Share

Tujuh

Author: Galuh Arum
last update Last Updated: 2022-11-11 16:17:18

Melani bergeming, semuanya tak bisa dibayangkan lagi. Setiap hari mereka hanya berdebat masalah anak, ia pun terduduk lemas. El tak akan bersikap seperti itu jika bukan karena keluarganya. Apalagi desakan sang ayah, pikirnya.

“Ma, jangan ikut campur rumah tangga aku dan El. Jangan seperti keluarga itu yang selalu menuntut banyak. Lagi pula, masih banyak waktu untuk kamu memiliki keturunan.”

“Susah bicara sama kamu, jangan menangis di depan mama kalau suami kamu memiliki istri baru dan bisa memberikannya anak.”

“Loh, kok Mama menyumpahi aku?”

“Mama enggak menyumpahi, tapi mengingatkan. Segala sesuatu akan terjadi tiba-tiba akan sangat menyakitkan.”

Marta melangkah ke dapur, bicara dengan sang anak hanya membuat dirinya sakit kepala. Harusnya kini Melani tak harus di pusingkan masalah anak jika dalam beberapa waktu lalu ia sudah hamil dan memiliki anak. Hanya saja sang anak terlalu egois.

***

Bella duduk di balkon sembari menatap halaman bawah yang penuh dengan bunga. Ia bagaikan burung di sangkar, hanya bisa menatap dari dalam keindahan semua itu.

Tuan El tidak mengizinkannya berada di area luar rumah. Dari balkon saja terlihat beberapa penjagaan ketat untuknya. Bu Siti menghampiri dengan membawakannya makanan.

“Non, makan dulu,” ujar Bu Siti.

Bella hanya melirik piring nasi itu tanpa berniat menyentuhnya. Semenjak berada di rumah Tuan El, tubuh Bella terlihat lebih kurus. Jarang sekali ia terlihat menyentuh banyak makanan itu. Jika Bu Siti tak membujuknya, mungkin ia akan mati perlahan.

“Taruh saja di meja.”

“Ibu mau Non makan. Kalau tidak makan nanti sakit,” ujar Bu Siti.

“Biar saja, aku mau mati. Untuk apa aku hidup terkurung di sini?”

Netra Bella memandang lurus ke depan dengan nanar. Ia merasa tak bergairah lagi untuk hidup. Apalagi kini bagaikan tawanan di rumah megah itu.

Bu Siti bisa merasakan kecemasan Bella, hanya saja ia yakin Tuannya tak akan jahat pada wanita di hadapannya.

“Non, beruntung di selamatkan oleh Tuan El. Kalau Nona jatuh ke tangan yang tidak baik bagaimana?”

“Jadi, menurut Ibu, Tuan El baik? Bu, dia membeli aku dari suamiku. Apa namanya jika bukan memisahkan?”

“Tapi, Non. Lebih jahat suami Non. Menjual istrinya di saat malam pertama. Tuan El kalau jahat sejak awal, Non tidak mungkin masih suci.”

Bella menatap Bu Siti tak percaya. Bagaimana bisa asisten rumah tangga itu begitu membela sang Tuan yang sudah jelas bersalah. Bu Siti selalu menganggap Tuan El orang baik.

“Hanya Bu Siti yang bilang dia baik. Kalau dia baik, untuk apa menahan aku di sini?”

“Non, bukannya Tuan sudah menjelaskan. Dia akan menikahi Non Bella,” ujar Bu Siti.

Percakapan mereka terhenti saat terdengar derap langkah memasuki kamar. Kenop pintu pun terlihat bergerak lalu muncul Tuan El saat pintu itu terbuka. Pria dengan kaos hitam itu terlihat santai dengan celana pendeknya.

“Apa dia tidak mau makan lagi, Bu?” tanya Tuan El.

“Iya, Tuan. Non Bella katanya mau berjalan-jalan. Dia bosan di kamar.”

Bella melirik ke arah Bu Siti, ia merasa tidak mengatakan hal itu padanya. Hanya penolakan pada sang tuan dan makanannya saja.

“Aku tidak mau kamu sepeti kemarin. Kita ke luar jalan-jalan kalau pikiran kamu sudah jernih. Bu, aku mau bicara sebentar dengan Bella.”

“Baik, Tuan.”

Tuan El duduk memerhatikan sekeliling kamar, lalu kembali menatap Bella yang sejak tadi tak mau menatapnya. Wajahnya begitu masam karena setiap Tuan El datang, Bella merasa tidak nyaman apalagi berada di kamar hanya berduaan dengannya.

Tuan El mulai menghampiri Bella, ia berdiri di belakang tubuh wanita itu. Pria itu mencium harus rambut Bella yang habis keramas. Lalu, menarik pinggangnya mendekat dan berbisik pelan.

“Kamu cantik, harus sampo ini membuat aku ingin sekali dekat dan mendekap tubuhku,” bisik Tuan El di telinga Bella.

Bella mencoba menjauh, tapi Tuan El begitu erat memeluknya dari belakang. Ia merasa takut apalagi saat leher jenjangnya merasa risi dengan deru napas Tuan El.

“Jangan banyak bergerak, tetap di sini. Aku ingin merasakan bagaimana jika kita sudah menikah. Memeluk tubuhmu saja membuat sesuatu yang sempit ini ingin ke luar.”

Bella hanya bisa pasrah, berharap pria itu tak melakukan hal yang tak diinginkannya. Ia sudah merasakan sebuah dorongan dari belakang, hingga membuat ia tak nyaman.

“Cepat habiskan makanmu, jika tidak ingin sesuatu yang besar ini menyentuh bagian sensitif yang kamu punya,” bisik Tuan El.

Tuan El membalikkan tubuh Bella hingga keduanya saling pandang. Bella memejamkan mata dengan takut, lalu ia merasakan kecupan di pipi setalah itu ia mendudukkan Bella di sofa dan meminta untuk memakan makannya.

Bella menarik napas lega karena bukan bibirnya yang terkecup. Tuan El memberikan sendok agar Bella cepat menghabiskan makannya. Sementara, ia duduk di sofa sebelahnya.

***

Melanie sejak tadi mencoba menghubungi sang suami, tapi nyatanya Elvaro tak mau menerima panggilan masuk dari sang istri. Wanita dengan. Gaun merah itu begitu kesal, lalu membanting ponsel ke kasurnya.

“El, kamu buat aku kesal. Apa sih mau kamu?” Melanie bergumam sendiri.

Hati ini wanita itu sedang libur dan tak ada jadual. Ia ingin menghabiskan malam berdua dengan sang suami. Akan tetapi, semua gagal total. Ia pun tak bisa membujuk atau pergi berdua dengan sang suami.

“Sudah mama katakan, kamu akan hancur jika mengikuti egomu. Seorang laki-laki ingin memiliki keturunan.” Sang ibu masuk kamar sang anak saat terdengar Melani berteriak.

“Ma, jangan menakuti aku. Biar aku urus semua,” ujar Melanie.

“Tidak ada yang menakutimu. Tapi, liat kenyataannya, Elvaro tak menggubris panggilan masukmu.”

Melanie kesal, ia pun mengambil tas dan melewati sang ibu begitu saja. Kepalanya begitu pusing, ia berpikir lebih baik menenangkan pikirannya. Kebetulan sebuah panggilan telepon berhasil membuat dirinya tersenyum.

“Mel, aku tunggu di kantor. Ada kontrak baru,” ujar Gading—sang manajer.

“Oke, Ding. Aku om the way.”

Setelah satu jam perjalanan, Melanie sampai di kantor agensinya. Gading langsung menghampiri dan menarik cepat sang artis.

“Di dalam ada bos besar. Kamu harus bisa merebut hatinya dan membuat dia memberikan banyak pekerjaan buat kamu, di jamin makin tenar,” ujar Gading.

“Santai.”

Melanie pun masuk ke ruangan, pria berjas hitam dengan besok tipis di wajah menyambutnya dengan senyum lalu mengulurkan tangan.

“Leo, senang bertemu dengan wanita cantik sepeti Anda.”

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Terjebak Gairah Tuan El   Seratus Tiga Puluh Empat (Tamat)

    Setelah mendapat ancaman dari suaminya, Deswita pun diam. Kali ini apa yang di katakan Ferdinand membuat wanita itu tidak berkutik. Ibu dari Elvaro itu bungkam seribu bahasa dan memilih masuk kamar. Terdengar suara pintu begitu keras hingga membuat telinga sang suami perih. Ferdinan hanya menggeleng melihat apa yang di lakukan oleh Deswita. Ia sudah sangat muak dan tidak bisa mentolerir semua perbuatannya. Hanya itu yang bisa ia lakukan, mengancam dengan cara itu yang bisa membuatnya diam dan bungkam. Ferdinand pun terduduk lesu membayangkan bagaimana nasib Elvaro kini. Dengan kaki yang lumpuh, apa bisa dia melakukan aktivitas, pikirnya. Pria itu mendesah, mungkin besok ia bisa berpikir jernih jika sudah beristirahat.Sementara, di kamar Deswita beberapa kali bergumam kesal kenapa bisa hanya karena Bella sang suami dan anaknya sampai membuat dirinya tersudut. Ia kali ini kalah dengan ancaman sang suami yang baginya adalah musibah dan perkara terbesar jika hal itu terjadi. "Lebih ba

  • Terjebak Gairah Tuan El   Seratus Tiga Puluh Tiga

    Bella menahan emosinya dengan ucapan Melani kali ini. Di hadapan semua orang mantan istri suaminya mencoba mempermalukan dirinya. Bella bukan wanita lemah seperti dulu, ia kini siap melawan siapapun yang ingin merusak rumah tangganya maksud Melani."Jangan mengarang cerita, anak yang kau kamu ini adalah anak Elvaro. Kamu pikir dengan mengatakan hal itu suamiku akan peduli dan lebih percaya dengan ucapan dari wanita yang berselingkuh di belakangnya."Wajah Melani mulai panik dengan setiap ucapan yang terlontar dari mulut Bella. Gimana bisa wanita kampung itu membuat dirinya tidak berkutik."Bahkan menunda punya anak dengan alasan karir padahal dirinya hanya ingin bebas bermain dengan pria manapun tanpa takut hamil dan tahu anak siapa yang akan ia kandung." Lagi Bella mulai mempermalukan Melani. Lagi Bella siapa yang memulai Ia yang harus menanggung semua resikonya.Elvaro meminta Bella untuk sabar dengan menggenggam tangannya. Sang suami meminta untuknya diam dan tidak meladeni setiap

  • Terjebak Gairah Tuan El   Seratus Tiga Puluh Dua

    Dua jam perjalanan, mereka akhirnya sampai di rumah. Bella menatap sekeliling halaman tempat di mana lima bulan lalu ia meninggalkannya. Sembari tersenyum, Bella menggenggam tangan sang suami lalu mendorong kursi rodanya masuk. Sekian lama akhirnya Bella sadar jika dirinya begitu merindukan rumah itu. Begitu pun dengan sang suami. Mereka pernah salah paham, tapi kini semua telah berlalu. Bella bersama Elvaro masuk ke kamar, dia tidak menyangka akan kembali ke kamarnya. Setelah itu ia mulai merapikan pakaiannya. Lalu, menghampiri sang suami yang kini duduk memperhatikannya dirinya."Kamu bahagia?" tanya Elvaro."Aku sangat bahagia apalagi bisa kembali bersama kamu dan merasa dicintai saat sedang hamil.""Kondisiku seperti ini tidak bisa berjalan," ujar Elvaro terlihat murung.Bella menggenggam tangan sang suami, dirinya tidak tega melihat Elvaro bersedih sepeti itu. Ia menyesal karena ulah Edo telah membuat Elvaro menderita.Bella mencoba menyajikan sang suami untuk tetap bersabar. Y

  • Terjebak Gairah Tuan El   Seratus Tiga Puluh Satu

    Walau masih sangat gengsi, Sinta pun menemui Bella di kamar. Ia pun langsung mengajak Bella berbicara empat mata. Memang harusnya dirinya ikut senang dengan permasalahan Bella yang sudah selesai. Bella pun sedikit canggung dengan kondisi keduanya setelah pertengkaran di rumah sakit kemarin."Aku tahu kalau semua yang terjadi salah. Aku pun mau mengakui jika memang selama ini aku begitu egois mementingkan perasaan sendiri dari pada kamu dan Mas Bagas."Sinta menatap kembali Bella yang masih bergeming di hadapannya. Apa yang terjadi kemarin sebenarnya masih membuat dirinya kecewa. Hanya saja, Bella sadar jika tidak usah memperpanjang masalah karena ia tahu sebenarnya Sinta itu orang baik.Sebenarnya tidak terpikirkan oleh Bella jika majikannya itu akan datang dan meminta maaf. "Sekali lagi aku meminta maaf, jika kamu tidak berkenan, setidaknya aku sudah meminta maaf." "Nyonya, sebelum itu aku pun mau meminta maaf. Aku paham apa yang di pikirkan oleh nyonya, hanya saja aku juga memili

  • Terjebak Gairah Tuan El   Seratus Tiga Puluh

    Sementara, di ruangan tidak jauh dari ruang Elvaro, Sinta sedikit kecewa karena sang suami mengizinkan Bella untuk menemui sang suami. Ia mesti nggak rela ketika Bella kembali pada Elvaro."Kamu tidak bisa seperti itu, biarkan Bella bahagia. Kamu harusnya berusaha bagaimana bisa membahagiakan aku. Sadar Sin, tidak ada yang mustahil di hidup ini. Kamu dan anak kita akan sehat sampai lahir." Bagas berusaha tidak emosi saat bicara dengan Sinta yang sedang merajuk.Sinta membuang wajahnya, kecewa dengan apa yang dikatakan oleh Bagas suaminya. Kenapa harus ada Elvaro kembali ke hidup Bella pikirnya. Bagas pun tidak mengambil pusing, ia telah menemui sang dokter kondisi istri sudah lebih baik dan diperbolehkan untuk pulang. Dirinya tinggal menunggu Bella kembali agar membantunya berkemas.Bella sudah berjanji sebelum ia kembali pada sang suami dirinya akan menyelesaikan semua dengan baik bersama Sinta. Hanya saja mungkin sang istri belum bisa menerima dengan baik. "Kita akan pulang hari i

  • Terjebak Gairah Tuan El   Seratus Dua Puluh Sembilan

    Dengan perasaan berdebar Bella bertahan di belakang David. Hingga David menyingkir dari ambang pintu, semua orang yang berada di dalam ruangan langsung tertuju pada Bella.Bella terpaku beberapa saat di ambang pintu. Tubuhnya memang berdiri tegak, tetapi rasanya seperti sedang berdiri tanpa tulang. Persendiannya seolah-olah hilang. Jika tidak bertahan, mungkin wanita itu akan jatuh melorot ke lantai.Tatapan Bella langsung tertuju pada seseorang yang terbaring lemah di atas ranjang. Dan sebaliknya, hingga mereka beradu pandang untuk beberapa saat. Rasa haru dan bahagia bercampur menjadi satu saat itu. Saat matanya kembali menatap laki-laki yang sangat dia sayang. Dia tidak menyangka jika akhirnya dia berada sedekat itu dengan sang suami. Sementara itu, di dalam ruangan tersebut, dua orang yang menemani Elvaro juga terkejut melihat kedatangan Bella yang sangat tiba-tiba.Mellisa dan Bu Siti saling pandang tidak percaya jika Bella kini ada di hadapan mereka. Bu Siti terutama, asisten r

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status