangat membenci dia. Emosi pun tak bisa terbendung, ia hanya bisa mengepalkan tangan dengan keras tanpa harus berteriak untuk memaki.Kedua, Melanie terkesiap saat Bella hadir di hadapan mereka. Kali ini ia menelan saliva melihat perubahan wanita lain di hati suaminya.“Tuan,” ujar Bella. Tuan El pun menatap tak berkedip saat Bella muncul dengan riasan dan tatanan yang lebih baik. Apalagi saat rambut panjang itu menjadi lebih indah dengan keriting gantung. Make soft pun menambah kecantikannya.Bella menunduk saat melihat Melanie. Ia tak berani memandang wanita itu. Sementara, Melanie ingin sekali menjambak dan menarik Bella dengan kasar. Sayangnya, bayangan itu tidak bisa ia lakukan sendiri karena akan merusak kariernya. Tuan El menarik pergelangan tangan Bella menuju kasir. Ia tidak mau terjadi sesuatu
Permintaan Melanie membuat Melissa sedikit bimbang. Mana bisa dia mengubah jalan pikiran sang kakak yang begitu keras kepala. Apalagi saat marah pun Elvaro mampu membunuh orang dalam sekejap. Melissa menggeleng, lalu ia berbisik pada Melanie.Sekilas senyum terpancar dari wajah Melanie, keduanya langsung pergi meninggikan kafe. Sebelumnya, Melanie pamit untuk kembali ke lokasi. Masih dengan masker dan kaca mata hitam, aktris itu pun melambai tangan saat masuk mobil. Melissa pun kembali ke mobilnya, sudah ada Dion yang menunggu sejak tadi. Sang suami enggan masuk karena sedang merokok. “Bagaimana?” tanya Dion.“Aku enggak tau. Sepertinya sulit untuk rujuk.”“Sial!”Dion menjambak rambut Mellisa dan mendorongnya hingga ujung pintu mobil. Melissa meringis kesakitan dan meminta sang suami untuk berhenti menjambaknya.“Kamu bodoh! Kalau sampai kakak kamu memiliki anak, habis kita. Papa kamu pasti akan mewarisi semua harta ke Elevaro. Aku enggak mau tahu, kamu harus membuat mereka
Tuan El yang baru saja tiba di kediamannya terkejut mendengar penuturan Bu Siti, bagaimana Melissa menghina sang calon istri. "Jika Tuan El, tidak percaya bisa langsung mengecek cctv," tutur Bu Siti. El langsung saja menuju ruang kerjanya, ia mengeluarkan laptop yang tersimpan di laci. Segera menyamakannya dan melihat kejadian beberapa jam lalu. Tangannya mengepal. Ia geram dengan kelakuan dua wanita itu. "Lalu Bella di mana sekarang?" tanya Tuan El. "Ada di kamarnya, Tuan. Dari pagi Non Bella menunggu kedatangan Tuan," ujar Bu Siti. Tuan El mengangguk, ia segera keluar dari ruang kerja. Melangkah menuju kamar Bella. Dirinya sangat khawatir akan keadaan sang wanita setelah mendapat perlakuan dari adik dan mantan istrinya itu. Sampai di depan pintu kamar Bella. Ia segera mengutuknya beberapa kali hingga terdengar sahutan dan langkah kaki untuk membuka pintu. Bella yang baru saja terbangun dari tidurnya dan sangat terkejut saat melihat kehadiran Tuan El di hadapannya. Ia menguce
"Pagi, Non Bella."Bella tersenyum malu, ia terlambat bangun. Entahlah kejadian saat Tuan El mengusap puncak kepalanya membuat dirinya merasa bahagia hingga sulit tidur dan akhirnya terlambat bangun. Bu Siti membantu menyiapkan sarapan. "Tuan El, sudah sarapan?" tanya Bella. "Sudah, tadi setelah sarapan Tuan El segera berangkat ke kantor. Tuan El menitipkan pesan untuk Non Bella," ungkap Bu Siti. Bella tertunduk, ia sangat malu karena Tuan El sudah berangkat bekerja dan dirinya sekarang baru keluar kamar. Calon istri macam apa dirinya ini? "Apa itu Bu Siti?" tanya Bella. "Katanya maaf tidak bisa menemani sarapan dan satu lagi Non Bella harus sarapan," papar Bu Siti. Bella kembali tersenyum malu. Entahlah mengapa Tuan El sulit untuk ditebak jalan pikirannya. Ia segera mengambil nasi goreng untuk sarapan. "Ayo, Bu, kita sarapan bersama," ujar Bella. "Non Bella, saja tadi saya sudah," ungkap Bu Siti. Mana mungkin dirinya berani makan satu meja dengan calon nyonya besar. Ia ter
Entah kapan Elvaro datang dan tiba-tiba muncul dari arah belakang membuat Bella gugup. Bella langsung menghampiri Elvaro dan langsung meraih tas serta beberapa tentengan yang lelaki itu bawa. "Itu untukmu," ujar Elvaro. "Terimakasih, Tuan," ucap Bella pelan. Sekarang hatinya sedang tak karuan ia benar-benar merasakan takut. Wajah Elvaro pun terlihat datar tidak bisa diprediksi entah marah atau tidak. Bella terus menduga-duga, ia tak mau mencari masalah dengan calon suaminya itu. Elvaro melangkah menuju sofa, tepat layar televisi yang ia lihat menampilkan wajah Melanie, ia tersenyum sinis. Lalu langsung mengarahkan pandangan kepada Bella. "Biar tasku taruh di sini saja," ujar Elvaro. Bella mengangguk kembali. "Tuan, maaf," ujar Bella. Elvaro mengangguk sembari netranya asyik menatap layar ponsel. "Iya, tidak apa-apa Bella," ucap Elvaro. Bella menurutnya wanita yang aneh. Mengapa ia sampai mengatakan jika dirinya memiliki wajah yang menyeramkan? Padahal dirinya masuk dalam n
Melanie memaksa untuk masuk ke kantor Elvaro. Dengan cara licik mengelabui satpam ia berhasil lolos. Bibirnya menyunggingkan sebuah senyum, kini saatnya ia memohon-memohon kepada Elvaro agar mencabut tuntutan perceraian mereka. "Elvaro pasti akan luluh kembali," gumam Melanie.Ia segera melangkah menuju ruangan lelaki itu tanpa mengetuk, Melanie langsung masuk. Ya, dulu pun dirinya bebas keluar masuk dari ruangan Elvaro. Elvaro yang tengah sibuk dengan pekerjaannya terkejut dengan kedatangan mantan istrinya itu. "Untuk apa kamu ke sini?" tanya Elvaro. Dirinya sudah tak sudi lagi untuk melihat wajah wanita itu. "El, aku mohon cabut gugatan tersebut. Aku berjanji akan menjadi istri yang baik. Aku ingin mengurusmu, akan kutinggalkan semua karierku dan mengabdi sebagai istrimu," papar Melanie. "Atau aku mengizinkanmu untuk menikah lagi, tetapi tolong cabut gugatan perceraian itu."Melanie tak masalah bila dimadu asalkan statusnya tetap menjadi istri sah dari lelaki itu. Karir pun ak
Tiga Puluh EmpatKepala Tuan El semakin mumet dengan berbagai masalah yang melandanya. Apalagi ulah adik dan mantan istrinya itu sudah membuat ia naik darah sekali. Pengacara datang ke kantor, Tuan El pun mempersilahkan prian itu masuk. “Tuan, ini berkas perceraian Nona Bella. Sudah ada tanda tangan suaminya. Perceraian akan segera di gelar, untuk proses perceraian Tuan El mungkin agak lama karena Nyonya Melanie belum memberikan surat yang saya kasih padanya kemarin.”“Argh! Sial!”Melanie benar-benar membuktikan apa yang di katakannya. Dia benar-benar tidak mau bercerai dari Elevaro. Setelah memberi tahu beberapa poin untuk Tuan El, pengacara pun langsung pulang. Kini, pria itu terduduk sedikit lesu.Elvaro teringat kembali perkataan Melanie tentang dirinya yang siap meninggalkan kariernya demi berbakti menjadi istri yang sempurna. Elvaro tersenyum miris jika mengingat hal itu. “Semua sudah tidak ada gunanya! Untuk apa dia memohon, aku tidak Sudi kembali.”Elvaro menarik nap