Share

Lima

Mendengar bentakan dari sang tuan, Bella pun menunduk. Pria itu kembali memanggil Bu Siti. Wanita tua itu pun sigap dan sudah berada di hadapan Tuan El.

“Bu, apa mau ikut ke mal untuk membeli beberapa baju untuk Bella?” tanya Tuan El pada Bu Siti.

“Capek, Tuan. Saya di sini saja.”

“Baiklah.”

Tuan El langsung menghampiri Bella, ia mengajak untuk membeli beberapa stel baju juga sepatu. Lalu, ia pun akan membelikan beberapa keperluan yang akan di gunakan Bella. Seperti ponsel atau beberapa keperluan wanita.

Bella tidak bisa menolak, ia pun mengikuti langkah sang tuan. Walau merasa malas, tak ada pilihan lagi karena dirinya kini sedang menjadi tahanan pria bernama Elvaro.

***

Di sebuah pusat perbelanjaan, Bella menatap takjub kota besar yang memiliki banyak toko baju ternama. Ia pun terkesiap melihat harga yang tertera di baju itu. Saat melihatnya ia kembali menyimpan di tempat semula.

“Ambil saja yang kau mau, tak usah seperti orang miskin. Aku bisa membeli semua baju di sini jika kamu mau,” ujar Tuan El.

Bella kembali memilih beberapa baju yang ia suka. Lalu, Tuan El menghampirinya dan memberikan beberapa baju tipis yang begitu sexy.

“Pakai ini setiap malam.”

“A—apa? Ini?”

“Baju tidur, masa ia bikin.”

Tuan El menyodorkannya dan langsung kembali melihat beberapa baju lain. Bella menarik napas dalam saat melihat kembali beberapa baju yang di berikan pria itu.

Setelah membayar semua baju, mereka langsung meninggalkan butik itu menuju tempat selanjutnya. Bella tak terbiasa berjalan di keramaian, apalagi bersama dengan pria bertubuh kekar dan berwajah tampan bak artis itu. Langkahnya selalu menjadi sorotan beberapa pengunjung. Walau hanya mengenakan celana pendek dan kaos oblong, tak menghilangkan pesona Tuan El.

Saat melewati sebuah toko perhiasan, ia mengerjapkan mata karena melihat sosok seperti Edo. Gegas ia mencoba menghampiri, tapi langkahnya terhenti saat lengan besar Tuan El mencengkeram dengan keras.

“Tetap di sini atau kau akan tahu akibatnya.”

“Tapi itu Edo, aku harus bertemu dengannya. Aku mau dia menjelaskan kenapa dia menjual aku padamu!” Bella meninggikan suaranya saat lengan besar itu tak mau melepaskan cengkeramannya.

“Cukup, jangan buat kita menjadi pusat perhatian semua pengunjung. Harusnya kamu sadar kenapa dia membuang kamu. Kamu itu tidak berharga baginya, mengerti?”

Tuan El semakin kencang mencengkeram tangan Bella, saya itu juga Bella meringis memohon untuk melepaskan tangan Tuan El dari lengannya. Badan kurusnya terlalu sakit saat di perlakukan kasar oleh pria berbadan besar itu.

“Sudah aku tegaskan, jangan pernah bermain api. Ingat, kamu sekarang milik aku.”

“Aku mengerti, tapi tolong jangan perlakukan aku seperti boneka. Aku manusia, punya perasaan,” ujar Bella. Ia hanya berharap Tuan El tak berlaku kasar lagi padanya.

Tatapan itu mengiba agar tak mendapat perlakuan kasar lagi. Netra Bella mulai berembun karena tak tahan dengan cobaan hidup yang membuatnya terkurung dalam cengkeraman pria kasar itu.

“Kita pulang!” titahnya.

Tuan El menarik kasar pergelangan tangan Bella menuju parkir mobil. Walau banyak yang memperhatikan, tapi Tuan El tak menggubrisnya. Dia lebih fokus membawa Bella masuk ke mobil.

“Argh.”

Tuan El mendorong tubuh mungil Bella ke pintu mobil. Tatapan pria itu begitu tajam seolah-olah ingin membunuhnya. Bella merasa meringis kesakitan saat tubuh kecilnya terbanting begitu saja.

“Tuan, tidak sekalian saja kau bunuh aku! Aku memang sudah kau beli, tapi aku manusia bukan boneka yang bisa sesuka hati kau lempar bahkan kau lukai. Lebih baik, saat itu jangan selamat kan aku, biarkan aku mati. Untuk apa aku hidup dengan penekanan seperti ini!” pekik Bella.

Sudah lama ia menahan semuanya, menjadi tahanan Tuan El adalah hal yang membuat ia tak bisa bergerak sedikit pun. Yang di inginkan ya adalah terbebas dari pria bernama Elvaro itu.

Tuan El mencengkeram wajah Bella tanpa ampun, apa yang di katakan Bella membuatnya naik pitam. Yang ia inginkan adalah Bella tetap diam tanpa banyak bicara, apalagi berteriak di depan wajahnya.

“Cepat masuk!”

Dengan tubuh bergetar, Bella masuk ke mobil. Sementara, sang tuan menendang kasar ban mobil karena dia begitu kesal menghadapi keras kepalanya Bella yang membuat dirinya sakit kepala berkepanjangan.

Masih dengan emosi dan kemarahannya, Tuan El mengemudikan mobil seperti orang kesetanan. Bella yang berada di sampingnya merasa takut karena pria itu mengendarai dengan kecepatan yang tinggi.

Mobil berhenti di pinggir jalan, Tuan El masih sangat kesal. Ia memukul berulang kali setir mobilnya. Lalu, menatap tajam Bella yang sejak tadi memegangi sabuk pengaman.

“Aku ingatkan sekali lagi, jangan pernah mencari pria bernama Edo. Atau, kamu kujual kembali pada beberapa temanku.”

Ancaman Tuan El kali ini membuat Bella bergidik ngeri. Pasalnya, jika hal itu terjadi dirinya seperti piala bergilir. Netranya mengeluarkan bulir bening yang mengalir tak henti di pipi.

“Hapus air matamu, aku benci perempuan menangis.”

Tangan Bella mengusap bulir bening di pipi. Walau merasa sakit hati dan tak memiliki harga diri.

“Kalau kau melakukan itu, menjualku kembali, kupastikan aku akan bunuh diri di hadapanmu!”

Netra Tuan El memerah mendengar ucapan Bella. Kali ini Bella mencoba memberanikan diri untuk tak terlihat lemah di hadapan Tuan El walau sesungguhnya dia pun sangat takut dengan pria itu.

“Diam jangan bicara lagi atau—“

“Atau apa?”

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status