Share

Enam

Author: Galuh Arum
last update Last Updated: 2022-11-10 10:27:10

Tuan El begitu kesal menghadapi Bella yang sangat keras kepala. Bagaimana bisa ia bisa tertarik dengan wanita yang sepeti ini pikirnya. Bella masih menantang dengan netra hampir keluar. Begitu kesal dan entah bisa berbuat apa, Tuan El menarik leher Bella hingga bertatapan langsung, tapi ia kembali melepaskannya.

Bella kembali berontak lalu menjauh di pojok pintu mobil dengan menatap jalanan. Air mata kembali deras mengalir. Melihat hal itu, Tuan El kembali mengacak-acak rambutnya. Dia benci melihat wanita menangis.

“Apa tidak bisa kamu jangan selalu menggunakan air mata saat seperti ini, hah?”

“Hanya itu yang bisa aku lakukan sebagai tahanan Tuan. Berontak pun, Tuan akan melakukan hal tak seronok. Rasanya, aku jijik saat Tuan menyentuhku!”

Tatapan penuh kebencian begitu terlihat di sorot mata Bella saat menatap Tuan El. Bibir tipis itu bergetar saat mulai bicara. Benar katanya, tidak ada hal yang bisa dilakukannya selain menangisi takdirnya sebagai boneka pria kasar di sampingnya.

Tuan El kembali fokus membelah jalan. Ibu kota yang sedang padat merayap membuatnya sesekali berdecih kesal. Sesekali ia melirik ke arah Bella yang menatap lurus jalanan tanpa ekspresi.

Tuan El tahu jika Bella sedang emosi. Pria itu memilih diam menunggu amarah perempuan itu reda. Lalu fokus menyetir lagi.

Akhirnya mereka sampai, Bu Siti menyongsong keduanya. Namun, Bella langsung menuju kamarnya tanpa menyapa wanita tua itu.

Bu Siti paham melihat sikap Bella. Sudah pasti ada yang terjadi di antara keduanya. Apalagi sang tuan yang langsung menyalakan putung rokok.

***

Keesokannya, Tuan El kesal karena Ferdinan—ayahnya terus saja menghubunginya. Ia pun memutuskan untuk pulang ke rumah sang ayah dan bertanya apa yang mereka inginkan.

Pria berambut putih itu sudah menunggunya dengan wajah tak bisa di artikan. Tongkat yang di bawanya membuat Ferdinan terlihat sangat garang.

“Akhirnya kau datang juga.” Tongkat itu biasa di gunakannya untuk memukul anaknya yang bandel. Melihat tangan sang ayah yang sudah mengangkat tongkatnya pun Tuan El segera menghindar.

“Aku bukan anak kecil, tidak usah di pukul menggunakan tongkat,” ujarnya kesal.

Ferdinan pun langsung membuka topik pembicaraan. Ia ingin Elvaro cepat memiliki anak. Ia ingin Elvaro memiliki keturunan agar bisa meneruskan perusahaan mereka.

“Ceraikan saja istri seperti itu. Hanya memikirkan karir tanpa peduli dengan masa depan nanti. Apa dia enggak berpikir jika menikah dengan keluarga kita harus memiliki keturunan untuk meneruskan silsilah keluarga, hah?” Ferdinan sangat emosi.

Elvaro hanya memijit pelipisnya, kepalanya belum hilang sakit akibat ulah Bella dan kini ia harus menghadapi sang ayah yang begitu emosional jika membahas keturunan.

“Tidak usaha cemas. Santai saja, sebentar lagi juga akan memiliki cucu. Lagi pula, banyak cucu Papa dari adik-adikku.”

“Tapi, mereka anak perempuan. Aku hanya ingin jatuhkan perusahaan pada anakmu, apalagi jika dia anak laki-laki.”

Elvaro memijit lehernya, sudah meminta keturunan juga meminta laki-laki pula. Belum tentu dia akan memiliki anak laki-laki setelah ini. Rasanya ia ingin berteriak kencang dan memaki seseorang.

“Kata adikmu, kau masih menjalankan bisnis ilegal?” tanya Ferdinan.

“Jangan ikut campur, Pa. Ini urusanku.”

Pria itu tak menggubris ucapan sang ayah. Dia memilih untuk ke luar dan pulang ke rumahnya. Ada beberapa barang yang harus dia ambil. Apalagi sejumlah berkas yang masih tertinggal di rumah istrinya.

Tidak memakan waktu banyak, Elvaro sudah sampai di rumahnya. Kebetulan masih tampak mobil Melani yang bertengger di garasi. Pria itu gegas masuk lalu mengambil beberapa barang miliknya.

“Apa kamu datang dan kembali pergi?” tanya Melani yang baru saja ke laut dari kamar mandi.

“Aku tidak bisa lama, lagi pula jika aku terlalu lama ini di sini pun akan membuat kita seharian bertengkar.”

“Tapi itu kamu yang selalu memancing. Bukan aku,” ujarnya.

Melanie kesal saat Elvaro datang, pria itu hanya mengambil barang atau baju lalu pergi lagi. Ia pun menarik tangan sang suami agar tak pergi lagi.

“El, tetap di sini.”

“Untuk apa? Biasanya kamu selalu tak pernah di rumah bukan? Bahkan jadwal syuting saja padat, belum lagi saat kamu harus road show ke luar kota.”

Melani menarik napas, apa yang di katakan sang suami semuanya benar. Namun, hari ini dirinya sedang tak ada pekerjaan atau syuting.

Melani bermanja pada Elvaro, tapi pria itu menepisnya. Percuma mereka bercinta jika tak menghasilkan anak. Pria itu kecewa dengan sang istri yang mementingkan bentuk tubuh dari pada keturunan yang akan menemani mereka tua.

“El, kenapa kamu terus menghindar dari aku?” tanya Melani kesal.

“Harusnya kamu tanya sama diri kamu, bagaimana selama ini kamu mengurus aku. Aku ingin memiliki anak, apa kamu tidak paham?” Elvaro menaikkan suaranya lebih tinggi. Netranya menatap tajam sang istri yang sudah sekalian lama tak mau memberikannya anak.

Semakin kesal dirinya, Elvaro menarik kopernya lalu melangkah ke luar kamar. Melanie mengejarnya hingga ke halaman. Akan tetapi, Elvaro tak menggubrisnya. Malah masuk mobil tanpa memedulikan dirinya.

“El!”

Teriakannya pun percuma karena sang suami sudah ke luar dari rumah. Mobilnya pun sudah tak terlihat, hanya suara kencang yang masih menggema. Melani mengusap wajah kasar. Apa yang akan di lakukannya saat ini pun masih membalutnya berpikir.

“Ada apa dengan kalian?” Melanie terkesiap saat melihat sang ibu yang sudah berada di belakangnya.

Marta sudah memperhatikan beberapa hari anaknya yang sering murung. Ia pun bertanya masalah yang membuat suaminya menjauh.

“Sepele, hanya karena anak saya.”

“Hah, kamu bilang itu sepele? Istri macam apa kamu jika dalam usia pernikahan cukup lama belum juga memiliki keturunan kamu anggap hal sepele?” Marta berdecih kesal. Apa lagi sikap sang anak bisa membuat dirinya kehilangan uang belanja sebulan.

“Ma, aku hanya ingin dia bersabar. Aku sedang kontak dengan brand pelangsing badan, mana bisa aku hamil.”

“Loh, kamu ini lupa kalau suami kamu sudah banyak uang, untuk apa bekerja?”

Benar kata sang ibu, untuk apa bekerja jika suaminya saja mampu membelikannya alat make up mahal. Namun, cita-citanya menjadi terkenal sudah mendarah daging. Mana bisa ia melepaskan begitu saja.

Seusai komitmen jika Elvaro menikahinya, ia masih bebas untuk menjalani aktivitas sebagai model dan bintang iklan. Namun, tak ada perjanjian jika menunda kehamilan. Sayangnya, hal itu kini yang menjadi perdebatan rumah tangga mereka.

“Apa kau menunggu rumah tanggamu hancur baru sadar kalau anak itu adalah penting?”

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Terjebak Gairah Tuan El   Seratus Tiga Puluh Empat (Tamat)

    Setelah mendapat ancaman dari suaminya, Deswita pun diam. Kali ini apa yang di katakan Ferdinand membuat wanita itu tidak berkutik. Ibu dari Elvaro itu bungkam seribu bahasa dan memilih masuk kamar. Terdengar suara pintu begitu keras hingga membuat telinga sang suami perih. Ferdinan hanya menggeleng melihat apa yang di lakukan oleh Deswita. Ia sudah sangat muak dan tidak bisa mentolerir semua perbuatannya. Hanya itu yang bisa ia lakukan, mengancam dengan cara itu yang bisa membuatnya diam dan bungkam. Ferdinand pun terduduk lesu membayangkan bagaimana nasib Elvaro kini. Dengan kaki yang lumpuh, apa bisa dia melakukan aktivitas, pikirnya. Pria itu mendesah, mungkin besok ia bisa berpikir jernih jika sudah beristirahat.Sementara, di kamar Deswita beberapa kali bergumam kesal kenapa bisa hanya karena Bella sang suami dan anaknya sampai membuat dirinya tersudut. Ia kali ini kalah dengan ancaman sang suami yang baginya adalah musibah dan perkara terbesar jika hal itu terjadi. "Lebih ba

  • Terjebak Gairah Tuan El   Seratus Tiga Puluh Tiga

    Bella menahan emosinya dengan ucapan Melani kali ini. Di hadapan semua orang mantan istri suaminya mencoba mempermalukan dirinya. Bella bukan wanita lemah seperti dulu, ia kini siap melawan siapapun yang ingin merusak rumah tangganya maksud Melani."Jangan mengarang cerita, anak yang kau kamu ini adalah anak Elvaro. Kamu pikir dengan mengatakan hal itu suamiku akan peduli dan lebih percaya dengan ucapan dari wanita yang berselingkuh di belakangnya."Wajah Melani mulai panik dengan setiap ucapan yang terlontar dari mulut Bella. Gimana bisa wanita kampung itu membuat dirinya tidak berkutik."Bahkan menunda punya anak dengan alasan karir padahal dirinya hanya ingin bebas bermain dengan pria manapun tanpa takut hamil dan tahu anak siapa yang akan ia kandung." Lagi Bella mulai mempermalukan Melani. Lagi Bella siapa yang memulai Ia yang harus menanggung semua resikonya.Elvaro meminta Bella untuk sabar dengan menggenggam tangannya. Sang suami meminta untuknya diam dan tidak meladeni setiap

  • Terjebak Gairah Tuan El   Seratus Tiga Puluh Dua

    Dua jam perjalanan, mereka akhirnya sampai di rumah. Bella menatap sekeliling halaman tempat di mana lima bulan lalu ia meninggalkannya. Sembari tersenyum, Bella menggenggam tangan sang suami lalu mendorong kursi rodanya masuk. Sekian lama akhirnya Bella sadar jika dirinya begitu merindukan rumah itu. Begitu pun dengan sang suami. Mereka pernah salah paham, tapi kini semua telah berlalu. Bella bersama Elvaro masuk ke kamar, dia tidak menyangka akan kembali ke kamarnya. Setelah itu ia mulai merapikan pakaiannya. Lalu, menghampiri sang suami yang kini duduk memperhatikannya dirinya."Kamu bahagia?" tanya Elvaro."Aku sangat bahagia apalagi bisa kembali bersama kamu dan merasa dicintai saat sedang hamil.""Kondisiku seperti ini tidak bisa berjalan," ujar Elvaro terlihat murung.Bella menggenggam tangan sang suami, dirinya tidak tega melihat Elvaro bersedih sepeti itu. Ia menyesal karena ulah Edo telah membuat Elvaro menderita.Bella mencoba menyajikan sang suami untuk tetap bersabar. Y

  • Terjebak Gairah Tuan El   Seratus Tiga Puluh Satu

    Walau masih sangat gengsi, Sinta pun menemui Bella di kamar. Ia pun langsung mengajak Bella berbicara empat mata. Memang harusnya dirinya ikut senang dengan permasalahan Bella yang sudah selesai. Bella pun sedikit canggung dengan kondisi keduanya setelah pertengkaran di rumah sakit kemarin."Aku tahu kalau semua yang terjadi salah. Aku pun mau mengakui jika memang selama ini aku begitu egois mementingkan perasaan sendiri dari pada kamu dan Mas Bagas."Sinta menatap kembali Bella yang masih bergeming di hadapannya. Apa yang terjadi kemarin sebenarnya masih membuat dirinya kecewa. Hanya saja, Bella sadar jika tidak usah memperpanjang masalah karena ia tahu sebenarnya Sinta itu orang baik.Sebenarnya tidak terpikirkan oleh Bella jika majikannya itu akan datang dan meminta maaf. "Sekali lagi aku meminta maaf, jika kamu tidak berkenan, setidaknya aku sudah meminta maaf." "Nyonya, sebelum itu aku pun mau meminta maaf. Aku paham apa yang di pikirkan oleh nyonya, hanya saja aku juga memili

  • Terjebak Gairah Tuan El   Seratus Tiga Puluh

    Sementara, di ruangan tidak jauh dari ruang Elvaro, Sinta sedikit kecewa karena sang suami mengizinkan Bella untuk menemui sang suami. Ia mesti nggak rela ketika Bella kembali pada Elvaro."Kamu tidak bisa seperti itu, biarkan Bella bahagia. Kamu harusnya berusaha bagaimana bisa membahagiakan aku. Sadar Sin, tidak ada yang mustahil di hidup ini. Kamu dan anak kita akan sehat sampai lahir." Bagas berusaha tidak emosi saat bicara dengan Sinta yang sedang merajuk.Sinta membuang wajahnya, kecewa dengan apa yang dikatakan oleh Bagas suaminya. Kenapa harus ada Elvaro kembali ke hidup Bella pikirnya. Bagas pun tidak mengambil pusing, ia telah menemui sang dokter kondisi istri sudah lebih baik dan diperbolehkan untuk pulang. Dirinya tinggal menunggu Bella kembali agar membantunya berkemas.Bella sudah berjanji sebelum ia kembali pada sang suami dirinya akan menyelesaikan semua dengan baik bersama Sinta. Hanya saja mungkin sang istri belum bisa menerima dengan baik. "Kita akan pulang hari i

  • Terjebak Gairah Tuan El   Seratus Dua Puluh Sembilan

    Dengan perasaan berdebar Bella bertahan di belakang David. Hingga David menyingkir dari ambang pintu, semua orang yang berada di dalam ruangan langsung tertuju pada Bella.Bella terpaku beberapa saat di ambang pintu. Tubuhnya memang berdiri tegak, tetapi rasanya seperti sedang berdiri tanpa tulang. Persendiannya seolah-olah hilang. Jika tidak bertahan, mungkin wanita itu akan jatuh melorot ke lantai.Tatapan Bella langsung tertuju pada seseorang yang terbaring lemah di atas ranjang. Dan sebaliknya, hingga mereka beradu pandang untuk beberapa saat. Rasa haru dan bahagia bercampur menjadi satu saat itu. Saat matanya kembali menatap laki-laki yang sangat dia sayang. Dia tidak menyangka jika akhirnya dia berada sedekat itu dengan sang suami. Sementara itu, di dalam ruangan tersebut, dua orang yang menemani Elvaro juga terkejut melihat kedatangan Bella yang sangat tiba-tiba.Mellisa dan Bu Siti saling pandang tidak percaya jika Bella kini ada di hadapan mereka. Bu Siti terutama, asisten r

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status